Catatan Thamrin Dahlan.
Banyak sobat mengeluh
“saya tidak bisa menulis”
“saya mending disuruh berlari dari pada menulis”
“tapi kalau bicara saya bisa”
Ada apa rupanya, apakah memang menulis itu pekerjaan sulit. Bisa jadi sobat mengatakan demikian karena belum mencoba. Mereka pikir menulis itu hanya untuk orang berbakat. Kata mereka
“Menulis pekerjaan seniman, orang sastra ”
Begitulah. Padahal sebenarnya kalau mau di bilang sederhana sesungguhnya menulis itu ibarat berbicara. Artinya ketika seseorang pandai berkata kata maka sudah dapat dipastikan dia bisa menulis.
Tidak ada perbedaan antara menulis dengan berkata kata. Kata kemudian menjadi kalimat dan akhirnya menjelma menjadi paragraf. Menulis sejatinya memindahkan apa apa yang dikatakan atau menterjemahkan pikiran dalam bentuk tulisan.
Jadi menulis itu mudah, bukan? Ya iyalah kalau sobat sudah mencoba. Masalah utama yang menjadi hambatan adalah bagaimana memulai menulis. Jadi bukan karena tidak ada ide.
Inilah mind set atau pola pikir yang sebenarnya wajib di ubah menjadi kosa kata menulis itu mudah. Pengalaman awak selama hampir 11 tahun menulis menghasilkan 3.500 artikel menerbitkan 37 judul buku membuktikan bahwa hambatan itu bisa dihilangkan. One day one article, satu hari minimal satu tulisan.
Rintangan enggan mulai menulis harus dilawan dengan cara membuka laptop atau hp. Segeralah menulis dimana saja kapan saja. Ide itu sudah ada di alam pikiran. Percayalah tulisan anda akan mengalir bak air deras tanpa bisa di tahan. Tanpa terasa tulisan itu selesai paragraf demi paragraf sehingga akhirnya menjadi satu artikel bernas.
Jadi semua orang bisa menulis. Toh sobat sudah menulis setiap hari di media sosial seperti WA atau Facebook dan Pesan di SMS. Bukankah itu juga merupakan tulisan walaupun pendek pendek.
Kembangkanlah tulisan pendek pendek itu menjadi satu artikel minimal 7 paragraf. Biasakan meneruskan atau mengerjakan satu artikel sampai selesai. Jangan berhenti di satu paragraf.
Kiat paling ampuh dalam menyelesaikan satu tulisan adalah jangan pernah berhenti di satu paragraf. Tinggalkan paragraf itu ketika mentok (hang? blank?) kemudian tulis paragraf selanjutnya. Inilah penyebab utama gagal menulis karena mentok atau kehilangan kata kata pada satu paragraf.
Jenis artikel itu ada 3 yaitu opini, fiksi dan reportase (liputan). Opini menunjukkan kecerdasan anda, fiksi tertuang cepat ketika anda galau maka tulislah puisi. Jangan lupa sampaikan laporan menghadiiri satu peristiwa dalam bentuk reportae.
Saya punya motto menulis
“Sekali duduk tulisan jadi”
Inilah kebiasaan yang sudah terbangun dalam memotivasi diri. Tulisan yang ditinggalkan berhenti pada paragraf pertama dapat dipastikan tidak akan pernah selesai.
Di era modern ini ada proses editing, tulis saja terus jangan pedulikan salah ketik atau tidak nyambung. Selesaikan. Setelah itu lakukan perbaikan /proses editing kata, susunan kalimat atau pindah memindahkan paragraf sehingga artikel anda mengalir dan asyiek dibaca.
Usahakan satu kalimat jangan terlalu panjang. Tidak lain maksudnya agar pembaca tidak kehabisan nafas ketika mengikuti tulisan anda. Kalimat pendek dan acap diulang dalam sambungan kalimat seperti di contohkan Al Qur’an. Nah hasilnya tulisan anda enak dibaca seperti orang bertutur.
Percaya atau tidak sebenarnya tulisan itu memiliki Roh. Tulisan anda share dimedia sosial kemudian mendapat apresiasi atau tanggapan dari pembaca itulah yang dinamakan tulisan anda hidup. Roh itu seketika akan hadir ketika anda tidak ragu ragu men share setiap karya.
Selain itu kuatkan niat berbagi kebaikan ketika menulis. Saya berpedoman pada 3 pena yaitu penasehat, penakawan dan penasaran. Artinya kita menulis karena merasa penasaran terhadap sesuatu masalah kemudian menulis secara sehat bukan hoax. Setiap opini usahakan meyampaikan solusi di paragraf terakhir yang bermakna anda bukan hanya pandai mengomel atau meng kritik saja
Yes, ketika anda bisa berbicara maka dapat dipastikan anda bisa menulis.
Selamat mencoba
- Salam Literasi
- BHP 0701321
- YPTD