Sputnik di Daratan Negeri China

Humaniora0 Dilihat

SPUTNIK DI DARATAN NEGERI CHINA

Oleh : Al Halim Khasia Rahman, S.Pd.


Guru SMP Negeri 28 Kota Tangerang

 

Gemerlap lampu jalanan dan udara dingin yang menyelimuti kota Jakarta di pagi buta hari Minggu tanggal 3 Maret tahun 2019 mengawali perjalanan saya bersama 49 orang guru dari berbagai kota di Indonesia serta 2 orang pembimbing menuju Kota Xuzhou, Provinsi Jiangsu, Cina untuk belajar tentang STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) di China University of Mining and Technology (CUMT) selama 21 hari yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

 

Sebelum berangkat kami dibagi ke dalam 2 grup. Grup 1 beranggotakan 37 orang guru yang dibimbing oleh Ibu Rohmi dan saya sendiri bergabung dengan grup 2 bersama 12 orang guru lainnya yang dibimbing oleh Pak Hery Azhar. Kami berangkat menggunakan mini bus ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta tidak lama setelah grup 1 pergi.

 

Sebagai peserta yang paling muda dan menjadi perwakilan guru dari SMP Paramarta Unggulan di Kota Tangerang Selatan saya merasa sangat bersyukur memiliki kesempatan ini. Dikelilingi oleh guru-guru yang luar biasa hebat dan telah berkontribusi selama belasan hingga puluhan tahun membentuk wajah pendidikan Indonesia, saya dapat belajar banyak dari mereka untuk ikut berkontribusi demi kemajuan pendidikan negeri tercinta, Indonesia.

 

Tidak lama setelah tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta kami terbang menggunakan pesawat Cathay Dragon menuju Hong Kong International Airport untuk transit selama beberapa jam, kemudian lanjut menuju Nanjing Lukou International Airport. Perjalanan selama belasan jam menempuh ribuan kilometer dari tempat kelahiran saya di Kota Tangerang merupakan perjalanan terjauh yang pernah saya lalui seumur hidup saya.

 

Kami tiba di Nanjing menjelang tengah malam, udara mulai terasa dingin semenjak langkah pertama keluar dari pesawat. Pengukur suhu di mobile phone menunjukkan suhu mendekati 0oC. Dengan langkah yang mulai terasa berat, jari jemari serta wajah yang mulai terasa kaku, kami melanjutkan perjalanan untuk menemui 2 orang pemandu yang telah menunggu di depan pintu bandara. Mereka bernama Mr. Li dan Pateson. Mr. Li merupakan warga asli Cina yang berprofesi sebagai salah satu pengajar di CUMT dan Pateson merupakan salah satu mahasiswa internasional CUMT asal Kamerun yang sedang menempuh pendidikan S2. Setelah diberikan arahan oleh mereka, kami langsung menuju Ibis Hotel menggunakan mini bus untuk beristirahat sejenak selama 1 malam.

 

Esok paginya setelah sarapan kami bergegas menuju stasiun kereta untuk menaiki Bullet Train menuju Kota Xuzhou. Cuaca terlihat cerah tetapi udara dingin tetap menyelimuti kami seakan tidak terusik oleh cahaya terang dari Matahari Nanjing. Perjalanan dari Nanjing menuju Xuzhou yang jaraknya lebih dari 300 km kami tempuh hanya dalam waktu kurang dari 2 jam menggunakan Bullet Train. Ini merupakan kendaraan darat tercepat yang pernah saya naiki. Di negara-negara maju teknologi High-Speed Rail (HRS) seperti ini memang sudah sangat umum. Contohnya seperti di Jepang orang-orang menyebutnya sebagai Shinkansen yang sudah beroperasi sejak tahun 1964. Di Cina sendiri teknologi ini sudah diperkenalkan ke publik sejak tahun 2007. Sayangnya di Indonesia kita belum memiliki transportasi darat untuk publik dengan teknologi secanggih dan secepat ini. Setibanya di Xuzhou High-speed Railway Station kami dibimbing menuju bus kampus yang telah menunggu kedatangan kami untuk bergegas menuju CUMT.

