Menjadi Anak Berbakti
Akhirnya aku mengamini permintaan ayah. Aku ke perusahaan ayah. Pastinya dengan penampilan ala aku. Pakaian seksi dan rok di atas lutut. Hahaaa.
Terus terang aku semula tak menyukai gaya berpakaian seperti itu. Namun gara- gara lelaki, yang dulu sangat kucintai, aku mengubah penampilan.
Ayah sendiri protes dengan penampilanku yang terlalu seksi dan tentu kukenakan sepatu high heels. Tingkat seksiku semakin menjadi ketika lelaki yang aku cintai mengkhianatiku.
Tak hanya pacaran namun lebih dari itu. Dia telah menghamili selingkuhannya. Tak ada kesempatan untuknya. Aku bukan perempuan gila yang mau menerima kegilaan lelaki.
Kubuang jauh rasa sakitku. Aku menggeluti hobi menulis. Semua rasa sakitku, bahagiaku kutuangkan dalam novel pertamaku. Tentu namaku kusamarkan. Bagaimanapun aku tak mau orang lain tahu tentang kehidupanku.
Beberapa bagian novel sudah kupublikasi. Belum selesai. Demi ayah, aku meninggalkan hobi harianku itu. Aku belajar di perusahaan.
Dasar perempuan, kuubah ruangan kantorku lebih santai, terkesan feminin. Biar aku tak bosan. Kudekor seperti suasana tempat menulis di rumah.
Oh iya. Berkaitan dengan penampilanku, banyak anak buah ayah yang begitu terpesona dengan penampilanku. Tak jarang mereka menghentikan aktivitas demi melihatku. Ah…dasar lelaki! Melihat paha saja sudah meleng!
Tiba- tiba telepon ruanganku berbunyi.
“Ajeng, kamu ke ruangan ayah. Sekarang…”
Alah. Mulai deh dunia akan menyiksaku. Bagaimana aku jalani dan bekerja di dunia yang tak kusuka? Ah. Kembali aku berdoa agar anak teman ayah bisa muncul. Hahaha. Perempuan seksi masih tahu doa juga. Padahal shalatku saja bolong- bolong.