The Power Of Mahasiswa

Akhir akhir ini kosa kata The Power Of Emak Emak semakin populer ketika Calon Wakil Presiden Sandiaga Shalahudin Uno menyapa kaum hawa di KPU  pada saat pendaftaran Pilpres 2019.

Populasi Emak emak di negeri ini memang melebihi kaum pria seperti juga terjadi di negeri lain. Berdasarkan catatan statistik BPS tampaknya Usia Harapan Hidup (UHH) ibu rumah tangga lebih panjang dibanding bapak bapak pekerja.

Analisa  : sebagian besar emak emak lebih banyak bergerak antara pasar tradisional, dapur dan sumur sehingga terhindar dari resiko musibah kecelakaan di jalanan.

Kali ini saya tak ingin membahas the power of emak emak tetapi mohon izin meneliisik gaya hidup pada kaum muda terutama  mahasiswa. Sesungguhnya di negara ini terdapat satu kekuatan penggerak perubahan luar biasa dari  kampus perguruan tinggi negeri dan swasta. Itulah The Power Of Mahasiswa Mahasiswi berdasarkan perjalanan  sejarah demokrasi.

Agent Of Change

Mari sejenak membaca perjuangan  kaum muda berstatus mahasiswa atau mantan mahasiswa.  Adam Malik dan kawan kawan pemuda dizaman revolusi setengah memaksa Bung Karno dan Bung Hatta untuk mengumumkan Kemerdekaan Republik Indonesia. Fakta Jum’at 17 Agustus 1945  Proklamasi diumumkan keseluruh dunia, Indonesia Merdeka.

Jauh sebelumnya para pemuda di tahun 1908 mendirikan organisasi pemoeda sebagai cikal bakal kebangkitan nasional di gagas  intelektual muda. Tahun 1928 pada zaman penjajahan Belanda, tanpa rasa takut pemuda mengangkat sumpah.  Sumpah Pemuda berisikan keberanian mengatakan satu nusa satu bangsa dan satu bahasa.

Demikian juga demonstrasi di tahun 1966 dan tahun tahun setelahnya ketika mahasiswa  turun kejalan dalam kesatuan organisasi HMI dan lain lain menuntut perbaikan nasib rakyat.

Puncak peran mahasiswa dalam menegakkan demokrasi berdasarkan Pancasila  terjadi tahun 1998.  Kala itu mahasiswa mahasiswi menduduki gedung (DPRRI) bundar senayan. Mereka mengancam tidak akan pulang kerumah sebelum  Presiden Soeharto turun tahta.  Kekuatan mahasiswa berhasil,  Presiden Soeharto lengser dari pemerintahan yang telah diduduki selama 32 tahun.

Bukan menafikkan peran TNI dan Anggota MPR / DPR secara konstitusional membela rakyat namun dalam kenyataan peran mahasiswa lebih bermakna membela rakyat.  Mahasiswa walau berbeda zaman tetap saja memiliki sikap idealis dan berjiwa heroik . Siapapun dengan kekuasaan apapun  tidak akan bisa membungkam suara mahasiswa.

Terkait dengan posisi pemuda dalam hal ini mahasiswa/i  ada sedikit joke beredar di kampus  dikaitkan dengan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Begini ;

  1. Kampus : Mahasiswa takut sama dosen
  2. Fakultas : Dosen takut sama dekan
  3. Universitas : Dekan takut sama rektor
  4. Kementerian : Rektor takut sama mendiknas
  5. Istana : Mendiknas takut sama presiden
  6. Jalanan : Presiden takut sama mahasiswa ( peristiwa tahun 1998)

Hebat ya Mahasiswa

Ini dia logika ilmiah teruji dan terbukti

Oleh karena itu hati hatilah penguasa atas aksi unjuk rasa mahasiswa menyuarakan  amanat penderitaan rakyat (ampera) di jalanan. Dalam kapasitas sebagai agent of change Mahasiswa bergerak membela kepentingan rakyat tanpa rasa takut. Mreka hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Itulah yang dinamakan sikap nothing to loose.

Kalau perlu jiwa mereka korbankan untuk nusa bangsa bersebab tidak ada yang perlu dikuatirkan karena status jomblo.  Hanya saja orang tua kandung menyesali nasib sang anak yang seharusnya menjadi sarjana tetapi berubah menjadi pahlawan kemanusiaan.

Mahasiswa sebagai generasi muda adalah iron stock, mereka disimpan dalam artian  dididik perguruan tinggi untuk menerima estafet tongkat kepemimpinan. Pada gilirannya Mahasiswa menggantikan  dan menghentikan kekuasaan generasi old.

Sejarah perjuangan Indonesia mencatat pemuda dari sebagian besar mahasiswa mampu merubah pemerintahan berkuasa yang tidak berpihak kepada nasib kaum dhuafa/rakyat miskin.

Waspadalah, jangan sampai mahasiswa turun kejalan,

 

Salamsalaman

TD

 

Tinggalkan Balasan