KEMULIAAN ADALAH WANITA
Dalam rangka memperingati hari ibu, penulis mengangkat tentang KEMULIAAN ADALAH WANITA sebagai judul, bukan cerita tentang PENGALAMAN BERSAMA IBU. Biarlah yang demikian itu menjadi bagian dari para penulis yang lain.
Yang mendasari penulis mengatakan bahwa kemuliaan adalah wanita yaitu sebagaimana firman Allah dalam QS An-Nisa ayat 19, menyuratkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
Dalam kitab tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa yang demikian itu karena di masa lalu seorang lelaki mewarisi istri kerabatnya, lalu ia bersikap selalu menyusahkannya hingga si istri meninggal dunia atau (baru dibebaskan) bila si istri mau mengembalikan maskawinnya. Maka Allah memberikan ketentuan hukum mengenai hal tersebut, yakni melarang perbuatan itu.
Dengan adanya larangan seperti itu, maka muncul sebuah cahaya yang menerangi kegelapan wanita kala itu. oleh karena itu tak jarang yang menyebutkan bahwa Rasulullah adalah penerang segala bentuk kedzaliman dan menjamin hak setiap manusia tanpa terkecuali. Jauh sangat berbeda dengan kondisi yang diceritakan Allah dalam QS An-Nahl ayat 28:
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ . يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”
Alhasil, kini wanita adalah benar-benar makluk Tuhan paling istimewa. Bagaimana tidak, Rasulullah pun mewasiatkan kepada ummatnya untuk berbuat baik kepada para wanita. Wasiat beliau yang demikian terbingkai indah dalam hadis riwayat Muslim yang artinya “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita”. jika sudah demikian, lantas kemuliaan mana lagi yang dicari? Sudah terlalu banyak ajaran Islam yang mengajarkan umatnya untuk menghormati wanita, tidak boleh mewariskan wanita, tidak boleh ditahan secara paksa, dan ajaran-ajaran lainnya yang secara tidak langsung untuk memuliakan wanita.
Dari kedua ayat tersebut menunjukan bahwa wanita dimuliakan Allah dengan sedemikian rupa. Disamping itu masih ayat yang menerangkan tentang kemulian tersebut, diantaranya adalah:
1. Wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki
Allah memuliakan wanita dengan diciptakannya wanita dari tulang rusuk laki-laki sebagaimana yang tercantum dalam AlQuran Surah AnNisa ayat 1, yaitu:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An Nisa: 1)
Qatadah dan Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud jiwa yang satu adalah Nabi Adam Alaihissallam. Sedangkan pasangannya adalah Hawa. Qatadah mengatakan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. (Tafsir ath Thabari, 3/565, 566)
Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam bersabda:
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan sungguh bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atasnya. Bila engkau ingin meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, engkau bisa bersenang-senang tetapi padanya ada kebengkokan.” (HR Bukhari Nomor 3.331 dan Muslim 3.632)
Hadis ini menunjukkan keharusan laki-laki berlaku lembut kepada wanita, bersikap baik terhadap mereka, bersabar atas kebengkokan akhlak dan lemahnya akal mereka. Selain itu, juga menunjukkan dibencinya menalak mereka tanpa sebab dan juga tldak blsa seseorang berambisi agar si wanita terus lurus. (Al-Minhaj, 9/299)
2. Hak memperoleh mahar dalam
Seorang pria yang hendak menikahi seorang wanita, ia diwajibkan memberikan mahar kepada wanita tersebut, Karena mahar merupakam Hak wanita sebagaimana firman Allah dalam AlQuran Surah An Nisa ayat 4, yang artinya:
“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (QS An Nisa: 4)
3. Wanita mendapatkan bagian dari harta warisan
Dalam perolehan warisan, wanitapun memperoleh warisan. Pembagian warisan bagi wanita, diatur dalam AlQuran Surah AnNisa ayat 7. Yang artinya:
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.” (QS An Nisa: 7)
Sementara di zaman jahiliah yang mendapatkan warisan hanya lelaki. Maksud dari ayat ini, kata Imam Qurthubi, untuk menghilangkan apa yang dahulunya biasa dilakukan orang-orang jahiliah terhadap wanita. Kemudian agar wanita tidak dijadikan seperti harta yang diwariskan sebagaimana diwarisinya harta benda. (AI-Jami’ Ii Ahkamil Qur‘an, 5/63)
Bahkan, wanita mendapatkan warisan separuh dari bagian Iaki-Iaki, sebagaimana yang tercantum dalam Alquran Surah An Nisa: 11
“Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan.”
