Tikungan Menuju Surga 10

Terbaru64 Dilihat

Bu Hasna melihat jam tangan Rolex di pergelangan tangannya. Terlihat jarum jam panjang berada di angka sepuluh.  Artimya sepuluh menit lagi pelajaran  usai.

Slamet sudah selesai? Boleh pulang, mumpung ada truk yang          menumpangi,” kata bu Hasna.

Slamet  segera berdiri. Memasukkan buku-bukunya sambil berjalan ke luar kelas. Tak lupa mengucapkan salam dan mencium tangan bu Hasna.  Masih sampai di depan pintu  truk sudah mulai berjalan.

“Hoe, hoe, hooe,” teriak Slamet sambil berlari sekuat tenaga. Truk terus melaju. Terlanjur gas sudah diinjak sopir.  Slamet secepat berlari, tapi  mampu terkejar.  Dia hanya bisa menghela nafas panjang di sela-sela nafasnya yang terengah-engah. Dicangklongnya ransel di punggungnya sambil berdiri tetap berdiri di pinggir jalan. Melihat arah utara, berharap ada lagi yang bisa ditumpangi nya.

“Hai, ayo naik. Cepat,” suara Surya mengagetkan.

Ternyata truk yang sudah berjalan, mundur lagi untuk mengambil dirinya. Slamet dengan cekatan menaiki bak truk. Menyusul ke empat temannya yang  sudah ada di atas.  Mereka tersenyum bercanda sambil menikmati kibasan angin.

Perlahan hembusan angin semakin lama semakin terasa dingin. Tak sampai di situ, angin mulai membawa titik-titik air yang bisa membasahi baju dan tasnya. Slamet segera mengeluarkan  kresek. Dibalutkan ke tubuhnya. Surya dan tiga teman  berpindah tempat ke depan. Mendekap tas agar tidak terkena air hujan. Hujan semakin deras. Baju Surya mulai basah.        “Kamu tidak membawa kresek?” tanya Slamet.

Ketiganya hanya menggelengkan kepala.  Slamet  melepas jas hujannya.

Tasnya saja yang dibungkus. Biar muat empat tas. Bukunya  yang   penting. Biar nggak basah,” kata Slamet setengah berteriak.

Tinggalkan Balasan