Novel: Nainawa

Fiksiana30 Dilihat

“Iya mbak, Ustadz Atthar pimpinan pondok pesantrenku dua tahun lalu,” dengan spontan aku menjawab.

“Masyaa Allah, jadi mbak Nainawa santrinya Abi?” Tanya Raina

“Betul mbak, dua tahun lalu saya mondok di pesantren yang dipimpin Ustadz Atthar.” Jelas Nainawa sambil berjalan beriringan menuju ke arah ustadz Atthar.

Nainawa kini yang membuka cerita bagaimana ia mondok di pesantren yang dipimpin oleh Ustadz Atthar.

“Oh iya mbak, tadi kan saya lagi cerita tentang nama Nainawa ya. Lain kali kita sambung lagi ya mbak?” pinta Raina sambil tersenyum ramah.

“Insya Allah enggeh mbak,” jawab Raina sambil tersenyum dan menganggukkan kepala.

Raina segera menghampiri ustadz Atthar dan istrinya yang sudah menunggu di dalam mobil fortuner berwarna hitam, dan menyampaikan bahwa ia tidak sengaja bertemu Nainawa.

Nainawa begitu menghormati gurunya, sekalipun ia masih ada rasa kecewa terhadap ustadz Atthar. Tetapi, ia tidak boleh berlama-lama menyimpan rasa kecewanya, apalagi Ustadz Atthar sendiri tidak tahu kalau Nainawa punya rasa kecewa terhadap dirinya.

Setelah Nainawa menemui ustadz Atthar dan istrinya, tak lama mereka berpamitan. Perlahan mobil yang dikendarai Ustadz Atthar melaju meninggalkan Nainawa yang berdiri dalam kesendirian, dengan beragam pertanyaan yang ada dalam pikirannya.

“Kenapa aku harus dipertemukan lagi dengan ustadz Atthar? Apakah Raina itu putrinya ustadz Atthar yang dijodohkan itu? Apakah yang dimaksud dengan Nainawa yang diceritakan Raina itu adalah aku?” Raina bertanya-tanya dalam hatinya.

“Yaa Rabb, Engkau mengingatkanku kembali pada ceritaku saat aku mondok di Darun Nawa dua tahun lalu.” Bisik hatinya sambil meneteskan air mata.

Bersambung…..

Wiwi Widiastuti

KMAB_hari ke-2

Tinggalkan Balasan