Kisah Isra wal Mi’raj

Siapa yang tak sedih bila orang yang dicinta telah tiada? Di tahun ke-10 kenabian, sang paman Abu Thalib, sosok yang senantiasa melindungi bahkan dengan jiwa raganya telah berpulang. Tak lama setelahnya, Khadijah, istri tercinta yang paling pertama mengimani, pun telah kembali padaNya.

Allah Yang Maha Tahu perasaan hamba-hambaNya, lantas memberi Rasulullah saw sebuah perjalanan sebagai pelipur lara. Dalam waktu kurang dari satu malam, sang hamba termulia diberangkatkan dari Masjidil Haram (Makah) ke Masjidil Aqsa (Palestina) – peristiwa Isra (berarti perjalanan malam hari).

Tak hanya sampai di Masjidil Aqsa, Rasulullah saw kemudian diberangkatkan menuju ke Sidratul Muntaha (Mi’raj, berarti kenaikan surgawi). Melewati langit demi langit, berjumpa para Nabi terdahulu. Hingga akhirnya perintah shalat didapatkan.

Peristiwa ini dianggap hal yang mustahil bagi kebanyakan orang. Bahkan sebagian kaum muslim kala itu ada yang murtad karena tak percaya dengan kisah ini. Kaum kafir Quraisy lalu meminta Rasul saw menyebutkan detail Masjidil Aqsa untuk membuktikan apakah benar Rasul telah pergi ke sana.

1.500 km jarak terbentang dan butuh 40 hari perjalanan dengan unta. Mana bisa hanya dilakukan semalam? Maha Besar Allah, Rasulullah saw dibuat mampu menjelaskan dengan baik.

Abu Bakar, sahabat setia selalu membenarkan dan yakin. Ia percaya Rasul saw telah melakukan Isra Mi’raj. Keyakinannya bahkan tanpa tapi. Lihatlah apa yang dikatakan Abu Bakar saat Abu Jahal bertanya padanya apa Abu Bakar percaya Rasul telah pergi ke Masjidil Aqsa dalam semalam.

“Aku membenarkan perkataannya dan aku membenarkan ia meskipun lebih jauh daripada itu. Aku akan membenarkan berita dari langit, baik di waktu pagi ataupun sore yang datang darinya.”

Hal tersebut membuat Rasulullah saw bersabda, “Engkau adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq (yang membenarkan).”

Peristiwa Isra Mi’raj telah menguatkan hati Nabi yang tengah berduka. Karena dalam perjalanannya, Allah menunjukkan kepada Nabi apa-apa yang diperoleh manusia yang berjuang di jalan-Nya.

Masa kini …

Sudah lebih dari seribu empat ratus tahun berlalu. Peristiwa tersebut kini kerap diperingati.

Di zaman sekarang, Allah telah berkehendak manusia mampu menciptakan teknologi berkirim pesan dengan super cepat. Jika dua orang terpisah di dua benua, pesan yang dikirim lewat email (misalnya) bisa terjadi dengan sekejap saja. Itu baru teknologi manusia dalam mengirim pesan. Maka, tentu sangat mudah bagi Allah (yang menciptakan manusia) membuat Rasul saw melakukan perjalanan Isra Mi’raj.

Ingat … bukan Neil Armstrong yang berhasil pergi ke luar angkasa untuk pertama kali dan kembali dengan selamat. Karena jauh sebelum pesawat ada, Rasulullah saw telah melakukan perjalanan ke langit dan kembali dalam keaadaan tiada kurang apa pun.

Pertanyaannya adalah … apakah kita percaya? Yakin yang tanpa tapi. Berbenah diri dengan mengambil hikmah dari mukjizat sang manusia pilihan.

Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan