Sejak awal Pebruari 2021, tatanan pendidikan Indonesia berubah seketika saat pandemi Covid-19 mulai mewabah . Perubahan sistem pendidikan yang tiba-tiba sontak membuat para insan pendidikan terutama guru kalang kabut dalam menghadapi perubahan ini. Sistem pendidikan yang sebelumnya terorganisasi secara tatap muka, harus ditransformasi menjadi pembelajaran jarak jauh yang diistilahkan dengan BDR (Belajar Dari Rumah). Segala proses pelaksanaan pembelajaran harus dilaksanakan secara daring (online) demi memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Menanggapi kondisi yang demikian, pemerintah sangat perlu menentukan kebijakan dalam menghadapi kondisi darurat wabah Covid-19 tersebut. Hal tersebut telah dibuktikan dengan adanya Surat Edaran Kemdikbud No 4 Tahun 2020 mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Corona virus Disease (Covid-19). Pemerintah telah menentukan tiga prinsip kebijakan terkait pembelajaran daring. Pertama, pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberi pengalaman belajar yang bermakna tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum. Kedua, pembelajaran difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup. Ketiga, aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjanagan akses/fasilitas belajar di rumah.
Untuk menyesuaikan dengan konteks di atas dan dalam rangka menciptakan proses pembelajaran jarak jauh yang bermakna dan menyenangkan untuk siswa, penulis menformulasikan sebuah strategi pembelajaran jarak jauh yang mengedepankan peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Strategi itu adalah strategi SAWER yang merupakan akronim dari Stimulating, Acting, Wrapping-up, Expressing, dan Re-expressing. Strategi ini sudah diimplementasikan sejak awal tahun ajaran baru 2020/2021 dan terbukti mampu menarik motivasi dan keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran dari rumah.
SAWER merupakan strategi pembelajaran yang didesain penulis untuk mendukung pembelajaran jarak jauh. Strategi ini merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan empat keterampilan bahasa yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Walaupun mengintegrasikan empat keterampilan bahasa, hasil akhir (outcome) pembelajaran lebih ditekankan pada keterampilan berbicara. Hal ini disebabkan karena penulis lebih menfokuskan pada pengembangan dan peningkatan kemampuan berbicara/komunikasi bahasa Inggris selama siswa mengikuti pembelajaran dari rumah. Secara terperinci langkah-langkah dalam strategi SAWER yang merupakan akronim dari Stimulating, Acting, Wrapping-up, Expressing, dan Re-expressing diuraikan dalam penjelasan berikut.
Langkah pertama yaitu Stimulating (menstimulasi). Ini merupakan langkah awal dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang mana siswa distimulasi/dirangsang untuk menumbuhkan motivasi dan konsentrasi belajar mereka. Stimulus yang diberikan guru dalam bentuk variasi media seperti gambar, video, musik ataupun film pendek. Dengan stimulus yang diberikan kepada siswa, materi yang disajikan bisa menarik perhatian dan minat mereka dalam mengikuti pembelajaran. Di sini, penulis menstimulasi siswa dengan menyuguhkan berbagai video pembelajaran dalam bentuk animasi. Video pembelajaran animasi tersebut didesain sendiri oleh penulis lewat channel YouTube yang dimilikinya dan disesuaikan dengan indikator kompetensi yang ingin dicapai di akhir pembelajaran. Setelah siswa menonton video yang diberikan, pemahaman mereka tehadap materi akan dicek/dites melalui game (permainan) pembelajaran secara online. Penulis memanfaatkan aplikasi game berbasis web yang disebut dengan Wordwall. Ringkasnya, teknik stimulasi yang diberikan guru dalam tahap pertama ini yaitu dengan video dan game (permainan).
Langkah kedua yakni Acting (memperagakan). Akting yang dimaksud di sini adalah siswa memperagakan atau mempertunjukkan apa yang ditayangkan dalam video pembelajaran yang telah mereka tonton sebelumnya. Siswa diharapkan mampu untuk menampilkan baik secara monolog maupun dialog apa yang telah mereka pelajari. Dengan kata lain, siswa meniru atau mencontoh ungkapan-ungkapan/ekspresi/ekspresi yang digunakan dalam video. Dengan menampilkan sesuatu, ini akan memudahkan siswa untuk lebih kreatif dalam memahami materi. Dan bagi guru, untuk melihat aktivitas mereka dalam menampilkan akting mereka, guru bisa mengadakan tatap muka virtual melalui aplikasi konferensi seperti Zoom, Google Meet, ataupun Webex. Dengan demikian, guru bisa memantau sejauh mana partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran daring.
Langkah ketiga adalah Wrapping-up (menyimpulkan). Siswa menyimpulkan (wrap) materi apa yang telah mereka pelajari. Pada awal pembelajaran, siswa diberikan video dan tanpa disadari mereka membaca materi dan mencatat bagian-bagian penting. Setelah siswa berusaha untuk memperagakan materi dalam bentuk dialog atau monolog, mereka harus membuat catatan-catatan penting dalam bentuk simpulan/resume untuk memperkuat daya ingat mereka terhadap materi yang dibahas. Keterampilan menyimpulkan merupakan salah satu aspek keterampilan berpikir kritis karena menuntut siswa unuk mampu menguraikan dan menjelaskan hal-hal penting dengan gaya bahasa mereka.
Langkah keempat adalah Expressing (mengekspresikan/mengungkapkan). Setelah apa yang siswa susun dalam bentuk rangkuman/kesimpulan atau mengelompokkan beberapa ekspresi yang dipakai dalam suatu monolog/dialog, mereka akan mengekspresikan/mengkomunikasikan topik/pokok bahasan dalam bentuk presentasi monolog/dialog. Di tahap ini siswa diberikan situasi tertentu. Selanjutnya, mereka akan menyusunnya dalam bentuk monolog/dialog dan menampilkannya pada temannya terlebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan unttuk mendapatkan masukan dan perbaikan minimal dari seorang teman. Mereka bisa saling bertukar ide/gagasan agar bisa tampil lebih sempurna. Karena saat ini menjalani pembelajaran jarak jauh, komunikasi antar siswa dilakukan melalui aplikasi whatsapp.
Langkah terakhir yaitu Re-expessing (mengekspresikan kembali). Pada tahap akhir ini, siswa mempresentasikan monolog/dialog yang sebelumnya telah mendapat masukan dari temannya dalam bentuk video. Pada langkah inilah, siswa akan berkreasi membuat video presentasi dalam bentuk monolog/dialog. Setelah mereka berhasil membuat video presentasi, selanjutnya mereka akan mengunggahnya ke platform pembelajaran daring Google Classroom untuk dilihat dan dinilai oleh guru. Selain diunggah ke Google Classroom, mereka diwajibkan untuk mengunggahnya di media sosial yang mereka punya seperti Facebook atau Instagram. Di sinilah kreativitas dan inovasi siswa akan terlihat. Selain itu, untuk mengapresiasi dan mendokumentasikan karya terbaik siswa, guru akan memilih satu atau dua orang siswa dari masing-masing kelas yang telah berhasil menyuguhkan video presentasi yang menarik dan komunikatif. Selanjutnya, akan diedit dan diunggah di channel YouTube penulis sebagai bahan/materi ajar guru untuk pembelajaran selanjutnya.
Penulis : Ni Made Wahyu Supraba Wathi, Guru Bahasa Inggris, SMA Negeri 1 Kubu, Karangasem, Bali.