SECERCAH HARAPAN_Sayur Asem

Fiksiana16 Dilihat

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=TIobAXIWAJI
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=TIobAXIWAJI

Pagi itu Danang lagi sibuk dengan aktivitas rutin. Ia lagi menyiapkan makan pagi buat bapak dan dirinya. Termasuk memberi makan ayam-ayam kesayangan Mbah Gio.

“Nang! Panggil Mbah Gio sambil membawa cangkul dan sabit sehabis membersihkan rumput-rumput di halaman.

“Ada apa Pak? Tanya Danang menoleh sambil mencuci piring dan perabotan dapur lainnya.

“Tolong pesenkan ke kakakmu suruh bawakan sayur asem ke sini! Pinta Mbah Gio sambil meletakkan cangkul dan sabit pada tempatnya.

Mbah Gio sudah lama kangen dengan sayur asem buatan anaknya. Maklum Danang masih belum bisa membuat sendiri sayur keinginan bapaknya. Danang yang lagi di ruang tengah sehabis menyiapkan makan buat bapaknya langsung mengambil gawainya mengirim pesan ke kakaknya.

Bu Santi baru pulang dari pasar diantar suaminya. Ia membeli apa-apa yang diperlukan. Kebetulan besok akan ada pengajian rutin di rumahnya. Biasanya kalau untuk keperluan lauk dan sayur harian ia cukup membeli pada pedagang keliling.

Sepulang dari pasar, Bu Santi meletakkan barang-barang yang dibeli pada tempatnya. Ia pulang dari pasar agak terlalu siang sekitar jam setengah 9. Agus dari ruang tengah tiba-tiba menghampiri ibunya.

“Bu! Tadi ada pesan dari Mas Danang suruh bawakan sayur asem buat Mbah Gio”, kata Agus sambil membawa gawai.

“Lhoooo! Tadi ibu tidak membeli bahan-bahanya Mir”, kata Bu Santi dengan wajah sedikit menyesal. Ia tidak kepikiran kalau Mbah Gio tiap satu minggu sekali ingin dibawakan sayur asem.

“Ini sudah siang, pedagang keliling sudah lewat tadi pagi Gus”, kata Bu Santi bingung mencari solusi ke mana bisa mendapatkan bahan-bahan untuk membuat sayur asem.

“Gini aja Bu! Kita coba beli di toko Mbok Ijah, barangkali masih ada”, ucap Agus memberi solusi sambil meneruskan main gawai.

“Moga masih ada Gus, biasanya sudah habis”, jawab Bu Santi sambil berjalan ke luar dapur.

Bu Santi mondar-mandir keluar masuk dapur. Ia khawatir kalau bahan sayur asem sudah habis di toko Mbok Ijah.

“Gus! Antar aku ke toko Mbok Ijah! Pinta Bu Santi sambil membawa tas untuk tempat  barang yang dibeli.

“Iya Bu! Jawab Agus sambil lari mengambil kunci sepeda motor.

Ia mengantar ibunya ke toko yang dimaksud. Sesampainya di toko, Bu Santi langsung masuk. Toko sudah tak seramai pagi tadi.

“Mbok! Apa masih ada bahan sayur asem”, tanya Bu Santi.

“Kalau asemnya masih ada Bu, sayur kangkungnya yang sudah habis”,jawab Mbok Ijah sambil sibuk meletakkan barang-barang dagangannya yang belum terjual.

“Sayur kangkungnya coba aja ke Bu Rizki barangkali ada”, kata Mboh Ijah memberi solusi. Bu Rizki memiliki agen penjualan sayuran-sayuran. Biasanya buka sampai malam karena melayani para penjual-penjual kecil.

Setelah mendapatkan asem di Mbok Ijah, Bu Santi diantar Agus ke Bu Rizki.

“Bu! Boleh beli sedikit sayuran kangkungnya”, kata Bu Santi setelah sampai di rumah Bu Rizki.

“Boleh Bu! Jawab Bu Rizki sambil menunjukkan sayuran kangkungnya.

“Alhamdulillah”, gumam Bu Santi dalam hati karena apa yang diminta bapaknya bisa terpenuhi.

Bu Santi langsung pulang siap membuat sayur asem pesanan Mbah Gio bapaknya.

Sebelum mengantar sayur asem ke Mbah Gio, Bu Santi melangkah ke kamar mandi membesihkan diri. Tubuhnya berkeringat karena aktivitas yang berkejaran.

Bu Santi lalu mempersiapkan sayur asem dan nasi buat bapaknya.

“Gus! Antar ibu ke Mbah Gio ya! Pinta Bu Santi.

“Ya Bu! Jawab Agus yang lagi di ruang tengah.

Agus mengantar ibunya ke rumah kakeknya mengendarai motor. Ia pelankan laju kendarannya karena ibunya membawa sayur asem yang khawatir tumpah.

Setiba di rumah Mbah Gio, Agus memarkir kendaraan di halaman. Bu Santi melangkahkan kakinya ke pintu. Agus mengucapkan salam sambil mengetuk pintu. Dari dalam sesosok lelaki muda berjalan dan membukakan pintu.

“Wa’alaikum salam! Jawab Danang sambil meminta Bu Santi dan Agus masuk.

Bu Santi langsung menuju ke Mbah Gio yang sudah lama menunggu di dalam kamarnya.

“Maafkan Pak! Ucap Bu Santi sambil mencium tangan bapaknya.

“Gak pa pa, yang penting pesananku tiba”, jawab Mbah Gio menenangkannya.

“Ini Pak! Kata Bu Santi menunjukkan pesanan Mbah Gio.

“Ya letakkan di atas meja di dapur San”, pintanya.

Bu Santi meletakkan pesanan Mbah Gio di meja dapur. Ia tutupi dengan tutup besar yang tersedia agar tidak dimakan kucing.

Bu Santi dan Agus istirahat di ruang tengah beberapa sementara Danang lagi mandi membersihkan diri sehabis mencuci perabotan dapur.

Setelah lelahnya hilang, Bu Santi pamit minta pulang ke Mbah Gio.

“Pak! Saya pulang dulu ya”, ucap Bu Santi sambil mencium tangan bapaknya.

“Lho! Kok keburu”, tanya Mbah Gio.

“Ini Agus mau ke rumah temannya”, ucap Bu Santi sambil berjalan keluar.

Agus juga mencium tangan kakeknya sebelum ijin pulang. Ia kembali membonceng ibunya.

Wajah Bu Santi terlihat gembira karena bisa memenuhi permintaan bapaknya.

 

Salam Literasi,

 

AHSANUDDIN, S.Pd, M.MPd

Tinggalkan Balasan