Puisi Untuk Ibunda Hj Kamsiah Binti Sutan Mahmud

Puisi, YPTD68 Dilihat

 

Puisi ‘ntuk Mak

 

 

IBU, kami memanggilnya Mamak

 

mak mak mak, itulah panggilan sayang kami kepada seorang perempuan

 

perempuan yang melahirkan delapan anak,

 

 

 

mamak membesarkan kami tanpa pembantu rumah tangga

 

mamak membesarkan kami dalam keterbatasan

 

keterbatasan ekonomi, memang ketika itu zaman susah

 

mamak menyekolahkan kami, ya semua kami di sekolahkan

 

 

Kutil Lepas & Parasit akan Keluar dari Tubuh. Baca ini!

Recommended by

bersama bapak mamak membesarkan kami

 

mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang

 

 

 

ntuk, membantu ekonomi keluarga

 

sempat sempatnya mamak berdagang,

 

saudagar perempuan di desa Tempino

 

dari satu kampong ke kampong lain

 

menjajakan niaga beban tertanggung

 

 

 

inilah bukti kasih sayang seorang ibu,…

 

kami menyebutnya uni

 

kakak perempuan ku tertua

 

kakinya ditakdirkan lemah

 

entah polio entah apa, lumpuh lunglai tungkai

 

maklum di kampung,

 

kedua kaki uni lemah, tidak bisa digerakkan apalagi berjalan

 

nenek kami berkata, oh sansai nya cucu ku

 

‘ kan menjadi apa dia,

 

dia hanya bisa mengusir ngusir ayam di halaman

 

dengan sapu lidi, mengusir ayam yang menggangu jemuran padi dihalaman

 

 

 

dia anakku perempuan, kata mamakku bersikeras , dia harus disembuhkan

 

mamak tak mau menyerah

 

uni di gendong kemana mana

 

di bawa berobat,

 

mamak tak mau kalah, ini bukan takdir

 

mamak tidak peduli kata orang sekampung

 

lunglai tungkai harus di obati

 

 

 

berkat perjuangan, kasih sayang mamak

 

akhirnya uni bisa berjalan, bisa bersekolah tinggi

 

uni Husna berhasil menjadi Notaris

 

kini uni menggantikan mamak menjadi bundo kandung

 

bundo kandung tempat anak kemenakan berlindung

 

uni tempat bernaung

 

 

bayangkan kalau uni tidak di sembuhkan,

 

uni hanya akan menghabiskan hidupnya

 

mengusir ngusir ayam di halaman

 

jasa dan pengorbanan mamak sungguh tak tergantikan

 

 

 

adik bungsuku Yahya Dahlan

 

ditakdirkan lahir dengan kaki terbalik

 

dia tak bisa berdiri tegak

 

mamak tidak mau menerima begitu saja

 

adikku di gendong kemana mana

 

mamak bersikeras kaki adikku harus di luruskan

 

walau orang sekampungku bilang.

 

terimalah takdir itu, maktuo

 

itu cacad bawaan, tidak usah di obati, terimalah nasib itu mak tuo

 

malah sekampong menyebuit adikku sebagai si pengkong

 

 

 

mamak bersikeras,  adikku harus operasi kaki

 

ya, kaki adikku di luruskan

 

dengan gips di kaki yang sangat berat

 

mamak menggendong Yahya kemana mana

 

Alhamdulillah adikku kakinya lurus

 

bisa berjalan normal, bahkan berlari lari

 

 

 

coba bayangkan kalau adikku tidak operasi

 

adikku akan cacat selamanya.

 

dengan kaki lurus

 

tidak ada lagi ejekan ” si pengkong”

 

Yahya hidup berbahagia  sejahtera

 

 

 

mamak sanga bersahaja ,

 

pandai memasak, gulai tauco keahliannya

 

senyumnya adalah senyum terindah didunia

 

mamak adalah segalanya

 

tidak pikun di usia senja

 

mengaji dan bersedekah

 

bersedekah dan mengaji

 

terima kasih mak, …….

 

walau mamak telah tiada

 

semangat mamak ada di sukma

 

doa kami teriring disetiap ibadah

 

Mamak ku bernama Hajah Kamsiah Binti Sutan Mahmud.

 

wafat di usia 90 tahun

 

bersanding dengan Ayahahanda Haji Dahlan Bin Affan

 

di pemakaman abadi Bogor

 

 

Jakarta, Hari Ibu,  22 Desember 2022

TD

 

Tinggalkan Balasan