Kopi luak di ruang dosen
Meracik kopi di zaman modern berbeda dengan cara meracik minuman pelawan kantuk itu di zaman baheula. Zaman baheula atau zaman dahulu kala untuk menikmati minuman penyegar tersebut diperlukan keahlian dan waktu. Dikerjakan sendiri mulai dari memetik, merajam dan mengeringkan sampai akhirnya ditumbuk sebelum di sedu dengan air hangat mendidih. Nikmat rasanya aroma kopi buatan sendiri ditambah dengan gula sesendok. Kemudian kopi dihirup sejumput demi sejumput, rasanya nikmat banget.
Zaman modern adalah zaman instan yang ditandai dengan saset. Kopi kini di kemas dengan bungkusan bungkusan kecil untuk sekali minum. Bukan saja kopi dizaman kemajuan ini semua dikemas secara praktis, baik itu teh, sabun, minyak rambut bahkan sampai ke sampho demikian juga rokok sudah di sasetkan. Nah kopi pun ketularan dalam kemasan yang beragam. Muncul pula kopi three in one, ditemui pula kopi jahe, kopi gingseng dan segala macam turunannya. Saset kopi dikemas lengkap bercampur gula dan cream.
Lihat saja di toko kelontong di sekitar kediaman anda. Penjual barang instan ini menggantungkan berbagai jenis saset. Ada saset kopi, ada saset bumbu dan sebagal macam kebutuhan rumah tangga di kemas secara mini. Kalau saja bangunan rumah bisa di saset, atau mobil bisa dikemas dalam bentuk kecil maka bisa jadi semua ditawarkan di toko kelontong itu. Kita memasuki saset semua serba praktis, memudahkan dan kemujdian menjelam menajdi eefesien dan effektif akata pakar manajemen.
Stamina terjaga
Nah tadi pagi, awak menyaksikan kopi itu dalam gelas berjejer. Diantara gelas bekas minuman tersebut terdapat dua gelas berisikan bekas saset minuman praktis. Disitu ada saset kopi luak dan satu lagi saset teh tarik. Yes Spenser di ruang Dosen Universitas Gunadarma Kampus G Kelapa Dua Depok menjadi sahabat para dosen. Ibu dosen menyiapkanm sendiri saset kopi atau sejenisnya dari rumah. Disimpan rapi didalam tas. Ketika istirahat senjata pelawan kantuk plus penambah energi ini dikeluarkan. Kemudian di sedu dengan air panas from spenser maka jadilah dia kopi aroma nan menebar mewangi di sekitar ruang sekreteris dosen.
Awalnya awak bingung bangaimana cara mengaduk minuman super nikmat itu. Sendok tidak disediakan oleh pemangku hajat rektor untuk mengaduk kopi hangat. Oh ternyata si ibu dosen mengaduk kopi super nikmat itu dengan bungkusan saset kopi luak tersebut. Bekas bungkus itu di gulung gulung kecil kemudian berubah fungsi menjadi pengaduk kopi atau lebih tepat di sebut sendok. Awak terpana menyaksikan kreativitas si Ibu Dosen.
Kopi menjadi sahabat sejati ketika dalam sehari harus masuk ke 3-4 kelas. Disamping kopi, ruang dosen juga menyiapkan teh manis hangat dalam 2 termos. Universitas Gunadarma ternyata bijak juga untuk menjaga stamina dosen. Makan siang gratis disediakan diruang makan, dengan demikian para dosen tidak perlu keluar kampus guna memenuhi hajat kampong tengah (perut). Inilah nikmatnya menghabiskan waktu di kampus. Bertemu dengan mahasiswa sesuai dengan zamannya. Di kampus selalu saja ada hal yang bisa diberitakan kepada khalayak dengan harapan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Salam Literasi
BHP, 261120
YPTD