Sejumput Ilmu dari Negeri Tirai Bambu
Dra. Eda Sukawati
Ke luar negeri merupakan rentetan kata yang jauh dari angan. Tak kan pernah pula singgah di bilik keinginan. Akan tetapi, ketika Alloh menjadikannya sebagai ketentuan, mudah bagi-Nya untuk memilih satu nama dari deretan 1.000 guru untuk belajar STEM ke luar negeri. HP berdering dari staf Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memberiku kesempatan untuk bergabung dengan guru-guru hebat dari penjuru Indonesia untuk belajar ke China.
Semua rasa bercampur, iringi kegiatan persiapan administrasi termasuk pembuatan paspor. Ada rasa bingung juga karena ketidakmampuan berbahasa Inggris maupun China. Mengingat bahasa merupakan alat komunikasi. Namun, jumlah peserta ke China sangat banyak membuat rasa bingung itu sedikit terobati.
Berangkatlah ke Jakarta untuk menerima pembekalan belajar ke China. Apa yang bisa dibawa dan apa yang tidak boleh dibawa harus diperhatikan peserta. Padahal beberapa makanan yang setidaknya amat nyaman dengan lidahku sudah kusiapkan untuk kubawa. Obat yang harus aku minum saat vertigoku kambuh dan obat-obat lain. Semua terpaksa harus aku kirim balik ke rumah.
Pesawat terbang Cathay Pasific, membawaku melintasi lautan, membawaku keluar jauh dari negaraku, dari rumahku, dari keluargaku, dari rutinitas kerjaku. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama, dengan sedikit ketakutan kala berada di udara telah mengantarku sampai di bandara Hongkong untuk transit. Cathay Pasific mendarat pukul 06.48. Untuk pertama kalinya harus melewati pemeriksaan imigrasi negara lain. Ketidakmampuan menangkap makna bahasa sedikit mengganggu pemeriksaan keimigrasian. Setelah berhasil melewati pemeriksaan, aku bersama rombongan menunggu keberangkatan berikutnya. Yang menarik saat berjalan di bandara Hongkong, bunga-bunga ditanam indah di banyak tempat. Bunga-bunga cantik beberapa macam yang ditanam dalam taman kecil sekira 1m persegi, ada bunga seperti mawar tetapi tidak berduri, tingginga hanya sekita 10 s.d. 15 cm, warna kuning, oranye, merah jambu, ada bunga apa lagi, dari beberapa bunga yang aku kenal adalah anggrek bulan berwarna ungu.
Dari bandara Hongkong, ganti pesawat menuju ke China. Sampailah di Bandara Nanjing, China. Setelah mengisi blangko kedatangan, melalui imigrasi bandara harus rekam 4 jari kiri dan dua jempol. Lolos dari keimigrasian, dua bus menjeput untuk mengantar menuju kota Xuzhou, Jiangsu. Udara superdinginnya, 9⁰ C, menusuk tulang. Bus menelusuri jalan antarkota yang lengang. Lahan pertanian sayuran hijau terhampar di kanan kiri jalan, berselang seling dengan pohon-pohon yang daun-daunnya berguguran. Lima jam menikmati perjalanan gersang, mulai terlihatlah kehidupan kota yang ditandai dengan lampu malam yang amat meriah menghiasi pinggir jalan dan gedung-gedung tinggi. Sampailah di dormitory, gedung bertingkat tempatku menginap selama 21 hari untuk belajar STEM. Saat regristasi, aku menerima fasilitas berupa tas yang berisi 1 buku tulis, 1 buku petunjuk, 1bolpoin, 1 kartu partisipan.
Sebelum masuk ke kamar masing-masing, aku beserta rombongan dipersilakan untuk makan malam. Kami menuju ruang makan, satu per satu mengambil tempat makan, sendok, dan garpu. Mereka mengambilkan nasi dan lauk-pauk dan menyajikannya di tempat makan yang aku bawa, ah… betapa kagetnya, porsinya amat besar. Malam pertama di China, pertama kalinya merasakan masakan China. Untuk pertama kalinya pula tahu bahwa porsi makan di China, superbanyak. Ah, tidak akan habis dengan porsi makan sebanyak itu. Pelajaran pertama, pelajaran tentang budaya makan di China.
Menimba ilmu selama 21 hari di China dilakukan dengan belajar di kampus; berkunjung ke SD Wangjie, SMP Xinyuan, SMA; wisata budaya China, dll. Ilmu yang dipelajari dari belajar bahasa Mandarin, menulis kaligrafi China, ilmu dan tradisi minum teh dan pembelajaran di kelas-kelas. Pembelajaran di kelas-kelas amat menarik, dari tingkat sekolah dasar sampai menengah, kelas sudah berbasis IT, berupa layar sentuh yang lebar.
Ada sejumput ilmu yang dapat aku tulis.
Pelajaran di Kelas
Pembelajaran berpuisi di SD dengan menggunakan bermacam metode, semua siswa aktif. Aktivitas siswa berupa bertanya, menanggapi, menyanggah, debat membuat kelas menyenangkan dan interaktif. Penilaian proses pembelajaran berupa kuis dan pemberian penghargaan untuk peraih nilai tertinggi. Keterampilan anak dikembangkan sesuai dengan bakat dan potensi anak. Keterampilan siswa bersastra dikembangkan dengan berpuisi, sebagian lain dengan menyanyi, kelompok lain membaca cerita, bermain drama, dan menari. Yang menarik lagi dari beberapa kelas adalah karakter siswa yang tertib dan teratur. Tidak ada yang berebut menjawab pertanyaan. Ketika ada beberapa siswa yang akan menjawab pertanyaan guru maka siswa yang berdiri pertama itulah yang berkesempatan untuk menjawab, dan siswa yang lain akan duduk kembali. Amat teraturnya kelas.
Pelajaran Budaya
China menghargai budaya baik berupa situs-situs budaya yang menjadi tempat wisata, maupun tradisi/budaya China yang harus tetap terjaga. Kuil Confucius di Kota Qufu, King Chu’s Mausoleum, Pan’an Lake, Han Dinasty Terracotta bisa dikunjungi wisatawan. Budaya minum teh sebagai tradisi yang dijunjung tinggi. Acara minum teh bersama dilakukan untuk menyambut tamu yang dianggap penting.
Budaya yang tercipta di penduduk China yang lain adalah budaya antre. Mahasiswa yang menunggu bus akan duduk secara tertib di tempat duduk yang ada di halte tanpa berdesakan. Jika tempat duduk telah penuh, orang yang datang terakhir juga akan berdiri berjajar ke belakang. Di rumah sakit kampus juga demikian, terlihat antrean pasien berdiri panjang di depan loket. Di stasiun terlihat penumpang yang akan menaiki kereta api cepat berdiri berjajar tidak ada yang berdesakan, menunggu penumpang turun. Aku membayangkan betapa sulitnya terbentuk budaya antre seperti ini.
Alhamdulillah, Alloh telah mencurahkan berbagai nikmat, yang mengiringi sepanjang perjalananku. Inilah sejumput ilmu yang dapat kutulis dalam perjalanan ke Negeri Tirai Bambu dari hamparan ilmu yang terbentang antara Jakarta—Jiangsu.
Dra. Eda Sukawati |
SMP Negeri 1 Boyolali |
Juara II OGN Mapel Bahasa Indonesia |
Tahun 2018 |