“Geng, tolong dikirim pulsa 20.000 ke nomorku ya.. Uangnya besok kalau aku ke sekolahan..”.
Sebuah pesan aku terima. Pesan dari bu Atik. Guruku dahulu semasa masih menjadi siswa SLB ini.
Aku dulu memang sekolah di sini. Di saat seusia anak kuliahan. Hehe..
Soalnya dulu saat aku jadi siswa baru di sekolah ini, ada seorang guru muda. Usianya hampir sama dengan aku. Hanya beda bulan saja. Sebenarnya malu juga sih.
“Gak apa-apa, Geng. Belajar itu sepanjang hayat. Tidak usah malu meski usia sudah dewasa..”, nasehat bu Mud kepadaku saat itu.
Bu Mud memang selalu menyemangatiku untuk mau terus belajar. Bu Mud ini guru agamaku. Baik hati dan menyayangi kami semua.
Nasehat itu menjadi pemicu semangat untukku terus belajar. Belajar untuk meraih cita-citaku. Masa depan yang cerah.
Oh iya. Kenalkan namaku Sugeng. Aku seorang tunadaksa. Aku tinggal di asrama. Satu kompleks dengan sekolahan.
Dulu aku kemana-mana selalu menggunakan dingklik kecil untuk alas tanganku. Karena aku berjalan dalam posisi duduk.
Saat itu aku masuk kelas 10 SMALB. Dengan usiaku di atas 21 tahun. Hehe..
Sewaktu aku belajar di sekolah ini ada dua teman tunadaksa juga. Karni dan Tari. Karni ini juga SMA. Sementara Tari baru masuk SMP. Mungkin usia hampir sama.
Kami diberikan pembelajaran seperti di sekolah umum. Tetapi memang diberikan jam keterampilan yang lebih banyak.
***
“Kamu ikut lomba balap kursi roda ya, Geng..”.
Kalimat itu masih terngiang di telingaku hingga sekarang. Kalimat yang disampaikan oleh pak Narta. Aku agak merasa asing dengan lomba seperti itu. Aku belum pernah tahu ada lomba seperti itu.
Aku menyanggupinya. Pikirku saat itu ya untuk mendapatkan pengalaman. Seperti apa itu lomba balap kursi roda.
Aku mulai berlatih di bawah bimbingan pak Narta.
“Tangannya dilatih, Geng. Biar kuat mengayuh roda kursi rodamu itu..”.
Benar juga kata beliau. Memang lomba ini lebih menggunakan kekuatan tangan. Dan juga tenaga tubuh kita.
“Ya, pak.. Siap..”, kataku singkat.
Aku selalu latihan di bawah bimbingan beliau. Terkadang aku latihan sendiri di saat waktu luang.
Hingga akhirnya waktu lomba tiba. Ternyata lawanku di lomba tingkat kabupaten hanya dua orang. Otomatis akan menjadi juara 1, 2 dan 3. Tapi aku tetap berusaha agar menjadi juara 1.
Singkat cerita aku akhirnya mewakili kabupaten ke tingkat provinsi. Dan dari provinsi ke tingkat nasional.
“Alhamdulillah, Geng.. Selamat…”, ucap pak Narta.
Ya.. alhamdulillah aku mendapatkan juara di tingkat nasional. Meski aku bersekolah di SLB tetapi aku mendapatkan prestasi yang membanggakan.
***
Dan sekarang aku telah mampu berdiri di atas kaki sendiri. Aku bisnis kecil-kecilan. Bisnis pulsa.
Sebenarnya sudah sejak SMALB aku sudah memulai bisnis ini. Tapi ya masih sebatas melayani guru-guruku. Untung tentu saja kecil.
Keuntungan itu ku tabung sedikit demi sedikit. Ku kumpulkan. Dan akhirnya aku bisa membeli sebidang tanah. Tidak luas tapi bisa untuk tabunganku.
“Ternyata bersekolah di SLB bisa mengajariku banyak hal, mak.. Aku mendapat banyak pengalaman dan dapat mengembangkan bisnis pulsa yang untungnya lumayan..”, kataku kepada mamakku saat aku pulang.