KATA PENGANTAR OMJAY
GURU BLOGGER INDONESIA
Cang Ato.
Nama aslinya Suharto. Nama presiden yang pernah menjadi pemimpin Indonesia di era orde baru. Saya biasa memanggil namanya dengan Cang Ato.
Beberapa waktu lalu saya dihubungi olehnya lewat aplikasi WA. Beliau meminta dibuatkan kata pengantar buku terbarunya yang berjudul GBS menyerangku. Sebuah buku yng berasal dari kisah nyata seorang guru tangguh berhati cahaya. Seorang guru yang sedang bergelut melawan penyakit langka. Beliau obati penyakitnya dengan menulis walaupun sedang berada dalam posisi tak berdaya. Siapapun akan menitikkan air mata melihat kondisinya.
Cang Ato yakin bahwa dengan menulis dapat menyembuhkan penyakitnya. Beliau sudah tidak berpikir lagi biaya pengobatannya yang sudah ratusan juta. Hal penting yang beliau lakukan adalah berbagi pengalamannya kepada kita.
Di saat tangan tak mampu menggenggam, tubuh tak bisa didudukkan, dan kaki tak mampu dipijakkan, tidak membuat dirinya hilang harapan. Cang Ato terus menulis setiap hari hingga lupa dirinya sedang sakit tahunan. Penyakit GBS harus dilawan dengan tulisan. Itulah yang membuat saya sangat terkesan.
Cang Ato mengirimkan draft naskah buku dan sinopsisnya kepada saya lewat email. Mohon maaf saya baru sempat mengunduhnya hari ini karena kesibukan yang tiada henti. Saya sudah berjanji, maka harus ditepati. Di hari Sabtu yang ceria ini, saya sempatkan membaca sedikit demi sedikit apa yang dituliskan penderita GBS ini.
Buku bagus yang berisikan kisah kehidupan, dan pengharapan ini layak anda miliki. Isinya banyak membahas tentang perjuangan, ketegaran, keikhlasan, kesabaran, ketabahan, kebersamaan, cinta penuh kerinduan, kasih sayang yang tak terbilang, kepedulian, empati, simpati, dan semangat berkarya. Ada sejuta makna kehidupan yang membuat kita berguru kepada Cang Ato yang rajin menulis setiap harinya.
Penyakit Gullian Bare Sindrome (GBS) yang sedang dideritanya, dilawannya dengan banyak melahirkan tulisan. Inilah sebuah kisah inspiratif seorang guru yang pantang mengeluh. Penyakit langka yang dideritanya tak membuat Cang Ato putus asa.
Saya menjadi teringat ketika bertemu dengannya di hotel yang berada di jalan pemuda Jakarta Timur. Waktu itu saya diminta oleh pak Namin menjadi salah satu narasumbernya.
Cang Ato saya lihat sangat gagah sekali berpakaian apik. Dengan dasi dan kemeja biru lengan panjang lurik. Sudah mirip pejabat yang siap dilantik. Tak ada tanda–tanda kalau beliau akan terserang GBS yang unik. Kisah nyatanya bila difilmkan pasti sangat cantik. Semoga ada produsen film yang melirik.
Siapapun tak akan mengira kalau Cang Ato akan menderita penyakit GBS yang langka itu. Sebab beliau selalu ceria dan enak kalau diajak bicara. Diskusi dan ngobrol lama dengannya akan membuat anda senang karena beliau orang yang rendah hati dan banyak ilmunya.
Suatu hari beliau mengalami serangan ringan seperti gejala stroke. Tangannya mulai sulit digerakkan dan mulutnya terlihat mencong. Seorang kawan yang baik hati membawanya dari sekolah madrasah ke rumah sakit Sukapura di Jakarta Utara. Mereka berdua naik sepeda motor menuju rumah sakit.
Jari dan kaki Cang Ato kesemutan. Dokter memeriksanya yang sedang semaputan. Sejak saat itulah Cang Ato dirawat di rumah sakit dan tidak bisa pulang ke rumah idaman. Saat itulah Cang Ato berpindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya. Kisahnya sangat detail dituliskannya. Saya tak ingin membocorkannya kepada anda. Biar anda menemukan sendiri kisahnya dalam buku yang mengharukan ini.
