Mengenalnya hanya di dunia maya. Tetapi aku sering berdebat dengan lelaki gondrong yang berada di seberang sana. Berawal dari membaca novel yang ditulis dan dipublikasikannya di blog.
Sebuah novel yang diangkat dari kisah nyatanya bersama sang wanita yang menaklukkan hatinya. Saat membaca novelnya, aku belum tahu kalau dia lama menyendiri dan merawat putra-putrinya.
Saat mengetahui itu, aku dan beberapa teman penulis lainnya menangis. Apalagi memandang foto putra-putrinya yang terpampang di akun facebooknya.
Aku mengetahui kalau dia sendiri saat menggarap proyek puisi bersama. Terus terang aku lebih suka membaca novelnya ketimbang puisi. Soalnya, puisi yang dibuatnya sebelas dua belas sama mas Rifan.
Oh iya… Mas Rifan adalah pujangga sekaligus cerpenis handal di Palembang. Saat ini aku tak tahu kabarnya bagaimana. Lama tak kontak dengannya. Terakhir aku cuma tahu kalau dia terserang stroke untuk kedua kalinya.
Terus terang kedua orang itu memang top dalam berfiksi ria. Mereka masing-masing memiliki nilai lebih. Kalau aku, cuma iseng-iseng saja dalam membuat puisi. Kurang suka membuatnya, aku kalah dalam memilih diksi yang keren.
Karenanya aku kurang sreg kalau ditanya tentang puisi. Bulan Juni 2019 mas Rizal —nama lelaki gondrong yang kumaksud— bertanya lewat WhatsApp. Kuanggap pertanyaan itu salah alamat.
“Eh, tolong beri kritikan atau masukan tentang visualisasi puisiku, Mbak.”
Aku tahu, dia memiliki channel sendiri. Isinya visualisasi puisi-puisi karyanya.
“Kalau tanya masalah itu harusnya ke masternya. Bagiku sudah bagus soalnya,” balasku asal.
“Hadeeh! Dibalikin.” Komentarnya kemudian. Ya memang sebelumnya dia sering membandingkan karyanya dengan karya mas Rifan. Suka merendah. Makanya kalau dia tanya bagus apa nggak visualisasi puisinya, ya kuminta dia tanya ke mas Rifan, sang maestro puisi.
**
Lama tak menyapanya atau disapa kubuka channel YouTube mas Rizal. Terkejut juga, pengunjung channel-nya banyak. Satu video dikunjungi ribuan orang. Sudah ku pastikan kalau mereka pasti pecinta puisi.
Lalu kulihat berapa jumlah videonya. Baru tujuh video padahal sudah tiga tahunan channel itu ada. Dan yang mencengangkan, subscribernya tak sebanyak pengunjung channel-nya. Mau tahu berapa subscribernya?
Tujuh puluh empat!
Branjang, 6 Juli 2022