Cuci Tangan Pakai Bir

Peristiwa, YPTD0 Dilihat

Bukan sombong bukan sok aksi, tetapi benar adanya, awak mencuci tangan sebelum makan menggunakan bir. Maksudnya botol bir yang berisi air, hehehehehe.  Inovasi sipemilik warung makan ini memberikan peluang kepada awak untuk menuliskan sedikit pengalaman mudik, atau pulang kampuang setelah lebaran kemarin. Awak beserta sanak keluargo berangkat dari kampuang halaman Lubuk Jantan Lintau Kabupaten Batusangkar pada hari Kamis,  23 Agustus 2012. menuju Padang Panjang.  Masih suasana lebaran, silaturahim maaf maafan.

13482960121460887983
Meja pemuda pemudi, malu malu….padahal mau (dok. Pribadi)

Kembali ke botol bir tadi, sudah jadi tradisi agaknya di rumah rumah makan sepanjang jalan menuju Padang atau Bukittinggi, warung nasi ini menyediakan kobokan untuk cuci tangan  Kreasi urang awak ini beragam dalam menyediakan alat perlatan cuci tangan sebelum makan.  Ada yang memakai cerek, ada yang memakai botol botolan dan ada juga yang hanya menyediakan kobokan.  Kata orang orang pintar, menikmati masakan padang jangan pakai sendok dan garpu, pakailah tangan kanan, tetapi dibasuh dulu ya.  Dengan begitu pastilah suap demi suap yang masuk ke mulut dirasakan sungguh nikmat sehingga saking nikmatnya indak nampak mintuo lalu (tidak nampak mertua lewat) heheheehe.

1348295910565699636
Meja sesepuh, makannya pelan dan sedikit (dok. Pribadi)

Terkadang ada beberapa pewisata kuliner dari kampung jawa yang salah mengerti.  Air yang terdapat dalam botol bir yang sebenarnya digunakan untuk cuci tangan, malah dipakai untuk air minum. Mungkin si mas atau mbak ayu saking kehausan setelah menempuh perjalanan jauh yang panas, langsung saja meneguk botol bir berisi air itu.  Awak dan sanak saudara sudah paham, tetapi sesepuh kami Uda Musyawir dan Uni Husna kembali mengingatkan kepada anggota rombongan agar jangan minum  bir itu.  Bukan karena haram atau dilarang agama tetapi air dalam botol itu disediakan untuk mencuci tangan,  Cucilah tangan dengan air “bir” mengalir dan  tumpahkan ke kobokan.

1348295838462972635
Hidangan di meja supir, semua ludeezz (dok. Pribadi)

Jadilah kami makan siang dengan lahap di warung padang itu.  Ada 3 meja yang diborong.  Satu meja untuk tetua, satu meja untuk pemuda pemudi dan satu meja untuk keponakan yang bertindak sebagai driver.  Dimeja tetua, para penikmat sangatlah santun, makannya dikunyah 40 kali lambat nian.  Lain lagi dimeja muda mudi, mereka malu malu, lihat kanan lihat kiri, baru melahap setelah keadaan tenang.  Dimeja driver nampaknya si pemilik warung nasi padang melayani secara  khusus, mungkin karena profesi sopir maka beliau beliau itu makannya super banyak. Bukan batambuah ciek istilah urang awak, malah semua isi warung ludes, batambuah sampai tigo kali. huhuuuuhuuu, bangkrut bandar.

Lebaran memang moment paling tepat untuk pulang kampong.Selain bisa saling bersilaturahim dengan sanak saudara , para perantau minang ini bisa sekalian berwisata.Kampong kami di Lintau Batusangkat Kabupaten Tanah Datar.Berombongan 5 mobil kami konvoi menuju Bukit Tinggi melewati kota Payakumbuh.Selanjutnya berfoto ria di Rumah adat orang Padang yang diberi nama dengan Rumah Gadang.Terlihat banyak sekali turis local dari bermacam macam daerah rantau.Pengelola menyediakan sewa pinjaman baju adat, turis local antri mengenakan baju adat yang selama ini mungkin belum pernah di pakai.Nah foto foto itu menjadi saksi abadi sebagai sertifikasi asli orang minang kabau.

13482957391785217130
Murah meriah dan lamak bana (dok. Pribadi)

Setelah makan kini urusan bayar membayar. Awak kuatir juga, karena semua meja bersih sih sih, tinggallah  piring mangkok yang kosong. Tetapi untunglah, setelah dihetong hetong oleh si uda pemilik warung , ternyata makan enak dan maknyus itu hanya di hargai Rp. 360.000 untuk 18 penikmat.  Awak setengah tidak percaya, Wadoh murah banget.  Rata rata seorang hanya dikenakan makan 20.000 perak.  Jangan dibandingkan harga makanan di restoran Jakarta, bisa bisa dengan sebanyak itu yang makan awak bisa kena satu juta rupiah.  Apa siempunya warung padang ngak salah hitung, begitu awak bertanya.  Kak Iwan ipar yang berasal dari Pelembang menghibur awak.  “Pak Haji, mereka sudah menghitung jumlah kepala dengan index Rp. 20.000 – Rp. 25.000, jadi jangan kuatir mereka tidaklah rugi.” Syukurlah kalau begitu, tidak khuatir nanti rombongan kami sakit perut,..hehehehe

Salam salaman

 

Tinggalkan Balasan