 

Tidak membutuhkan waktu lama kami tiba di CUMT. Kampus ini sangat luas dan terbagi ke dalam beberapa blok. Ada blok untuk mahasiswa cina, blok untuk mahasiswa internasional, blok untuk para dosen dan pegawai kampus, serta blok kantin dan mini market yang memenuhi kebutuhan hidup para mahasiswa disini. Setibanya kami di lobi, kami dibagikan kunci kamar secara bergiliran. Setiap kamar diisi oleh beberapa orang guru. Saya sendiri berbagi kamar bersama Abang Karta dan Pakde Agust. Abang Karta merupakan pria yang sangat humoris yang berasal dari Kepulauan Riau dan mengajar di SDN 003 Tebing, Kabupaten Karimun. Sedangkan Pakde Agust merupakan pria yang sedikit pendiam yang berasal dari Semarang dan mengajar di SMP Negeri 1 Semarang. Mereka merupakan juara-juara lomba tingkat nasional yang kontribusinya di bidang pendidikan sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.

 

Setelah kunci kamar dipegang oleh Abang Karta, kami bertiga bergegas menuju kamar yang berada di gedung khusus untuk para dosen. Dengan perasaan canggung saya mengikuti mereka dan rombongan lain dari belakang. Pertanyaan “Apakah saya layak berada disini?” terus berkecamuk di dalam pikiran saya. Di setiap langkah saya mencoba memberanikan diri untuk berkata “Akan saya buktikan bahwa saya layak!”.

 

Gedung tempat kami tinggal selama 21 hari ke depan berada tepat di sebelah gedung tempat resepsionis menerima rombongan kami. Saya perhatikan ternyata kedua gedung ini menjadi satu yang disambungkan oleh lobi antar gedung. Setibanya di kamar kami bergegas merapihkan semua barang-barang bawaan karena dalam waktu beberapa jam lagi kami harus berangkat ke Jiangsu Vocational Institute of Architectural Technology untuk melaksanakan upacara pembukaan yang dihadiri oleh The President of CUMT, para profesor dari CUMT dan J.U.T., serta Dr. Praptono, M.Pd..

 

Di kamar kami terdapat 2 buah kamar tidur, 1 buah dapur, 2 buah kamar mandi, dan 1 ruang diskusi. Pada awalnya saya memilih untuk tidur di kamar tepat di sebelah dapur. Tetapi sayangnya pemanas ruangan di kamar tersebut mati dan udara dingin masih tidak bisa diajak kompromi. Mengetahui hal tersebut Abang Karta dan Pakde Agust mengajak saya untuk berbagi tempat tidur di kamar utama dan saya mengiyakannya. Setelah merapihkan semua barang bawaan kami bergegas menuju lobi untuk segera berangkat menuju upacara pembukaan.

 

Di dalam upacara pembukaan tersebut Dr. Praptono memaparkan tentang bagaimana cara menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang sedang dihadapi oleh dunia termasuk Indonesia. Beliau mengatakan bahwa cara kita menghadapi era baru ini adalah dengan membuat para peserta didik Indonesia memiliki mental yang kuat dan akal yang sehat melalui sistem pendidikan yang relevan dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang diajarkan oleh para pendidik profesional yang memiliki integritas tinggi. Dunia berubah begitu cepat, oleh karena itu kita harus bisa mengimbanginya dengan menciptakan inovasi-inovasi baru yang dapat merubah wajah pendidikan Indonesia menjadi lebih baik lagi. Tantangan sebagai seorang pendidik semakin menarik dan dengan suara lantang saya ucapkan dalam hati bahwa saya siap.