Biaya sekali berobat sekitar 120 juta dan tidak ditanggung BPJS kesehatan. Akhirnya Cang Ato berpindah ke rumah sakit rujukan di rumah sakit Cipto Mangun Kusumo yang biasa disingkat RSCM. Dari sinilah Cang Ato mulai menulis ceritanya yang layak untuk di filmkan.
Sejak itu Cang Ato tidak bisa lagi bertemu peserta didiknya. Tepatnya tanggal 19 Juli 2018. Sayapun kehilangan kontak dengan dirinya. Sebab Cang Ato tidak bisa lagi membuka ponselnya. Sampai suatu ketika saya membaca status di facebook kalau Cang Ato sakit GBS dan dirawat di rumah sakit. Tubuh yang dulu tegap dan gagah, kini terbaring lemah di kasur rumah sakit. Sedih dan mengharukan.
Suara Cang Ato hilang dan tubuhnya menjadi lumpuh. Istrinya sangat sabar menemaninya. Sementara pasien yang ada di sampingnya satu demi satu meninggalkan dunia. Pergi ke alam lainnya untuk bertemu Tuhannya.
Istri Cang Ayo sangat setia menemani suaminya di IGD. Sampai suatu ketika beliau jatuh dari kursi karena ketiduran. Untunglah tidak terjadi apa apa. Istrinya terpaksa cuti mengajar untuk menemani suaminya yang sakit.
Hari demi hari dilaluinya dengan sabar tanpa bisa bicara. Cang Ato menghadapinya dengan penuh kesabaran. Sampai suatu ketika sedikit demi sedikit tangannya bisa digerakkan kembali.
Tubuh yang tadinya kekar kini memudar. Kegantengan ditarik menjadi kekeringan seperti kehilangan keindahan. Cang Ato yang dulu kuat kini menjadi lemah. Itulah kenyataan hidup yang harus diterimanya dengan lapang dada.
Ketika manusia sakit, ada 3 hal yang diambil oleh Sang Maha Pencipta. Nikmatnya makan tiada lagi. Keindahan tubuh hilang didepan mata. Dosa dosa dihapus dan membuat manusia sakit ingat akan keagungan Tuhan.
Kisah Cang Ato ini sungguh menarik hati. Anak dan istrinya sangat sabar sekali. Tak terasa air mata ini menetes. Hanyut dalam kesedihan para penderita GBS.
Terus semangat Cang Ato. Teruslah menjadi guru inspirator dan motivator kami. Teruslah menjadi guru penggerak dan menulis buku lagi bersama kami.
Sabda Rasulullah Muhammad SAW. Jaga hidupmu sebelum mati. Jaga sehat sebelum sakit. Jaga muda sebelum tua. Jaga kaya sebelum miskin. Jaga waktu luas sebelum sempit.
Kisah Cang Ato dalam bukunya ini layak sekali anda baca. Nikmatnya sehat akan terasa setelah anda membaca bukunya yang sangat inspiratif. Kita harus bersyukur diberikan nikmat sehat.
Saya dan teman teman komunitas sejuta guru ngeblog (KSGN) akan berusaha memasarkan bukunya. Keuntungannya bisa digunakan untuk menambah biaya pengobatan Cang Ato yang sudah ratusan juta.
Dalam buku ini kita belajar bagaimana menjadi istri yang setia. Seorang anak yang meninggalkan pekerjaannya untuk menjaga ayahnya. Seorang guru yang berusaha sekuat tenaga untuk melawan penyakitnya. Saya salin satu kalimat ketika Cang Ato dirawat di HCU.
Ruang HCU paliatif suasananya sepi karena yang bisa menempati hanya pasien tertentu saja, sementara pasien yang lain tidak bisa. Aku hanya ditemani suara-suara mesin ventilator, rekam jantung yang terus-menerus mengeluarkan nada-nada indah, dan tidak mau ketinggalan jam dindingpun menyumbangkan irama merdunya. Sementara, untuk menambah suasana penuh kesejukan, AC pun turut menyumbang hembusan-hembusan syahdunya.
Cepat sembuh Cang Ato. Teruslah menulis dan menginspirasi kami. Percayalah bahwa menulis itu menyembuhkan. Juga akan menyehatkan siapa saja bila sering dilakukan setiap hari.
Salam blogger persahabatan
Omjay
Guru blogger Indonesia
Blog http://wijayalabs.com
z