5 Kesalahan dalam Mendidik Anak

Humaniora, Sosbud74 Dilihat
Sumber gambar : tumpi.id

 

Memiliki anak adalah salah satu anugerah dan karunia terindah yang diberikan Allah S.W.T kepada hamba-Nya. Anak adalah buah kasih sayang antara sepasang suami istri yang diikat oleh tali yang suci dalam bingkai mahligai rumah tangga. Anak adalah buah hati belahan jiwa. Ia adalah darah daging kedua orang tuanya. Ia adalah manusia yang dikarunia akal pikiran, kehendak, kecenderungan, dan emosi. Ia adalah manusia kecil yang membutuhkan bimbingan dan pendidikan dari orang tuanya.

Menjadi tanggung jawab kedua orang tua untuk mendidik buah hatinya. Pendidikan anak adalah masalah yang sangat vital bagi setiap orang tua yang menginginkan anaknya menjadi seorang yang saleh, pintar, berani, kreatif, dan berbakti kepada kedua orang tuanya, serta berguna bagi Nusa, bangsa, dan agama.

Namun terkadang sering dijumpai banyaknya prilaku orang tua yang mendidik anak kurang sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan anak. Anak bukanlah robot yang mudah dijalankan hanya dengan menggunakan remote kontrol. Anak juga bukan kuda liar yang sulit dikendalikan ataupun musuh yang harus ditakuti.

Mendidik anak bukanlah masalah sepele. Masih banyak orang tua yang keliru dalam menerapkan pendidikan terhadap anak-anaknya di rumah.

Di antara bentuk-bentuk kesalahan orang tua dalam mendidik anak adalah sebagai berikut :

1) Memerintahkan anak dengan tanpa menjelaskan alasan pentingnya menunaikan perintah tersebut.                       

Menjadi hal yang cukup penting untuk memenuhi dan memuaskan rasa ingin tahu anak ketika kita memberi perintah kepada mereka, sebab bisa jadi penolakan mereka terhadap suatu perintah disebabkan oleh perintah yang diterima belum sesuai dengan logika mereka.

2) Sikap orang tua yang enggan menerapkan kedisiplinan kepada anak.       

Banyak orang tua yang merasa ragu untuk menerapkan kedisiplinan kepada anak-anaknya, karena rasa kasih sayang yang berlebihan dan  bukan pada tempatnya. Orang tua tersebut khawatir kalau ia terapkan kedisiplinan kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya akan membencinya, tidak mencintainya, dan akan menimbulkan kemarahan dan sikap emosional si anak.

3) Sikap orang tua yang menerima persyaratan yang diajukan anak. 

Terkadang sikap orang tua yang menerima apa yang disyaratkan anak untuk memperoleh imbalan setelah mengerjakan tugas tertentu dianggap hal yang baik. Padahal ini merupakan tindakan yang kurang tepat. Anak akan terbiasa melakukan yang diperintahkan dengan syarat ada imbalan tertentu. Jika tidak ada imbalan ia tidak akan melakukan hal yang diperintahkan orang tuanya.

4) Tidak menghukum perilaku yang salah yang muncul dari anak. 

Sebuah langkah yang salah apabila orang tua membiarkan anak pada perilaku yang buruk dan tidak memberinya hukuman atau sanksi dari perbuatan buruknya. Tentunya hukuman yang dimaksud adalah hukuman yang bersifat edukatif dan bukan hukuman fisik yang dapat meninggalkan luka.

5) Membandingkan secara tidak proporsional dengan anak yang lain. 

Membandingkan anak boleh dilakukan bila objek yang menjadi pembanding adalah tokoh yang paling baik etika atau moralnya, seperti para nabi dan sahabat atau tokoh besar lainnya. Tujuannya agar anak termotivasi untuk mengikuti tokoh tersebut sebisa mungkin. Namun apabila perbandingan yang dilakukan tidak proporsional, dibandingkan dengan anak-anak lainnya maka yang akan timbul adalah rasa minder dan rendah diri pada si anak. Hal ini justru akan menghancurkan psikologi anak, membunuh semangatnya, dan membebaninya dengan hal-hal yang ia tidak sanggup lakukan.

Inilah lima kesalahan yang sering dilakukan oleh kita selaku orang tua. Walaupun kita sudah menjadi orang tua bukan berarti semua ilmu, pengetahuan, dan Keterampilan telah kita kuasai. Masih banyak hal yang harus kita pelajari, termasuk bagaimana mendidik anak-anak kita  agar mereka menjadi anak yang sholeh dan sholeha dan menjadi penyejuk pandangan mata kedua orang tuanya. Semoga kita diberi kemampuan untuk menjadi orang tua yang berhasil dalam mendidik anak-anak kita dan mereka semua menjadi orang-orang yang sukses baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin ya robbal’alamiin.

Referensi:

Dimas,Muhammad Rasyid: “20 kesalahan dalam mendidik anak”, Jakarta: Pustaka Al Kautsar,2005

Tinggalkan Balasan