Menular Lewat Tulisan

MENULAR LEWAT TULISAN

Menulis adalah media untuk mentransformasikan pemikiran dan gagasan. Menulis merupakan bagian dari kegiatan literasi, yang secara positif bisa ditularkan dan memengaruhi orang lain untuk beraktivitas yang sama.

Praktik sosial ini merupakan sebuah upaya untuk membudayakan literasi Indonesia, dan meningkatkan peringkat literasi Indonesia yang berada di titik terendah. Pegiat literasi hadir pada setiap lini komunitas, tidak terbatas pada dunia pendidikan.

Membangun kesadaran pentingnya menularkan literasi, adalah bagian dari motivasi agar menulis dan membaca menjadi kebiasaan rakyat Indonesia. Mungkin terdengar sangat muluk, tapi untuk menggugah semangat, cara ini jauh lebik baik dibandingkan janji politik.

Sebelum lebih jauh membahas tentang literasi, ada baiknya kita tahu dulu makna literasi secara umum. Seperti yang saya kutif dari lenterabijak.com dibawah ini:

Pengertian literasi secara umum adalah kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat membaca atau menulis. Literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis, oleh karena itu, literasi tidak terlepas dari ketrampilan bahasa yaitu pengetahuan bahasa tulis dan lisan yang memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan tentang genre dan kultural

“Cara terbaik untuk meningkatkan kualitas karakter, kompetensi dan kesejahteraan hidup seseorang, adalah dengan menanamkan budaya literasi (membaca-berpikir-menulis-berkreasi). Cara terbaik untuk menanamkan budaya literasi yang kuat pada seseorang adalah dengan menjadikannya sebagai seorang penulis. Karena setiap penulis, secara otomatis akan melewati tahapan membaca, berpikir, dan tentu saja menulis serta berkreasi.”
(Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia)

Inilah hal-hal yang positif yang ditularkan dari menulis dan membaca. Tidaklah muluk-muluk upaya menularkan kebiasaan menulis dan membaca ini, karena setiap penulis pastinya akan membaca. Dari banyaknya membaca maka akan berkreasi, bukan cuma sekadar menulis.

Dalam dunia pendidikan pun budaya literasi ini terus ditularkan oleh para guru. Tidak sedikit guru yang aktif dalam menulis, hal ini bisa diketahui dengan bertumbuhkembangnya kelas menulis daring yang diperuntukkan bagi para guru, yang juga dirintis oleh guru.

Aktivitas para guru ini jelas akan menularkan budaya literasi bagi para murid. Selama apa yang diteladankan para guru adalah output yang positif dari aktivitas menulis. Kesadaran para guru terhadap pentingnya mencerdaskan bangsa dengan menghidupkan budaya literasi adalah sesuatu yang patut diapresiasi.

Budaya literasi ini harusnya tidak saja dilingkungan pendidikan, tapi juga dilingkungan masyarakat. Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya literasi, sama halnya dengan aktivitas pemberantasan buta huruf. Dampak dari membudayakan literasi jelas akan meningkatkan kualitas karakter, kompetensi dan kesejahteraan hidup seseorang.

Literasi itu praktik sosial, suatu laku sosial, bukan perkara membaca dan atau menulis belaka, dalam arti mengeja aksara dan atau menyusun aksara semata.

Membaca buku beternak ayam, lalu mempraktikannya, dan menuliskan pengalaman beternak ayam itu contoh praktik sosial sebagai literasi. Jadi, literasi tak berhenti hanya pada membaca dan atau menulis. (literasibijak.com)

Tulisan ini pun adalah upaya menularkan informasi tentang budaya literasi, dengan harapan agar bisa memotivasi dan menginspirasi pembaca. Dan memahami bahwa literasi itu bukan hanya sebatas menulis dan membaca, tapi bagaimana lewat literasi masyarakat akan tercerahkan.

Tidak bisa dipungkiri, upaya mencerdaskan bangsa itu tidak terbatas pada pendidikan formal saja, justeru praktik sosial menanamkan pengetahuan secara langsung akan lebih diresapi dan bisa langsung dimanfaatkan ilmunya.

Tulisan hanya media Pengantar informasi, sementara praktik sosial adalah pengejewantahan dari apa yang dinfornasikan. Dengan demikian penularan budaya literasi secara positif akan meningkatkan kecerdasan masyarakat.

Salam literasi
Ajinatha

Tinggalkan Balasan

2 komentar