 

Hari-hari di Xuzhou saya habiskan untuk belajar banyak hal-hal baru dan mengeksplorasi tempat-tempat baru. Di 3 hari pertama saya disana mempelajari tentang Chinese Pinyin yang diajari oleh salah satu dosen CUMT yang bernama Mrs. Yaqin Xu di salah satu gedung kampus. Beliau mengajari kami Teknik dasar membaca huruf-huruf Cina layaknya membaca alfabet fonetik dalam Bahasa Inggris. Banyak yang kesulitan mempelajari Bahasa Cina termasuk saya sendiri tetapi saya perhatikan semua orang menikmatinya. Bahkan Mrs. Yaqin Xu menjadi salah satu dosen yang paling menyenangkan bagi kami karena keceriaan yang selalu ia bawa ke dalam kelas membuat proses belajar menjadi lebih hidup.

 

Selain mempelajari tentang Chinese Pinyin kami juga mempelajari tentang Chinese Calligraphy, Chinese Painting, Chinese Paper Cut, Chinese Hand Craft, hingga Chinese Tea Culture. Semua hal tersebut membuat saya takjub akan bagaimana cara orang-orang Cina melestarikan budaya-budaya mereka. Sebagai orang Indonesia asli keturunan Suku Betawi saya justru jauh lebih banyak belajar tentang Nasionalisme  dan semangat melestarikan budaya di kampung orang lain ketimbang di kampung sendiri.  Menyadari ini membuat saya malu terhadap diri sendiri karena sedikitnya pengetahuan saya tentang budaya suku saya sendiri mengingat budaya itu tidak ternilai harganya dan budaya yang baik harus selalu kita lestarikan.

 

Kegiatan yang kami lakukan bukan hanya belajar di kelas saja melainkan kami berkunjung ke Exhibition of CUMT History Building untuk mempelajari tentang sejarah berdirinya CUMT. Disana kami dipandu oleh beberapa orang fasilitator yang setiap penjelasan yang diberikan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Pateson.

 

China University of Mining & Technology (CUMT) merupakan universitas nasional yang dibawahi langsung oleh Kementrian Pendidikan Cina. Universitas ini adalah yang terbaik di dalam bidang pertambangan dan memiliki reputasi global dalam ilmu dan perkembangan penelitian bidang pertambangan. Ketika saya mengunjungi Tahun 2019 lalu merupakan tahun ke-100 berdirinya CUMT.

 

Dengan pulpen dan buku catatan yang selalu siap di tangan saya fokus memperhatikan apa yang disampaikan oleh setiap fasilitator. Setiap kegiatan selama di Cina harus selalu saya catat yang kemudian disusun sebagai jurnal harian dan harus diserahkan kepada Pak Hery sebagai laporan. Oleh sebab itu, tidur larut malam di tengah cuaca dingin lama kelamaan menjadi hal biasa bagi saya demi menjalankan tugas yang diberikan.

 

Selain itu kami juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik di Xuzhou, bahkan beberapa di antaranya merupakan salah satu sekolah terbaik di Cina. Kami belajar di tempat yang sangat tepat karena mengingat julukan Xuzhou sebagai kota pendidikannya negeri Cina. Beberapa sekolah yang kami kunjungi di antaranya adalah The Affiliated Middle School to CUMT, Xuzhou Xinyuan Middle School, dan Wang Jie Primary School.  Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya bagus dalam fasilitas teknologinya melainkan didukung juga oleh tenaga-tenaga ajar yang sangat professional dan berintegritas tinggi yang mendedikasikan hidupnya untuk dunia pendidikan.

