Teknik Menulis Nonfiksi Yang Memikat Pembaca (2)

fiksi dan nonfiksi
Ilustrasi menulis nonfiksi. Sumber: Dok. Pribadi.

Sudah tentu ya, konten fiksi yang hebat seringkali menarik kita untuk membacanya. Sejak awal cerita kita tidak membiarkan perhatian kita pergi sampai akhir cerita tersebut. Sehingga, mengapa tidak melakukan hal yang sama dengan tulisan naskah nonfiksi Anda?

Saat ini mungkin banyak di antara kita yang sedang menulis konten artikel yang kemudian terpublikasi secara online. Baik melalui website, blog maupun media sosial.  Kita harus mengingat bahwa tulisan tersebut bersaing langsung dengan ribuan bahkan jutaan artikel lainnya. Artinya, pembaca dapat memilih dari semua konten tulisan secara instan, dan sebagian besar gratis. Jika kurang menarik, pembaca bisa saja menutup browser-nya dan pergi menonton TV atau berselancar di YouTube. Dalam dunia multimedia saat ini, perhatian adalah komoditas nomor satu. Demikian halnya dengan menulis buku nonfiksi. Perhatian pembaca adalah Numero Uno (Italia).

Berikan umpan pada pembaca

Baiklah kita lanjutkan. Apakah kalimat pertama Anda membuat pembaca ingin membaca kalimat berikutnya? Apakah kalimat kedua Anda membangkitkan rasa ingin tahu untuk yang ketiga? Beberapa opsi berikuti ini adalah permulaan yang menurut saya paling cocok untuk tulisan saya.

Salah satu strategi dimulai dengan sedikit cerita pribadi atau sejarah. Lihatlah kembali tips mendongeng dan pastikan untuk selalu membuat pembaca bertanya-tanya apa selanjutnya. Sebelum dia menyadarinya, dia akan berada di tengah-tengah konten tulisan Anda.

Anda juga bisa mengajukan pertanyaan yang menggerakkan pembaca Anda. Sepertinya saya sudah melakukannya beberapa kali dalam tulisan ini. Jika Anda menulis tentang cara membaca agar tidak mengantuk, nah, bagaimana kalau memulai dengan “Bukankah mengantuk itu tidak akan membuat apa yang kita baca akan tinggal di pikiran kita?”

Kira-kira begitulah cara Anda menempatkan diri Anda pada posisi pembaca, untuk membuatnya mengenali Anda pada tulisan Anda.

Anda juga bisa memulai dengan pemikiran yang menarik atau lucu. Saat Anda menulis tentang Tana Toraja, mengapa tidak memulai tulisan seperti ini: “Tahukah Anda bahwa di Tana Toraja terdapat patung Yesus tertinggi di dunia versi On The Spot?”

Dengan menggunakan salah satu strategi ini, seorang penulis memiliki peluang lebih baik untuk menarik perhatian pembacanya dan sekaligus mempertahankannya.

Gunakan bahasa emosional

Berkaca pada pengalaman saya menulis buku, naskah nonfiksi memiliki dua ciri yang membuatnya kurang mengikat atau bisa berkategori buruk bagi pembaca. Ciri tersebut adalah terlalu faktual dan membosankan. Sisipkanlah narasi, jika membukukan makalah atau PTK yang terlalu berbau akademis, baiknya tunda finalisasinya dulu. Mengapa demikian? Tulisan faktual, struktur kalimatnya yang kompleks dan majemuk. Apalagi, di dalamnya tersusupi oleh istilah-istilah asing dan teknis untuk membuatnya tampak lebih kredibel dan seperti tulsian seorang ahli.

Jika ini terjadi, gunakan penangkalnya. Gunakan lebih banyak citra, lebih banyak emosi, dan lebih banyak kepribadian. Naskah review film itu membosankan. Oleh karena menggunakan kaliamt metafora di dalamnya, maka hadirlah bumbu perangsang tulisan. Ini juga merupakan cara yang menarik untuk menambahkan pemanis pada tulisan, gunakan bahasa kiasan. Misalnya, dari pada menulis “transaksi suku bunga BI tidak stabil,” sebaiknya tulis, “menaiki sebuah rollercoaster rasanya naik turun.”

Kurangi kosakata abstrak

Sekarang kita membahas kata benda (noun=English) pada tulisan nonfiksi. Semakin sedikit kata benda abstrak dalam tulisan, semakin baik. Kata benda apa pun dari sesuatu yang dapat Anda sentuh secara fisik lebih baik daripada sesuatu yang tidak dapat Anda sentuh. Kata-kata yang gamblang menarik pembaca ke dalam teks Anda dengan lebih efektif, sehingga ia seolah-olah mengalaminya, bukan sekedar hanya membacanya.

Kata-kata tertentu seperti “pengakuan” atau “keajaiban” adalah kata-kata kekuatan yang bermuatan emosional yang sangat menggelitik pembaca. Ini membuat pembaca merasakan konten Anda. Kata-kata yang kuat dapat membangkitkan emosi yang bersemangat, dan emosi akan membuat mata pembaca terpaku pada setiap kata dan kalimat Anda.

Misalnya, ketika kita membaca legenda Tangkuban Perahu atau Lakipadada, pikiran kita akan menghubungkannya dengan sisi emosional kita. Penerapannya pada naskah tulisan nofiksi akan membuat kita menulis kata-kata emosional yang membangkitkan perasaan pembaca buku kita.

Tinggalkan Balasan