Kakek dan Pohon
SUHARTO
MTS N 5 JAKARTA
Seorang kakek tua sedang menanam sebatang pohon yang bisa diambil buahnya di kebun miliknya. Hampir semua pohon ditanam di kebun tersebut. Ketika kakek tua itu sedang menanam ada seorang tetangga melihatnya.
“Buat apakah kakek menanam pohon itu, sebelum pohon itu besar atau berbuah kakek juga sudah tiada, buat apa mengerjakan sesuatu di mana kita tidak menikmatinya?” Tanya tetangga.
“Memang kalau dipikir aku tidak akan menikmatinya, tetapi suatu saat pohon ini banyak manfaatnya untuk orang setelahku, minimal disisah umur ada yang dapat aku kerjakan untuk kebaikan generasi setelah aku,” jawab kakek.
“Apa yang aku nikmati sekarang adalah hasil dari kebaikan orang terdahulu, jika orang terdahulu tidak melakukan kebaikan pasti kita tidak akan melihatnya bahkan menikmatinya.” jawab kakek memperjelas.
Sementara tetangga yang lain berkomentar
“Hebat sekali apa yang dilakukan kakek tua itu, dia tahu bahwa dia tidak akan menikmati hasilnya, tetapi dia tidak berpikir ke sana, dia berpikir bagaimana disisah umurnya bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak sepeninggalnya,” ucap tetangga lainnya.
Hari terus berganti musim telah berubah, hari yang berlalu tak pernah kembali sementara umur semakin bertambah, tenaga mulai berkurang, kesempatan untuk berkarya mulai menurun tentunya berdampak pada income yang diterima. Itulah realita kehidupan. Tetapi berbeda dengan kakek tua itu dia tetap mempunyai sejuta harapan walaupun secara kasat mata apa yang dia kerjakan tidak menikmati hasil dari pohon itu.
Sepenggal kisah ini tentang melakukan sesuatu tanpa harus menikmati hasilnya, bisa kita jadikan pembelajaran dalam menata hidup ini. Setidaknya terus berbuat kebaikan walaupun secara dzohir tidak menikmati hasilnya.
Dalam hidup ini banyak kita dapati bahkan mungkin terjadi pada diri kita, ketika kita melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat atau tidak menguntungkan kita sering tidak mau melakukan atau pura-pura tidak tahu.Perhitungan ya, perhitungan seperti dalam jual beli. Jika tidak menguntungkan, maka tidak melakukan transaksi.
Hidup laksana dalam perjalanan, semakin jauh perjalanan semakin banyak persiapan yang kita harus siapkan bukan saja tenaga tetapi juga bekal. Setiap kita selalu berharap income agar kita bisa menyambung hidup, tetapi income itu akan berkurang seiring berkurangnya tenaga kita bahkan terkadang kita kehilangan semuanya.
Bagi mereka yang pandai merencanakan hidup, mereka akan terus menikmati hasil usahanya walaupun mereka sudah tidak aktif lagi. Maka itu, hidup bukan menjalani apa adanya tetapi bagaimana hidup ini punya nilai manfaat baik disaat tubuh masih kekar maupun sudah tidak kekar lagi.
Bagaimana seorang kakek mampu berkarya walaupun dia tahu bahwa dia tidak akan menikmati hasilnya. Dia hanya berharap suatu saat pohonnya mampu menaungi dia di akhirat kelak. Sesuatu pemikiran yang jauh ke depan. Dia mempersiapkan income pasive yang terus menghasilkan walau dia sudah tidak aktif.
Dalam sebuah atsar dikatakan,
“Jika ada sebutir biji di tanganmu dan besok akan terjadi kiamat, maka tanamlah biji itu.”
Artinya, dalam berbuat kebaikan tidak usah berpikir kapan hasil bisa didapat atau merasa sia-sia karena besok dunia akan kiamat.
Firman Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Hasyr: 18).
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
Artinya:“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,… (QS al-Isra :7).
Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat untuk orang banyak.
Sabda Rasulullah.
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
Artinya:“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad dan ath-Thabrani)
Demikian, hidup ini harus kita isi dengan sesuatu yang bermanfaat walaupun kemanfaatan secara dzahir kita tidak menikmati, tetapi secara bathin kita senantiasa akan mendapatkan balasan kenikmatan dari ada yang kita perbuat. Siapa yang menanam pasti dia akan menuainya.