Senyum terkembang di wajah Bu Nely melihat perubahan Parhan yang diluar dugaannya. Berbagai cara dilakukan Bu Nely agar anaknya kembali seperti dulu, tapi tidak pernah membuahkan hasil yang diharapkan. Dan sekarang harapan wanita paruh baya itu mulai tampak dan terwujud berkat bantuan gadis berpenampilan sederhana.
Selama sepekan, Aisyah bolak balik ke rumah Bu Nely. Perubahan yang ditampakkan Parhan luar biasa, keceriannya yang dulu sempat hilang, berangsur-angsur kembali.
Hari terakhir petualangan Aisyah dan Parhan ditutup dengan mengunjungi lokasi pembuangan akhir sampah Kebon Kongok. Lokasi ini sengaja di pilih Aisyah tidak lain dan tidak bukan untuk menumbuhkan rasa syukur serta kesadaran diri remaja yang sempat depresi beberapa waktu lamanya. Padahal dia bergelimang harta benda namun tidak bisa dia nikmati.
Bu Nely penasaran dengan trik yang dilakukan gadis manis berhijab ini dalam menangani putra bungsunya. Dia berjanji akan menemani anaknya ke lokasi tersebut. Saat dia tahu ibunya akan ikut spontan lelaki remaja itu memeluk sang bunda membuat wanita bertubuh langsing ini meneteskan air mata. Dan membalas dekapan putra tercinta. Dia tidak menyangka respon putranya seperti itu.
Wanita yang masih terlihat cantik di usia lima puluh tahun itu rupanya sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Mobil yang mereka gunakan menuju lokasi sudah dipenuhi dengan makanan yang akan dibagikan kepada pemulung.
Bau apek, amis, bau busuk sampah, sudah terasa saat kendaraan yang membawa mereka memasuki kampung kebon kongok. Sepanjang jalan yang dilalui, rumah sederhana milik para pemulung, dipenuhi dengan tumpukan rongsokan, barang bekas yang berjejer di pinggir tembok dan halaman rumah.
Tumpukan sampah yang menggunung, menyambut kedatangan mereka di sana. seluas mata memandang yang ada hanya sampah berserakan di sekitar tempat itu. Tampak beberapa orang sedang asyik mengais-ngais sampah yang bagi orang merupakan barang yang menjijikkan. Namun bagi pemulung di kebon Kongok, sampah merupakan berkah. Rasa jijik, mual, bau sudah tidak dihiraukan lagi karena bagi mereka, dengan adanya sampah anak keluarga mereka bisa makan untuk bertahan hidup.
Rasa mual menyeruak begitu Bu Nely keluar dari mobil, tapi demi sang buah hati dia berusaha untuk bertahan, dia berjalan sembari menutup hidung menggunakan masker.
Aisyah mengajak Bu Nely dan Parhan menuju tempat para pemulung mengumpulkan barang rongsokan. Setiap orang yang ditemui diberikan bingkisan yang sudah disiapkan oleh Bu Nely. Nampak wajah sumringah dari para pemulung saat menerima bingisan tersebut.
“Terima kasih Bu, semoga keluarga ibu diberikan kesehatan, kebahagian dan Rizki yang banyak”. Seorang wanita tua renta berdoa saat Bu Nely menyodorkan tas berisi beberapa makanan.
Hati Bu Nely berdesir begitu mendengar ungkapan tersebut. Doa yang tidak pernah diterima dari sahabatnya yang selama ini sering diajak jalan-jalan. Tapi justru dia terima dari seseorang yang hanya menerima makanan ala kadarnya dan selama ini dianggap sebagai orang yang menjijikkan.
Butiran bening keluar dari netranya. Matanya berkaca-kaca. Ditariknya napas panjang agar butiran bening itu tidak terus keluar. Untuk sesaat dia terdiam berusaha menahan rasa haru.
Dia menghentikan langkahnya dan duduk di dekat wanita dengan wajah keriput.
“Namanya Siapa nek? Tanya Bu Nely
“Nek Ijah. Terima kasih banyak. Nenek sudah lama tidak pernah makan enak seperti ini.” Ucapnya.
Ditariknya napas panjang, rasa haru menyeruak dalam diri wanita kaya itu, mendengar penuturan jujur wanita berbaju lusuh yang duduk disampingnya sambil memilah-milah sampah plastik yang ada di dekatnya.
“Nenek tinggal dimana? Tanya Parhan yang juga ikut duduk.
“Itu rumah nenek. Sambil menunjuk sebuah rumah yang terbuat dari triplek yang ditambal dengan barang bekas. Bangunan yang tidak layak huni itu hampir roboh.
“Yang itu nek, dekat tumpukan karung itu? Tangan Parhan menunjuk untuk sekedar memastikan kembali. “Nenek tinggal sama siapa? Tanya Parhan penuh penasaran.
“Sama putra saya. Tapi sejak dia meninggal beberapa bulan yang lalu nenek tinggal berdua dengan cucu. Sekarang dia sedang menjual barang bekas yang sudah kami kumpulkan ke pengepul.” (Bersambung)