Secara tidak sengaja saya menemukan sebuah email lama yang saya kirim buat sobat saya, Syed Thamrin Dahlan yang biasa saya panggil Syed TD. Email lawas ini bertanggal 7 Maret 2009 yang saya kirim dari Kairo dan berjudul Salam dari Cairo. Isinya menyatakan kegembiraan dan kebahagiaan saya bisa berada kembali di Kairo atau Al-Qahera yang berati Kota Kemenangan. Selain itu saya juga menghadiahkan Syed TD sebuah foto masjid Al-Azhar yang indah.
Ini adalah kunjungan saya yang kedua ke Mesir dan juga ke Kairo. Saya juga senang karena cuaca sangat bersahabat di awal Maret yaitu sekitar 20 derajat Celsius. Langsung saja saya bandingkan dengan kunjungan pertama ke Kairo dan Mesir pada Agustus 2004 dengan suhu lebih 46 Derajat Celsius.
Kunjungan kedua ke Kairo berlangsung dalam waktu sekitar seminggu dari tanggal 6 sampai 12 Maret dimana saya menginap di kawasan kota baru Kairo yaitu di Heliopolis.
Namun, sejenak, lamunan kembali ke tahun 2004 di bulan Agustus , ketika pertama kali menginjak bumi Mesir yang berkesan. Kala itu, saya dalam suatu perjalanan wisata sekitar seminggu mengunjungi Kairo setelah beberapa hari di Kairo naik kereta malam ke Aswan. Dari Aswan, kami naik kapal di Sungai Nil selama 3 hari dua malam sampai ke Luxor. Setelah berwisata di Luxor, barulah perjalanan dilanjutkan kembali ke Kairo dengan pesawat Egypt Air.
Nah, karena kisah perjalanan tahun 2004 itu sudah cukup lama, hanya sebagian saja yang berhasil diingat dengan bantuan foto-foto dan ingatan lama yang berusaha ditata kembali dalam untaian kata.
Perjalanan ke Kairo dimulai dari Jakarta dengan pesawat Singapore Airlines dengan ganti pesawat di Bandara Changi dan kemudian transit di Dubai. Jumat pagi kami pun tiba di Terminal 3 Bandara Kairo yang ketika itu masih baru. Hussein, manajer biro perjalanan kami di Mesir sudah menjemput di Bandara dan dengan kendaraan segera mengantar kami ke Hotel di pusat kota Kairo, tepatnya di Hotel Sheraton yang berada di tepi Sungai Nil.
Ketika check in, sudah mendekati waktu salat Jumat sehingga saya minta diantar Hussein ke masjid tidak jauh dari hotel. Ternyata tidak jauh dan hanya berjalan menit kurang 5 menit saja. Saya diantar ke sana sementara Hussein sendiri izin untuk kembali ke hotel untuk kemudian ke kantor.
Rupanya waktu salat belum masuk sehingga masjid kecil itu masih sepi. Hanya ada beberapa jamah yang sudah ada di masjid. Saya pun segera wudu dan duduk di beranda masjid sambil menunggu waktu salat tiba. Cukup lama menunggu, sekitar 30 menit barulah azan berkumandang dan jamaah mulai ramai.
Kisah pengalaman pertama salat Jumat di Kairo ini tidak terlupakan, karena pada kunjungan kedua, Saya pun tiba di hari yang sama yaitu hari Jumat di Kairo, yaitu tanggal 6 Maret 2009. Dan kali itu, teman saya langsung mengajak salat Jumat di Al-Azhar.
Selain peristiwa salat Jumat sewaktu baru datang ke kota ini ada lagi beberapa kesan yang masih diingat tanpa harus membuka foto-foto lama. Salah satunya adalah kejadian di Hotel Sheraton Kairo itu. Ketika naik lift akan turun ke lobi, lift sempat berhenti di suatu lantai, mungkin lantai 1 dan saya keluar lift. Ternyata di sini saya bertemu dengan sebuah Kasino. Sempat kaget juga karena belum punya informasi kalau di Mesir yang kita pandang sebagai salah satu negara di Timur Tengah, terdapat kasino yang di Indonesia saja sudah diharamkan sejak tahun 1980 di era Orde Baru.
Demikian sekilas kenang-kenangan akan kisah tentang Kairo dan Mesir yang akan membuka kisah-kisah lama perjalanan di Benua Afrika.
16 Desember 2020