 

Saya dan rekan-rekan juga diberikan kesempatan untuk mengunjungi situs-situs bersejarah seperti Temple of Confucius, The Kong Family Mansion, The Cemetery of Confucius di Kota Qufu yang dibimbing oleh Mrs. Susi. Di awal perkenalan dengan kami beliau mengutip kalimat yang pernah diucapkan oleh Confucius, “Tidakkah menyenangkan memiliki teman-teman yang datang dari jauh?”. Selama perjalanan di tempat ini Mrs. Susi dan saya banyak berdisukusi tentang sejarah hidup dan ajaran Confucius. Beliau terlihat seperti orang yang sangat mencintai pekerjaannya karena setiap pertanyaan yang saya lontarkan dijawabnya dengan penuh semangat. Selain ketiga tempat tersebut kami juga mengunjungi tempat-tempat seperti Xuzhou Historical & Cultural Street, Guishan Han Tomb, Imperial Edict Museum, Ham Dinasty Terracotta.

 

Di hari terakhir di Xuzhou hati saya sangat berat untuk meninggalkan kota ini.  Pagi itu saya duduk di kursi ruang diskusi memandangi Xuzhou dari balik jendela dan berkata kepada diri saya bahwa saya akan merindukan tempat ini. Saya akan merindukan awal musim semi Xuzhou dengan kesunyian yang membisingkan telinga dan udara dingin yang menusuk hingga ke sum-sum tulang. Pada malam hari terlihat gemerlap lampu dari gedung-gedung nan jauh layaknya konstelasi bintang yang menunggu untuk ditemukan. Bukit yang berbaris layaknya tentara militer kuno yang sedang menunggu perintah untuk berperang. Pohon-pohon cemara yang berdiri tegak tak gentar akan udara dingin yang menyayat lebih tajam dari gergaji mesin.

 

Xuzhou akan terus mencoba mencari cara untuk masuk ke dalam pikiran mereka yang memandangnya asing agar tidak dilupakan.

 

Banyak sekali yang ingin saya ceritakan tetapi saya hampir mencapai batas maksimum kata yang dapat saya tulis di buku ini. Sekarang, setelah satu setengah tahun berlalu, saya mengajar di SMP Negeri 28 Kota Tangerang. Sekolah ini adalah rumah tempat mengabdi saya yang baru, tempat saya membakar semangat untuk terus berkontribusi dalam dunia pendidikan Indonesia.

 

 

Profil Penulis :

Nama                                   : Al Halim Khasia Rahman, S.Pd.

T.T.L.                                  : Tangerang, 13 Mei 1991

Tempat Tugas (Sekarang)    : SMP Negeri 28 Kota Tangerang

E-mail                                  : coffeemeetscigs@gmail.com

Pendidikan :

  1. Sarjana S1 Pendidikan Fisika Universitas UHAMKA Jakarta (2016)
  2. Peraih beasiswa STEAM Education Training Program at China University of Mining & Technology, Xuzhou, Jiangsu, China dari Kemdikbud R.I. (2019)
  3. Peraih beasiswa Digital Talent Scholarship for Internet of Things di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dari Kominfo R.I. (2019)

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat :

  1. Pengaruh Penggunaan Metode Long Line dan Lepas Dasar Penanaman Rumput Laut di Desa Balang Baru, Kecamatan Taroang, Kabupaten Janeponto, Sulawesi Selatan (2013)
  2. Analisis Penerapan Tes Formatif Terhadap Sikap Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pembelajaran Fisika (2016)
  3. Sistem Pengolahan Air Laut Menjadi Air Minum Menggunakan Kolektor Solar Jenis Piramida di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu (2018)
  4. Pelatihan Penggunaan Metode Long Line dan Lepas Dasar Penanaman Rumput Laut di Desa Balang Baru, Kecamatan Taroang, Kabupaten Janeponto, Sulawesi Selatan (2013)
  5. Pelatihan Pengenalan Alat Peraga IPA Sekolah Dasar Bagi Anak-Anak Sekolah Alam (Terbuka) Desa Parigi Pangandaran Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat (2016)
  6. Pemberdayaan Masyarakat Pulau Tunda Dalam Mengembangkan Potensi Alam Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Pulau Tunda, Kabupaten Serang Propinsi Banten (2018)

 

Tinggalkan Balasan