Pengadilan Akhirat
Seketul daging
Tersembunyi dalam ruang hamparan sempit
Dalam rongsong tubuh yang bernyawa
Berubah rubah warna melakoni peran rentak wataknya
Tampakkan aura sesat mata
Baik bersanding buruk
Buruk bersanding baik
Itulah pegadilan dunia yang berani melawan kuasanya tuhan
Pengadilan dunia padang bulu tak tampak kebenarannya
Masih bisa sembunyikan muka
Seolah olah tiada salah menerpa
Tutup mulut tak bicara sebenarnya
Pengadilan akhirat tak mau tau
Tengkorak bernyawa bertekuk lutut
Semua bicara menjadi petua
Azab diterima karena akibat
Satupun tak ada yang mampu menjadi penolong
Semua ditodong untuk bicara
Berbaris menunggu giliran
Satu persatu di absenkan dalam wajah berlapis derita
Boleh saja di dunia banyak alasan
Akhirat kelak jadi tangisan
Semua raga memberikan peran
Mengadu atas dosa dosa dikala berteman menjadi pengngikut syaitan
Mata…
Mulut…
Tangan…
Kaki…
Bumi
Dan langit aeluruh isisnya
Kedap dalam genggaman kuasanya
Juga ikut bicara
Tanpa basa basi tak mampu beri alasan
Tersisihlah jiwa raga dalam rintihan kesakitan
Ragapun menjerit
Tolong………
Sudah terlambat kau mendekap
Hati tak sempat kau berikan obat
Deritalah engkau bersama dosa dosa diselimuti azab
Tengkurap dalam keadaan sesat
9 September 2021
Keren, puisinya. Ramai pengunjungnya. Sukses selalu, ya amin.
Terima kasih Ayahnda.Jasamu akan terus terpancar seperti mutiara.