Selamat pagi sobat,
Di pagi hari ini saya mengulas topik di rubrik NGETEH MORNING tentang kisah saya saat memimpin sidang di Kongres Pemuda/KNPI VIII di tahun 1996.
Berawal dari berita tentang adanya Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat versi Deli Serdang yang hanya berlangsung sangat singkat yaitu 40 menit dengan sudah menetapkan Ketua Umum tanpa kendala.
Namun saya tidak ingin membahas tentang KLB Partai Demokrat versi Deli Serdang yang sangat kontroversial.
Kata Kongres itu yang membawa ingatan saya saat didapuk menjadi Pimpinan Sidang. Oleh karena itu, saya jadi ingin berbagi kisah ketika saya menjadi Pimpinan Sidang di acara Kongres Pemuda/KNPI VIII yang berlangsung di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta dari tanggal 28 Oktober s/d 4 November 1996.
Dalam persiapan Kongres Pemuda/KNPI VIII 1996 tersebut saya mendapat mandat sebagai Sekretaris SC (Steering Comittee) mendampingi Ketua SC bung Fachry Andi Laluasa (sudah Almarhum).
Setelah acara Kongres Pemuda/KNPI VIII yang saat itu dibuka secara resmi oleh Presiden Suharto di Balai Sidang Senayan maka acara Kongres Pemuda/KNPI VIII dilanjutkan dengan Sidang Paripurna I yang dipimpin oleh Ketua dan Sekretaris SC dengan agenda utama yaitu pengesahan jadwal Kongres, pembahasan dan penetapan Tata Tertib Kongres lalu pemilihan dan penetapan Pimpinan Sidang Kongres.
Sidang Paripurna I baru dimulai setelah makan siang sekitar jam 14.00 WIB.
Membahas agenda yaitu Tata Tertib Kongres seperti yang pernah saya ikuti di acara Kongres Pemuda/KNPI sebelumnya biasanya berlangsung cukup lama dan berjalan alot, tensi tinggi dan terutama saat pembahasa yang menyangkut pasal pasal krusial seperti peserta Kongres, pemegang hak suara dan tata cara pemilihan Ketua Umum.
Seperti yang sudah saya duga ternyata benar benar terjadi, Sidang Paripurna I berlangsung alot dan dihujani dengan interupsi dari peserta sidang.
Sidang Paripurna I berulang kali diskors selain untuk isoma juga untuk dilakukan lobby dengan peserta sidang.
Setelah solat magrib dan makan malam, Sidang Paripurna I kembali dilanjutkan dan situasi semakin panas. Kami berusaha keras untuk mendengarkan usulan dari peserta sidang namun juga harus bersikap tegas ketika ada peserta sidang yang memaksakan kehendak.
Situasi sempat kurang kondusif ketika Buku panduan Kongres sempat dilemparkan oleh salah seorang peserta sidang ke meja Pimpinan Sidang sehingga sidang harus diskors dan panitia keamanan menarik keluar peserta sidang yang bertindak di luar kepantasan.
Hingga jam 24.00 WIB, Sidang Paripurna I belum juga berakhir dan terus dilanjutkan. Pembahasan masih berkutat di pasal pasal krusial. Kami tetap sabar untuk menampung usulan dan menyempurnakan pasal pasal yang diperdebatkan.
Kami tidak merasakan lelah apalagi mengantuk karena harus tetap fokus dan konsen untuk menuntaskan Tata Tertib Kongres.
Lewat tengah malam, peserta Kongres jumlahnya memang berkurang namun perwakilan setiap peserta dari DPD (Dewan Pengurus Daerah) Tingkat I dan OKP (Organisasi Kemasyarakatan Pemuda) tetap hadir.
Tata Tertib Kongres akhirnya dapat diselesaikan dan ditetapkan sekitar jam 04.00 WIB. Kemudian Sidang Paripurna I dilanjutkan untuk memilih dan menetapkan Pimpinan Sidang Kongres. Acara ini berjalan tanpa hambatan dan dapat ditetapkan sekitar jam 04.35 WIB. Kemudian Ketua SC selaku Pimpinan Sidang Paripurna I menutup Sidang Paripurna I dengan ketukan palu sebanyak tiga kali.
Sidang Paripurna I tak terasa telah berjalan sekitar 14 jam diseling rehat isoma dan lobby.
Selanjutnya Sidang Paripurna II akan berlangsung jam 08.00 WIB. Itu berarti, kami hanya punya waktu sekitar 3 jam untuk kembali ke ruang sidang.
Saya merasa lega dan barulah badan terasa lelah dan mata mengantuk. Saya dan bung Fachry lalu beristirahat di hotel Pencak Silat dekat TMII (Taman Mini Indonesia Indah).
Saya sudah terbangun sekitar jam 07.00 WIB meski badan masih terasa lelah dan masih mengantuk lalu bersiap menuju ke ruang sidang. Namun bung Fachry ijin untuk tidak ikut karena terlihat kelelahan dan meminta saya untuk menyerahkan palu sidang kepada Pimpinan Sidang Kongres yang bakal memimpin sidang sidang hingga Kongres Pemuda/KNPI VIII berakhir.
Saya bersama Sekjen DPP KNPI saat itu mas Mujib Rohmat menuju ruang sidang. Di sana sudah hadir Ketua Umum DPP KNPI mas Tubagus Haryono, kanda Syukur Sabang (sudah Almarhum) dan bung Hamzah Sangaji.
Ketua Umum mas Tubagus Haryono lantas menunjuk kanda Syukur Sabang dan saya sebagai perwakilan DPP KNPI untuk menjadi Pimpinan Sidang Kongres.
Saya yang awalnya berniat setelah menyerahkan palu sidang kepada Pimpinan Sidang Kongres akan segera kembali ke hotel Pencak Silat untuk melanjutkan tidur menjadi gagal total karena mendapat amanah yang tidak bisa saya tolak.
Itulah kisah saya saat memimpin Sidang Paripurna I Kongres Pemuda/KNPI VIII yang berlangsung maraton dengan suasana panas.
Semoga bermanfaat ..
Sobat, saatnya saya undur diri dan mari kita nikmati secangkir teh hangat di pagi hari ini ..
Selamat beraktivitas ..
Salam sehat ..
NH
Depok, 7 Maret 2021