SULIT sekali menemukan sahabat Disway yang pernah melakukan perjalanan ke gugusan “Maldives of Indonesia” ini: kepulauan Widi. Padahal Widi sudah mau dilelang secara internasional. Penutupan lelangnya tanggal 14 Desember hari ini. Menurut CNN.
Saya pun menghubungi sahabat lama. Yang paling saya ingat: dia cantik sekali, dengan 5i. Tapi sudah lama tidak bertemu dengannyi.
Ini dia: Rifda Ammarina. Umur: rahasia.
Saya hubungi Rifda. Masih centil seperti dulu. Masih gesit. Dinamis. Agresif. Bicaranyi secepat langkahnyi.
Saya menyesal tidak video call. Hanya bisa mendengar suara khasnyi.
Rifda ternyata pernah ke Widi. Dan dia terpesona. Terpana. Tertegun. Ampun-ampun indahnya.
“Saya menyesal mengapa tidak mendengar keindahan Widi dulu-dulu,” ujar Rifda kemarin malam.
Kini Rifda menjadi pengusaha sosiopreneur. Dia punya perkebunan buah tropis yang besar di pojok Selatan Banten: Cikeusik.
“Padahal saya ini asli Ternate. Widi itu di provinsi saya, Maluku Utara,” kata Rifda menyesali diri.
Rifda mendengar nama Widi kali pertama belum lama. Yakni ketika akan dilaksanakan WIFT (Widi Internasional Fishing Tournament). Itu kegiatan tahunan untuk mempromosikan kawasan laut nan indah. Seperti halnya Sail.
Anda sudah tahu: pernah ada Sail Wakatobi, Sail Belitung, Sail Morotai.
Yang saya ingat hanya Sail Morotai dan Wakatobi. Saya ke dua tempat itu untuk mempersiapkan bidang yang jadi tanggung jawab saya waktu itu.
Rifda pun ingin ikut menghadiri WIFT. Menko Luhut Panjaitan yang meresmikannya. Maka Rifda terbang dari Jakarta ke Ternate. Sekalian menengok ayahnyi yang sudah 92 tahun.
Dari Ternate Rifda terbang ke Pulau Bacan. Di sinilah terdapat lapangan terbang kecil terdekat dengan gugusan Pulau Widi.
Bacan, Anda sudah tahu: Makkah-nya batu akik. Akik Bacan, Anda sudah dengar: pernah jadi hadiah berharga ketika Presiden Barack Obama ke Indonesia.
Saya juga masih ingat: Bacan pusat penangkapan ikan. Waktu itu saya pusing: kok Bacan tidak punya cool storage yang memadai. Laut sekitar Bacan adalah hypermarket-nya ikan laut Indonesia: gudang tuna, marlin, napoleon, dan nama ikan-ikan lainnya yang Anda sudah hafal.
Sampai di Bacan Rifda kaget. Kegiatan WIFT ternyata tidak di Widi. Kegiatan itu dipusatkan di Bacan. Di pelabuhan Babang. Di Bacan Timur.
Babang memang menghadap ke Widi. Tapi bukan Widi. Masih jauh. Apa oleh buat. Keburu basah. Selesai acara pembukaan itu Rifda nekat: carter perahu long boat ke Widi. Perjalanan laut masih sekitar 2 jam. Ongkos sewa long boat-nya saja Rp 4 juta. Dia ajak tiga temannyi ke Widi.
Jadi, Anda tidak usah malu belum pernah ke Widi. Rifda saja, yang putri daerah sana, baru kali itu ke Widi. Dan Rifda mengaku seperti mati berdiri. Sungguh indahnya tak terpermanai.
“Raja empat bukan apa-apanya,” ujar Rifda.
Di gugusan Widi banyak sekali pulau kecil. Untuk memudahkan saja, internasional menyebutnya sebagai gugusan 99 pulau. Jumlah sebenarnya saya tidak tahu. Ada yang menyebut 100 sampai 200 pulau.
Nama gugusan Widi itu baru benar-benar top justru ketika akan meninggal dunia: pengelola kawasan itu lagi sekarat. Kantor berita CNN menyiarkan ini: balai lelang internasional Sotheby melelangnya secara internasional. Keunggulan gugusan Widi diuraikan di situ. Artis dunia Shakira akan ikut lelang. Lelang dibuka tanggal 7 Desember. Ditutup 14 Desember 2022.
Heboh. Di dalam negeri. Dikatakan, Indonesia lagi menjual pulau terindahnya ke asing.
Saling bantah.
Saling menjelaskan.
Salah satu penjelasan itu mengatakan: pulaunya tidak dijual. Yang dijual adalah saham perusahaan yang mendapat hak pengelolaan Widi dan sekitarnya.
CNN menyebut luas kawasan Widi mencapai 10.000 hektare. Seluas Bora-Bora. Yakni kepulauan indah di dekat Tahiti yang dikuasai Prancis.
Pengelola Widi adalah: PT Leadership Islands Indonesia (LII). Anda lebih tahu siapa pemilik perusahaan itu.
Yang juga belum jelas adalah: seberapa luas konsesi itu. Kalau pun mencapai 10.000 hektare itu biasa saja. Konsesi 10.000 hektare itu kecil. Banyak perusahaan sawit yang punya konsesi jauh lebih besar dari itu. Tidak ada yang ribut.
Kini, setidaknya Rifda sudah menginjakkan kaki di Widi. Yakni di pulau yang paling besar: pulau Nusa Raa. Di pantainya: Pantai Umami.
Ternyata hari itu Rifda melihat banyak sekali perahu layar asing yang sudah buang sauh di sekitar pantai Umami. Rupanya, awalnya, WIFT akan dipusatkan di sini. Tapi terlalu jauh. Maka dilakukan di Bacan saja.
Gubernur Maluku Utara juga ke Widi. Sebagian peserta upacara di Bacan melanjutkan acara ke Widi. Tapi Rifda harus segera balik ke Bacan. Batas waktu carter long boat-nya habis. Boat itu harus kembali ke Bacan sebelum gelap.
Rifda pun terpaksa pulang. Dengan dendam: harus ke Widi lagi. Siapa pun pemiliknya nanti.
Jadi, lelang itu jual pulau atau jual saham? Apa bedanya? (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 13 Desember 2022: Mau Voting
Zakaria Chen fu
Indonesia seharusnya juga menjadi negara kerajaan.karena history negeri ini adalah raja raja serta perilaku masyarakat kita
thamrindahlan
(13) Kalau boleh saran Encik Anwar Ibrahim menghindari voting di DPR Malaysia. Ambil cara aman saja. Raja di Raja Tuanku Paduka pun tak dibuat syusyah. Bekerja dan bekerja buktikan kepiawaian dan pengalaman Anda. Tanpa dukungan DPR sono pasti rakyat bersuka ria. Apalagi rambut sudah putih kening telah berkerut kerut. Toh sudah memenuhi syarat pemimpin dari negara sebelah. wilayah genting andapun tahu tempat mengadu kartu nasib hindari voting ber resiko pilu Jangan mengadu tuan punya nasib salamsalaman