Ayo Tertawa

Mungkin disebabkan kepahitan hidup, bisa karena jualan sepi, bisnis merugi, karyawan yang kena pemutusan hubungan kerja, ungkapan cinta seorang ABG yang ditolak, dan banyak contoh penderitaan dalam kehidupan ini.

Ada sesuatu yang berbeda dengan presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln yang pernah diwawancarai oleh wartawan,  bagaimana ia menangani seluruh tekanan selama menghadapi  perang saudara yang terjadi di Amerika Serikat. Lantas ia pun menjawab, “Seandainya saya bukan orang yang suka tertawa, saya tentu tak dapat mengatasinya.” Sudah kita ketahui bersama, bahwa tawa adalah ungkapan rasa gembira, namun tertawa yang dimaksudkan oleh Lincoln adalah usaha yang kita lakukan untuk mengungkapkan rasa gembira. Hati yang gembira selalu tertampak dari wajah yang berseri-seri, dan sebaliknya kepedihan hati hanya akan mematahkan semangat dan menampilkan wajah yang bersungut-sungut.

Tawa merupakan sifat alami manusia, dan sangat dibutuhkan bagi jiwa kita. Jika kita dapat tertawa pada masa-masa sulit, maka kita tak akan pernah kehabisan alasan apa pun untuk tertawa. Menyitir dari Rick Warren yang mengatakan bahwa salah satu cara untuk menjadi orang sabar adalah dengan mengembangkan selera humor. Belajar menertawakan diri sendiri diperlukan untuk menemukan kegembiraan pada saat kita merasa  frustrasi. Jika kita dapat menertawakannya, maka kita dapat hidup dengan segala macam kepahitan hidup.

Kapan terakhir kita bisa tertawa? Sering kali tawa menjadi magnet yang menolong kita untuk menjaga hati tetap gembira dan bersukacita. Karena hati yang gembira saja yang dapat membuat Socrates yang saat itu sedang berada di penjara bisa menasihati pengikutnya untuk tetap bersukacita. Masalah dan derita adalah bagian dari kehidupan. Sehingga tak ada untungnya bersungut-sungut dan mempertahankan wajah muram. Kita harus sanggup mempertahankan selera humor kita agar tetap mampu tertawa.

Bila hidup kita terasa berat, cobalah bangkitkan selera untuk tertawa, kembangkan humor yang baik dan sehat. Sempatkan membaca cerita lucu maupun menonton film lucu atau pertumjukan standup comedy, dan biasakanlah membangun sukacita dengan keluarga, tetangga dan teman. Karena hati yang gembira adalah obat supaya kita tidak lupa untuk bersyukur. Jangan hanya karena beratnya kehidupan membuat kita jemu bersukacita. Sesuai dengan yang diungkap G. K. Chesterton, “Keputusasaan bukan disebabkan oleh kejemuan terhadap penderitaan, melainkan karena kejemuan pada keinginan untuk bersukacita.”

Sudahkah kita menyadari kapan terakhir kali kita masih bisa tertawa? Apakah berbagai masalah membuat kita enggan untuk merasa senang? Masihkah kita mengetahui cara membangkitkan tawa dalam kehidupan kita.

Belajarlah untuk menyenangi humor yang baik, kembangkan rasa humor, dan biasakanlah membangun kegembiraan dengan lingkungan kita.

Ingatlah, bahwa tawa mampu menyembuhkan berbagai kepedihan hidup. –

Tangerang Selatan, 23 Agustus 2021.

@sg

Tinggalkan Balasan