Resensi Buku Pencerahan Diri

Resensi Buku Enlightenment Mencapai Pencerahan Diri Karya Tjiptadinata Effendi. Kiat-kiat Belajar Kearifan Hidup untuk menghadirkan Pencerahan.

dokpri

Buku yang bagus ini Omjay dapatkan langsung dari penulisnya. Beliau memberikannya saat kopdar di perpustakaan nasional. Bukan hanya Omjay yang dikasih, tapi juga semua orang yang hadir. Beliau hadir bersama istrinya. Oma Roselina yang baik hatinya.

Judul lengkap buku ini adalah Enlightenment Mencapai Pencerahan Diri. Kiat-kiat belajar kearifan Hidup untuk Menghadirkan Pencerahan. Karya Opa Tjiotadinata Effendi yang diterbitkan oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo. Buku yang setebal 190 halaman ini sangat bagus isinya.

Setiap orang pada hakikatnya, siapapun adanya kita, punya kesempatan mencapai pencerahan diri tanpa harus menunggu mencapai kesalehan yang sempurna. Karena orang saleh/suci tidak lagi mencari pencerahan, karena sudah ada di dalam dirinya. Dia akan menjadi contoh atau teladan buat yang lainnya.

Ibarat sebuah obor, ia tidak lagi menjadi membutuhkan terang, karena ia sendiri adalah terang. Dia menjadi cahaya kegelapan bagi mereka yang tersesat jalan.

Pada zaman milenium sekarang ini, orang pada umumnya tidak lagi tertarik untuk melakoni hidup bermeditasi dengan jalan meninggalkan kehidupan duniawinya. Namun di sisi lain, tetap berhasrat untuk mendapatkan “pencerahan” diri.

dopri

Mengapa pencerahan diri?

Konsep dasar dari pencerahan itu sendiri adalah “jalan” untuk mengenal dan mengalahkan diri sendiri, hingga mampu menyatu kehadirat sang maha pencipta. Bila kita secara Arif menyikapi hidup, maka setiap kejadian, baik yang langsung mengenai diri kita ataupun orang lain, dapat dijadikan sarana dan prasarana untuk meraih pencerahan sesuai dengan kapasitas dan daya serap kita masing-masing.

Buku ini dicetak tahun 2009 dan masih relevan dengan kehidupan saat ini. Bila kita belajar dari apa yang terjadi pada diri kita, akan lahir kearifan hidup. Bila kita belajar dari setiap kearifan hidup, ia akan menghadirkan pencerahan. Begitulah penulis buku ini memberikan pesan.

Kemiskinan, sakit dan penderitaan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan dapat dijadikan landasan untuk meraih pencerahan akan arti hidup dan kehidupan yang sesungguhnya. Demikian Opa Tjipta menuliskan dalam bukunya yang sangat menyentuh hati ini. Omjay bersyukur dapat menuntaskan isi buku yang terdiri dari 19 bab ini. Setiap bab memiliki nilai-nilai penting dalam kehidupan kita.

Dalam usia hampir 80 tahun, Opa selalu menulis setiap hari di kompasiana dan itu membuat kami kagum kepadanya. Omjay sudah dua kali bertemu langsung dengan beliau yang kini menetap di Australia bersama istri dan anak-anaknya.

Hidup penuh dengan pilihan dan setiap insan berhak untuk memilihnya. Hidup seperti apa yang akan diraihnya ke depan adalah sebuah pilihan. Setiap pilihan memiliki pesona tersendiri, karena setiap pilihan mengandung suatu harapan.

Harapan adalah suatu kekuatan yang sangat dahsyat. Orang mampu bertahan dalam sakit dan derita, karena ada harapan bahwa suatu waktu hidupnya akan berubah menjadi lebih baik. Walaupun terkadang harapan tak sesuai dengan kenyataan.

Bila kita menyadari bahwa kenyataan atau realita adalah sesuatu yang seyogyanya diterima sebagaimana adanya, maka kita akan merasakan keindahan, kebesaran, dan kebahagiaan di dalamnya. Untuk mencapai pemahaman setingkat ini, maka kita harus berupaya untuk meraih pencerahan diri.

Antara impian dan kenyataan terkadang berbeda. Hal itulah yang dituliskan oleh Opa Tjipta dalam bukunya. Beliau bermimpi punya tanah yang luas dan bisa menanam pohon, namun realitanya beliau justru tinggal di apartemen dan tidak bisa menanam pohon.

Dalam kesederhaannya beliau ingin menyampaikan pesan bahwa dalam kesederhaan itu penulis mengharapkan agar pembaca dapat dengan mudah memahami apa maksud dan tujuan kita meraih pencerahan diri. Kita menjadi makhluk Tuhan yang pandai bersyukur dan mensyukuri karunia hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada kita dengan jalan menerima realita hidup seutuhnya.

Melalui buku ini, penulis mengajak pembaca menemukan dasar yang kokoh untuk mengawali pendakian menuju puncak kesadaran tinggi, dengan melalui pencerahan diri, sehingga tak ada lagi penyesalan di belakang hari.

Hanya ada 3 hal yang dibutuhkan, yaitu niat yang baik, kerendahan hati, dan kemauan yang kokoh. Tidak dibutuhkan kemampuan intelektual yang tinggi untuk meraih pencerahan diri. Sebab hidup adalah sebuah proses pembelajaran.

Kearifan hidup tidak akan datang bagaikan wahyu, akan tetapi melalui ekplorasi diri secara berkesinambungan sehingga kearifan demi kearifan akan lahir dalam proses pembelajaran diri. Kita semuanya harus belajar dari hidup dan mampu memaafkan orang lain.

Demikianlah resensi buku yang Omjay tuliskan hari ini. Semoga kisah Omjay ini memberikan pencerahan buat pembaca Kompasiana.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Resensi Buku Mencapai Pencerahan Diri Karya Tjiptadinata Effendi”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/wijayalabs/638ef68108a8b578ba517552/resensi-buku-mencapai-pencerahan-diri-karya-tjiptadinata-effendi

Tinggalkan Balasan