Di rumah inilah aku dan saudara saudaraku di lahirkan. Kami menyebutnya rumah ladang untuk Mumbaikar dengan rumah dinas Pertamina. Desa Tempino Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
Sebenarnya Ayahanda mendapat hak menempati rumah dinas jabatan Pertamina . Rumah Woneng 12 dilengkapi fasilitas gas, listrik, dan air gratis serta perawatan lingkungan dari Pertamina
Namun Ayahanda lebih suka tinggal di rumah sendiri. Rumah kami di kebon, tanahnya cukup luas dengan 7 kolam ikan dan pepohonan kelapa, rambutan, mangga dan durian serta segala macam jenis sayuran dapur.
12 tahun bersama Mak dan Bapak serta saudara sekandung bersama tinggal di rumah ladang . Selepas tamat SR kemudian tinggal di rumah Etek Syam adik Mamak di Jambi untuk melanjutkan sekolah SMP dan SMA.
Kebon kami nan asri, sejuk dan nyaman sungguh nikmat dijadikan home sweet home. Dimasa tua setelah Bapak pensiun dari Pertamina dan Mamak melepaskan profesi saudagar, kosentrasi kedua orang tua ketika merawat ladang kebon.
Kenangan terindah mondok di rumah ladang spesial hari sabtu dan minggu. Sewaktu sekolah di Jambi pada hari Sabtu di izinkan Mak mudik ke Tempino. Nah inilah kesempatan untuk memperbaiki gizi. Di ladang banyak sekali pepohonan buah buahan yang seolah olah bergiliran berbuah. Ada saja buah rambutan, atau jambu terkadang durian menghiasi kebon kami.
Belum lagi perlombaan mancing. Emak memberikan motivasi kepada anak anaknya yang paling banyak bisa mendapat ikan dari hasil kail mengail. Ikan yang berhasil di pancing so menjadi hak si pemancing setelah di masak mak dengan keahlian super gaya restoran padang.
Sore hari kami di bolehkan Bapak mandi atau berenang di kolam nomer 7. Kolam ini agak dalam sehingga bisalah berkecipak kecipuk di air yang tidak sejernih kolam renang modern.
Bada Maghrib kami mengaji di surau Pak Ustazd Kafrawi di atas rumah. Belajar malam minggu dibebaskan, boleh menyetel radio transistor setelah tadi siang baterainya di jemur dulu.
Televisi belum ada, paling juga sebagai hiburan dari Pertamina diputarkan film anak anak di Bioskop dekat pasar. Inilah masa masa indah tinggal di dusun khususnya di rumah ladang home sweet home.
Penghasilan diterima dari berkebon sangat lumayan untuk menambah nambah uang pensiun pertamina. Penghasilan terbesar didapat dari penjualan kelapa. Ladang kami memiliki lebih dari 200 pohon kelapa, setiap bulan secara bergilir kelapa di petik dengan menggunakan jasa pemanjat pohon.
Hasil ladang lainnya diperoleh dari penjualan ikan. Pemeliharaan ikan di 7 kolam tersebut disamping untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, di hari hari besar Islam kolam di bedah. Ikan gurami, ikan emas serta mujair banyak diminati tetangga dengan sedikit ganti uang pemeliharaan.
Setelah bapak dan mamak bertambah usia, Beliau berdua menetap di Bogor di rumah Uni Husna sampai wafat. Rumah ladang itu kini hanya di huni oleh Kemekandan Yunus Bin Syahrir dahlan. Sementara saudara sekandung merantau ke pulau jawa.
Inilah rumah tempat kami berkumpul keluarga besar terutama ketika tiba Idhul Fitri. Rumah ladang tempat pembentukan karakter dari teladan kesederhanaan dan ke sholeh an Ayahanda H. Dahlan bin Affan serta kegigihan berniaga Ibunda Hj. Kamsiah binti Sutan Mahmud
- Salamsalaman
- Thamrin bin Dahlan