Kisah 21 Hari Belajar STEM di Xuzhou China

Humaniora70 Dilihat

21 Hari Belajar STEM di Xuzhou, China

 

I Gusti Lanang Gede Putra Astawa
I Gusti Lanang Gede Putra Astawa

Belajar ke luar negeri. Tak pernah sedikitpun terlintas dalam benak saya. Bagaimana tidak, saya hanya seorang guru sekolah dasar dari sebuah kota kecil di pulau Bali.

Nama saya I Gusti Lanang Gede Putra Astawa. Saat ini, saya bertugas di SD Negeri 1 Semarapura Tengah, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Jika di cari di peta, Klungkung merupakan kabupaten paling kecil di Bali. Jadi tidak salah bila saya menyebut diri sebagai guru dari kota kecil di pulau Bali.

 

Sebagai seorang guru, salah satu kebanggaan saya ketika melihat peserta didik berhasil menguasai materi yang saya ajarkan. Hal ini yang memotivasi saya untuk terus belajar meningkatkan kompetensi diri, mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi di kelas.

 

Berawal dari rendahnya hasil belajar siswa dalam operasi hitung bilangan bulat, saya membuat sebuah media pembelajaran berbasis android. Media pembelajaran ini saya namakan “Manik Android”. Melalui media pembelajaran ini, saya berhasil menjadi juara 2 di perlombaan inovasi pembelajaran (Inobel) kategori matematika dan IPA (MIPA) SD tingkat nasional di tahun 2019.

 

Belajar Ke Xuzhou, China

Berhasil menjadi juara 2 nasional di ajang perlombaan inovasi pembelajaran, ternyata membawa berkah yang sangat luar biasa. Saya mendapat kesempatan untuk mengikuti program short course ke China University of Mining and Technology (CUMT), Xuzhou, China yang diselenggarakan oleh Kemendikbud di tahun 2019.

 

Kegiatan short course diadakan di bulan Maret 2019. Selama tiga pekan (dari tanggal 3 s.d 21 Maret 2019) kami berkesempatan untuk menggali ilmu berkenaan dengan Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM).

 

Kami berangkat ke China pada hari Minggu, 3 Maret 2019 dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Pesawat sempat transit di Hongkong Internasional Airport. Di sana kami menunggu penerbangan menuju ke Bandar Udara Internasional Nanjing. Dari Nanjing, kami harus menempuh perjalanan dengan menggunakan kereta api cepat (Metro Nanjing) ke Xuzhou.

 

Dua hari awal short course, kami lebih banyak diperkenalkan mengenai kondisi CUMT dan Xuzhou secara umum. Kami belajar mengenai peraturan yang ada di sana. Kami juga diperkenalkan mengenai CUMT yang merupakan perguruan tinggi modern tertua di China. Selain itu, kami juga belajar Bahasa China dasar.

 

Dihari kelima, baru kami mulai mempelajari STEM. Kami semua diajak ke CUMT Nanhu Campus untuk melihat bagaimana penerapan STEM dalam pembelajaran di kampus. Beberapa hal yang sangat menarik perhatian saya yaitu semua kegiatan pembelajaran di kelas direkam, kemudian hasil rekaman akan diunggah di website kampus.

 

Hasil rekaman pembelajaran di kelas, ternyata sangat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi mahasiswa yang belum memahami materi, dapat menonton tayangan pembelajaran tersebut. Rekaman tersebut juga dimanfaatkan dalam proses menilai baik itu menilai siswa, guru, maupun proses pembelajaran.

 

Selain belajar di kampus, selama di Xuzhou kami diajak untuk mengunjungi sekolah-sekolah yang ada di sekitar kampus. Salah satu kunjungan yang menarik perhatian saya adalah kunjungan ke Wanjai Elementari School. Di sana saya dapat kesempatan untuk melihat secara langsung proses pembelajaran di kelas.

 

Pembelajaran yang disajikan sangat atraktif. Pembelajaran lebih banyak menonjolkan aktivitas siswa. Di sana saya melihat peran guru lebih banyak sebagai fasilitator. Siswa diajak berkolaborasi satu dengan yang lain. Mereka menjadikan diskusi sebagai sarana untuk membangun kolaborasi. Dan, penggunaan teknologi yang sangat kental dalam proses pembelajaran.

 

Pembelajaran STEM di Xuzhou ternyata juga didukung oleh Xuzhou Technology Innovation Centre. Mereka bekerja sama dengan sekolah-sekolah menyediakan perlengkapan robotik untuk siswa dari SD sampai SMA. Di sana, robotik merupakan salah satu materi pelajaran. Untuk merangsang siswa untuk belajar, mereka banyak menyelenggarakan kompetisi robotik.

 

Belajar selama tiga pekan di China ternyata banyak membuka wawasan saya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Saya menyadari, banyak hal yang harus saya pelajari dalam meningkatkan kompetensi diri dalam menjalani profesi saya sebagai seorang guru.

 

Motivasi saya selanjutnya adalah bagaimana menerapkan pengetahuan baru mengenai STEM yang saya dapatkan di Xuzhou, agar bisa saya terapkan di sekolah saya. Saya menyadari, dari segi infrastruktur ICT, sekolah saya masih kalah jauh dengan sekolah-sekolah yang saya kunjungi di Xuzhou. Namun, saya menyadari hakikat STEM bukan di ICT, namun bagaimana melaksanakan proses pembelajaran di kelas yang mampu memotivasi siswa untuk berkolaborasi aktif dan berpikir kreatif dalam menyelesaikan permasalahan melalui integrasi Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM).

 

Semarapura, 27 September 2020

I Gusti Lanang Gede Putra Astawa, S.Pd.SD

Tinggalkan Balasan

15 komentar

  1. Ping-balik: Cartel cartridges
  2. Ping-balik: hfm ดีไหม
  3. Ping-balik: บาคาร่า
  4. Ping-balik: เทรดทอง
  5. Ping-balik: junk search engine
  6. Ping-balik: เสื้อวง
  7. Ping-balik: Ford Everest
  8. Ping-balik: fortnite esp
  9. Ping-balik: remisolleke
  10. Ping-balik: fox888