[Catatan Budaya]
Wah, Jangan Melotot Pak, Kami Takut
- Waduh jangan melotot begitu pak, kami takut.
- siapa bilang saya melotot,
- itu lihat mata bapak sampai keluar
- weleh, ini memang raut wajah saya sehari hari
Permbicaraan fiktif tersebut diatas bisa saja terjadi dimana saja. Melotot adalah kosa kata yang akhir akhir ini menjadi populer bersebab ada yang melotot tentunya.
Si pelotot atau orang yang mengaku tidak melotot membantah bahwa dia mlototi orang lain. Mlototi itu tentu ada yang di plototi. Menjadi wajar apabila seorang ayah mlototi anaknya. Tujuan baik agar anak tersayang tidak melakukann sesuatu yang melanggar aturan rumah tangga. Mlotot ini termasuk jenis plototan sayang.
Lain lagi plotot bapak ibu guru. Murid SD di plototi kalau ribut di ruang kelas, Ini jenis plototan penegakan disiplin dalam rangka penertiban anak anak yang riuh.
Jadi memang banyak jenis plotot plototan termasuk plototan aparat penegak hulum. Oleh karena itu jangan kuatir Plototan model ini tidak membahayakan karena termasuk jenis plototan yang berniat baik untuk menegur warga menjadi lebih tertib.
Nah bagaimana pula plototan di ranah politik. Aduhai tuan dan nyonya. Janganlah sampai berperilaku saling plotot. Tak elok di tonton pemirsa. Tak pelak plototan poltik selalu di sertai suara keras setengah membentak. Lebih jauh plototan itu juga bisa di gunakan untuk mengertak lawan.
Nah saudara saudara kita ini lupa bahwa sebenarnya tugas mereka sebagai pejabat publik atau selebrita politik. Memang kekuasaan itu cendrung melakukan kesewenangan. Jadi sebagai oknum bergerak di ranah kekuasaan pola plotot melototi di jadikan salah satu taktik untuk menciutkan nyali lawan.
Lucunya sahabat kita yang di takdirkan (mohon maaf) bermata sipit, agak susah juga melakukan upaya membesarkan bola mata. Terpaksa, supaya kelihatan sedang marah, volume suara di stel di posisi 100.. Setengah berteriak begitu.
Sebaliknya warga yang memang sejak dilahirkan punya mata belok atau mata besar, dalam kondisi normal saja sudah menampilkan raut melotot.
Nah postur postur seperti inilah yang biasanya selalu lulus dalam seleksi menjadi aparat keamanan. Maksudnya tidak lain dan tidak bukan supaya orang orang mau berbuat kejahatan sedikit ngeper ketika melihat postur om satpol pp atau mas satpam. Apalagi kalau disertai Kumis, lengkap dah
Untungnya orang yang punya hobby mlotot itu tidak selalu punya kumis tebal. Waduh, seandainya dia melorot (ech maksudnya mlotot) maka semua yang hadir akan bubar menyelamatkan diri,…hehehehe
So Sobat, selamat melotot di tempat tempat yang tidak dilarang seperti di kamar mandi yaitu ketika anda sedang latihan drama sinetron preman tobat.
Salamsalaman
TD