Pemimpin Itu Jangan Suka Ngumbar Amarah

Selamat pagi sobat,

Di pagi hari yang cerah ini saya mengangkat topik di rubrik NGETEH MORNING tentang Pemimpin Itu Jangan Suka Ngumbar Amarah.

Kemarin (Jum’at, 01/10/2021) pagi ketika saya membuka akun twitter, saya menyaksikan sebuah tayangan  video yang memperlihatkan sosok pejabat tinggi negara yang tengah mengumbar amarah di depan banyak orang dengan kata kata yang keras setengah berteriak dan tidak hanya itu saja, sang pejabat tinggi negara itu berdiri lalu berjalan mendekati orang yang dianggapnya bersalah sambil tetap meluapkan emosinya dengan suara yang lantang dan menunjuk nunjuk ke orang yang dianggapnya bersalah.

Video yang berdurasi dua menit enam detik yang langsung viral di jagad media sosial sehingga menimbulkan pro kontra, menurut hemat saya bukanlah tontonan yang baik dan bahkan tidak mendidik.

Betapa pun seorang bawahan itu berbuat salah, sebagai pejabat tinggi negara tak lantas bertindak dengan mengumbar amarah seperti itu apalagi di depan umum pula. Andai kata benar benar sudah keterlaluan salahnya maka bawahan itu bisa dipanggil di ruang tertutup untuk ditegur dan dimarahi.

Membangun citra sebagai pejabat tinggi negara dengan kerap mengumbar amarah atau kadang menangis tersedu sedu sambil “deprok” di lantai hanya untuk mendapat simpati publik adalah pembangunan citra yang menurut hemat saya adalah cara cara tidak elok dan kurang terpuji.

Untuk diketahui bahwa seseorang dengan tingkat kesabaran yang rendah jika menjadi pemimpin biasanya akan bersikap “galak” lantas menunjukkan kekuasaannya dengan sering memarahi para bawahannya dengan kata kata yang keras dan di depan orang banyak walaupun kesalahan yang dibuat oleh bawahannya tersebut kadang bukanlah pada hal-hal yang prinsip.

Sosok pemimpin yang sabar akan memahami betul apa yang harus diperbuatnya dan mana yang harus ditinggalkannya. Sosok pemimpin yang sabar itu sangat mehamami prinsip-prinsip yang ada di dalam organisasi yang dipimpinnya, memahami nilai-nilai yang harus dianutnya. Oleh karena pemahamannya itu maka sosok pemimpin yang sabar akan mengetahui kapan dia harus marah dan kapan dia harus memuji, kapan dia harus memberi reward dan kapan dia harus memberi punishment.

Terlebih dari itu, seorang pemimpin yang sabar itu akan berperilaku memberi tuntunan kepada bawahannya dan sebaliknya pemimpin yang suka mengumbar amarah itu akan berperilaku memberi tontonan kepada bawahannya bahwa dia punya kuasa.

Oleh karena itu janganlah menjadi seorang pemimpin yang arogan dan suka mengumbar amarah namun hendaklah menjadi seorang pemimpin yang sabar dengan memberi teladan dan tuntunan.

Saya tutup tulisan ini dengan sebuah pantun :

Sempatkan Pergi Ke Tempat Yang Bersejarah

Hendaklah Berpakaian Rapi dan Jangan Acak Acakan

Janganlah Jadi Pemimpin Yang Suka Mengumbar Amarah

Karena Sikap Yang Demikian Tak Elok Dan Memalukan

Sobat, saatnya saya undur diri dan mari kita nikmati secangkir teh hangat di pagi hari
ini ..

Selamat beraktivitas ..

Salam sehat ..

 

NH
Depok, 2 Oktober 2021

Tinggalkan Balasan