Seorang anak didik akan mendapatkan berbagai informasi tentang materi pelajaran dan pengetahuan umum melalui indera penglihatan dan pendengaran. Akan mudah bagi anak didik yang penglihatan dan pendengarannya normal.
Dan akan menjadi tidak mudah untuk anak yang indera penglihatan dan atau pendengaran tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Mereka akan mempergunakan indera yang cenderung mudah untuk mendapatkan dan menyerap informasi.
Indera Pendengaran
Bagi anak didik dengan kekhususan tunanetra, tentu tak akan mendapatkan informasi pengetahuan melalui indera penglihatannya. Dan akan lebih memanfaatkan indera pendengaran, pembau dan perabaan.
Seorang anak tunanetra akan lebih memanfaatkan pendengarannya, sehingga lebih membutuhkan tempat yang sunyi. Jika tempat belajar mereka ramai riuh rendah dengan suara-suara, maka akan dapat merusak konsentrasi belajarnya.
Anak tunanetra akan merasa kesulitan jika dicampur atau kelas berdekatan dengan kelas tunarungu dan tunagrahita. Mengapa?
Karena kelas anak tunarungu juga akan berisik dengan suara anak tunarungu yang belajar berbicara atau mendengar suara dari alat-alat musik atau benda-benda lain yang dipukul.
Dan guru untuk anak tunarungu juga akan tetap mengajar dalam keadaan bersuara atau berbicara lantang. Jadi sangat tidak dianjurkan kelas tunanetra berdekatan dengan kelas tunarungu.
Dan jika berdekatan dengan kelas tunagrahita, anak tunanetra juga akan mengalami hal yang sama. Yang membedakan hanyalah anak tunagrahita tentu berbicara lebih lancar daripada anak tunarungu. Jadi dianjurkan kelas tunanetra juga tidak berdekatan dengan kelas tunagrahita.
Indera Perabaan
Membaca tulisan braille tentunya tidak dengan menggunakan indera penglihatan. Akan lebih mempergunakan indera perabaan.
Perlu diketahui indera perabaan anak tunanetra sangat peka. Tetapi perlu dilatih agar dapat merasakan benda atau bentuk benda yang dipegang.
Untuk membaca tentu mempergunakan indera peraba kanan dan kiri. Tangan kanan dipergunakan untuk membaca huruf demi huruf, kata demi kata, dan kalimat demi kalimat.
Sementara tangan kiri dipergunakan untuk mengurutkan huruf demi huruf, kata demi kata dan kaliat demi kalimat yang telah diraba. Agar tidak bergeser ke baris selanjutnya.
Dan sebelum membaca tulisan, tentunya anak dilatih motoriknya. Meraba biji-bijian, kain baju dan sebagainya. Membedakan biji kacang hijau, kacang tanah dan kedelai. Bentuknya seperti apa. Halus tidaknya kulitnya.
Membedakan kain. Halus kasar. Tebal tipisnya kain. Dan sebagainya.
Bahkan dengan indera peraba, anak akan tahu tangan siapa yang bersalaman dengannya. Tanpa mendengar suaranya.