Tukang Kebun Kehidupan
Dalam memaknai refleksi filosofis pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, mari kita simak dalam ilustrasi gambar berikut.
Selaku pendidik, kita hendaknya mengajar tidak menurut keinginan kita. Artinya, murid bertindak sesuai dengan kemauan kita (guru). Yang terbaik adalah pendidik mengikuti kebutuhan belajar murid. Dengan demikian, tidak mungkin seorang petani, ketika menamam jagung, ia akan menuai padi dan sebaliknya. Demikianlah gambaran singkat posisi murid dalam Kurikulum Merdeka.
Relevansi Filosofis Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara
Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat.
Menuntun (Ki Hadjar Dewantara) = Kolaborasi, Kritis-Reflektif, Komunikasi, Kreatif, Inovatif (Pendidikan Abad XXI)
Selamat dan bahagia (Ki Hadjar Dewantara) = wellbeing (Pendidikan Abad XXI)
Guru dan murid berkolaborasi untuk menginisiasi/menciptakan kedalaman (rasa takdjub dan kasmaran) spiritual, intelektual dan sosial untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia.
Siswa dan guru merdeka belajar yang berkolaborasi bersama menggali dan mengembangkan potensi siswa dan mengakomodasi karakteristik masing-masing untuk mewujudkan student wellbeing.
(Catatan: kata wellbeing dalam bahasa KHD – Selamat dan Bahagia)
Pesan Kunci
Pertama: Pendidikan kekinian di Indonesia adalah Kolaborasi untuk menginisiasi kedalaman (rasa takjub dan kasmaran – bisa menggunakan analogi orang muda yang jatuh cinta, karena rasa takjub yang luar biasa terhadap orang disukai maka membuat orang muda itu terus kasmaran untuk bertemu dengan orang yang ia jatuh hati). Kedalaman spiritual (melatih untuk membangun relasi dengan Tuhan, dalam Iman Kristiani, Spiritualitas adalah membangun relasi yang mesra dengan Allah, nah teman2 Muslim bisa memberikan contoh dari perspektif ajaran Islam), Kedalaman Spiritualitas yang dimiliki dapat membantu orang lain dalam menemukan Tuhan mereka dalam hidup mereka. Saya ambil contoh, selama bertahun-tahun bila tugas ke luar kota, saya sering sekamar dengan Bung Adit, Gus Muslich, Brow Sigit ketaatan dan disiplin mereka untuk Sholat, menguatkan saya akan Latihan Rohani Kristiani yang aku memiliki) nah jaga/siaga, bila ada pertanyaan apa bedanya spiritualitas dan religiusitas?.
Kedalaman Intelektualitas membantu orang lain menemukan pengetahuan dengan caranya. Kedalaman Intelektualitas sejatinya bukan menjadi alat baru untuk menciptakan ‘kolonialisme pengetahuan’. Artinya semakin berpengetahuan semakin berhikmat untuk memuliakan manusia lain.
Kedalaman Sosial melatih bahwa sebagai manusia kita harus sadar kebermakanaan kita terhadap manusia lain (Homo homini socius – manusia adalah makhluk sosial bagi orang lain), silahkan dilanjutkan penjelasannya dengan pengalaman dan pengetahuan masing-masing.
Dengan kolaborasi yang harmonis antara guru-siswa, maka sejatinya siswa menjadi mahkluk sosial yang Bahagia. Tekankan juga, bahwa dalam kolaborasi, hubungan yang setara, selaras, dan harmonis sebagai manusia pencari pengetahuan (kebijaksanan) menjadi kunci utama.
Kedua: Berikan penekanan pada karakteristik dalam relasinya dengan sosio-kultural daerah masing-masing CGP. Dalam pesan kunci ini, wellbeing sudah dibunyikan dan berikan penjelasan yang memberikan penekanan bahwa wellbeing itu bisa diartikan dengan Selamat dan Bahagia…Bila di Jawa Barat, Program Jabar Masagi tujuan akhirnya adalah Siswa Bagdja. Bagjad adalah Bahasa Sunda yang artinya Bahagia