Kurang dari 2 jam mereka tiba di tujuan. Reihan bermaksud mengantar Risma ke rumahnya. Tapi Risma menolak. Dia bersikeras untuk ikut Reihan ke rumah sakit.
Setengah berlari Reihan menuju meja resepsionis.
“Sus… Ruang angrek no.8 ada di sebelah mana yah..?”, tanya Reihan kepada petugas.
“Ada di lantai 2, keluar dari lift belok kanan pak….”, Jawab suster sambil menunjuk ke lift.
Reihan dan Risma bergegas menuju lift. Setelah pintu terbuka langsung mencari ruangan dimana Mamahnya di rawat. Tiba di depan pintu Reihan terhenti. Tiara kakak Reihan keluar dan memberi isyarat agar Reihan tidak masuk.
“Ada apa kak…? Bagaimana keadaan Mamah..?”, Tanya Reihan pelan.
“Mamah baru saja istirahat, kita ngobrol diluar yah”, Jawab Tiara sambil menuntun Reihan keluar.
“Ini Risma bukan…?”, Tanya Tiara sambil memandang Risma.
“Iya kak…saya Risma ..”, Jawab Risma sambil mengulurkan tangannya.
Tiara menjabat tangan Risma dan mengajak mereka duduk dikursi yang tersedia diluar kamar.
“Ada apa sebenarnya kak…? Waktu Rei pamit Mamah baik-baik saja”, tanya Reihan tak sabar.
“Papah tadi datang dan….”, Tiara tidak melanjutkan bicaranya, matanya melirik ke arah Risma.
Risma mengerti pasti ada hal pribadi yang tidak boleh di dengar olehnya.
“Kak… aku ke toilet dulu yah…”, kata Risma.
Tiara hanya mengangguk. Risma segera berjalan menjauhi mereka.
“Papah datang….? Mau apa lagi papah menemui Mamah..?”, Tanya Reihan, wajahnya nampak tegang.
“Papah minta sama Mamah untuk mengijinkan dia menikah dengan sekretarisnya. Jelas saja Mamah marah dan meminta Papah untuk membatalkan pernikahan itu”, Lanjut Tiara.
“Apa kata Papah..?”, Tanya Reihan.
“Papah tetap tidak mau menceraikan Mamah, alasannya dia tidak ingin keluarga kita berantakan”, Lanjut Tiara.
“Mamah memikirkan kita Rei, seandainya pisah pasti kita berantakan, tapi kalau tetap bersama hati Mamah gak akan bisa tenang”, cerita Tiara sambil menghela napas panjang.
“Sepeninggal papah, Mamah menangis terus, maag-nya kambuh, kata dokter karna telat makan?”, lanjut Tiara.
“Papah keterlaluan, sudah dari awal Mamah melarang papah berhubungan dengan tante Rani, sekarang malah minta restu untuk menikahinya”, gumam Rei geram.
“Rei setuju dengan Mamah, daripada sakit hati mending pisah, kalau urusan biaya hidup kita pasti bisa tanpa bantuan Papah”, lanjut Rei.
“Iya… kakak tahu, tapi apa Mamah sanggup hidup tanpa Papah?”, jawab Tiara.
“Yah … sudah kita pasrahkan keputusannya sama Mamah, kalau dia sanggup pisah sama Papah kita dukung”, lanjut Rei.
“Oh ya Risma kemana?”, Tanya Tiara matanya mencari-cari keberadaan Risma.
“Aku di sini kak…”, Risma datang sambil membawa bungkusan.
“Ini aku bawakan makanan tadi aku cari minun, sekalian saja bawain buat kakak”, Kata Risma sambil memberikan bungkusan itu pada Tiara.
“Terimakasih Risma, tahu aja kalau kakak lapar”, Jawab Tiara sambil menerima dan membuka bungkusan itu.
“Tiara… kamu dimana nak”, terdengar suara dari dalam ruangan memanggil Tiara.
Tiara, Reihan dan Risma segera berlari menuju ruangan.
“Yah Mah… Tiara di sini, Reihan juga ada Mah”, Jawab Tiara sambil mendekat dan duduk di samping Mamah.
Mamah melirik ke arah Risma. Risma segera mendekat dan memegang tangan Mamah.
“Saya Risma tante… Temennya Rei”, kata Risma.
“Oh ya… tante sering denger nama kamu dari Rei”, Kata mamah sambil berusaha untuk duduk.
“Tante minta maaf… acara jalan-jalan kalian terganggu yah”, lanjut Mamah.
“Tidak tante… seharusnya saya yang minta maaf, saya malah mengajak Rei jalan-jalan, harusnya Rei nemenin tante…”, Jawab Risma.
“Tadi waktu kalian berangkat gak apa-apa, maag tante kambuh tapi sekarang sudah agak baikan”, Jawab Mamah.
“Mah…biar maag-nya gak kambuh mamah jangan telat makan, sekarang Mamah makan dulu yah, biar Rei yang suapin”, Kata Reihan sambil mengambil makanan yang sudah disiapkan oleh suster.
“Biar Mamah makan sendiri Rei”, Kata mamah sambil mengambil makanan di tangan Reihan.
“Mah… dulu Rei yang sering disuapin Mamah sekarang gentian, Rei ingin Mamah cepet sembuh”, Kata Rei sambil menyuapi mamahnya.
Mamah hanya tersenyum dan berusaha mengunyah makanan yang diberikan Reihan. Sambil makan Reihan berusaha menghibur Mamahnya dengan menceritakan hal-hal yang lucu. Usahanya berhasil Mamah dibuatnya tertawa.
“Rei… kamu antarkan dulu Risma, kasihan nanti orang tuanya cemas”, kata Mamah.
“Ris… kamu pulang dulu yah, nanti orang tuamu marah sama aku, mari aku antar”, kata Reihan.
Risma hanya mengangguk, lalu berpamitan. Merekapun keluar meninggalkan rumah sakit.
Bersambung.
Penulis,
Yuningsih, S.E
Guru IPS di SMPN 2 Pebayuran kabupaten Bekasi