4. Suami diperintahkan untuk berlaku baik kepada istrinya
Pada ayat ayat yang erikut dari surah AnNisa, adalah perintah Allah agar wanita diperlakukan dengan baik, yaitu pada ayat ke 19 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An Nisa: 19)
lbnu Katsir mengatakan terkait ayat ini, “Perindah ucapan kalian terhadap mereka (para istri) dan perbagus perbuatan serta penampilan kalian sesuai kemampuan. Sebagaimana engkau menyukai bila dia (istri) berbuat demikian, maka engkau (semestinya) juga berbuat yang sama.” Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam bersabda: “Sebaik-baik kah’an adalah yang paling baik terhodap keluarga (istrinya). Dan aku adalah orang yang paring baik di antara kalian terhadap keluarga (istri)ku.” (HR Tirmidzi dishahihkan Al-Albani)
5. Tetap berlaku baik terhadap istri walaupun dalam keadaan tidak menyukainya
Memperlakukan wanita dengan baik dan tetap berlaku baik padanya meski dalam keadaan tidak menyukainya adalah bagian dari ayat 19 pada surah AnNisa, yang artinya:
“… Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An Nisa:19)
“Janganlah seorang Mukmin membenci seorang Mukminah, jika ia tidak suka satu tabiat/perangainya, (bisa jadi) ia ridha (senang) dengan tabiat/perangainya yang lain.” (HR Muslim Nomor 1.469)
6. Jika bercerai, suami tidak boleh meminta kembali maharnya
Firman Allah dalam AlQuran surah AnNisa ayat 20-21 adalah mengenai hukum perceraian, yang sesungguhnya Allah tidak menyukai perceraian. Namun karena satu dan lain hal, perceriana itu terjadi, maka pihak laki-laki tidak boleh meminta kembali mahar yang telah diberikannya pada waktu menikahi wanita tersebut. Arti dari Firman Allah dalam ayat ini adalah:
“Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali sedikit pun darinya. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata? Dan bagaimana kamu akan mengambil kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu.” (QS An-Nisa: 20–21) Wallahu a’lam bishawab.
Keistimewaan Kaum Wanita dalam Alquran dan Hadist
Dalam pandangan Islam, wanita memiliki keistimewaan dan begitu agung kedudukannya. Untuk itu, simak keistimewaan wanita yang sudah dijelaskan dalam Alquran dan hadist.
1. Wanita salihah adalah perhiasan dunia
Islam menempatkan wanita sebagai makhluk paling mulia yang harus dijaga. Allah SWT menciptakan wanita beserta keindahannya dari ujung kepala hingga kaki. Keindahan itu bukan hanya dinilai dari fisik saja, melainkan juga hati dan pikiran.
Sebuah hadist menyebutkan, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang shalihah.” (HR Muslim dari Abdullah bin Amr).
Dalam hal ini juga mengartikan bahwa wanita memiliki kodrat yang harus selalu dilindungi.
Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 34 yang artinya: “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) , dan karena mereka (laki-laki) telah memberi nafkah dari hartanya.“
2. Wanita adalah karunia, bukan musibah
Islam memandang wanita adalah karunia Allah SWT. Bersamanya kaum laki-laki akan mendapatkan ketenangan lahir dan batin, dan mampu memberikan energi positif yang sangat bermanfaat, seperti rasa cinta, kasih sayang, dan motivasi hidup, simak firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 72 yang artinya:
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?.”
3. Wanita salihah lebih baik dari pada bidadari di surga
Para bidadari surga akan kalah dari keistimewaan yang dimiliki oleh wanita salihah yang ada di dunia. Segala bentuk amal yang dikerjakan oleh wanita di dunia, inilah yang membuat wanita lebih mulia dari para bidadari surga.
Ibnu Mubarok menyampaikan sebuah riwayat dari Hibban bin Abi Jabalah yang mengatakan:
“Sesungguhnya wanita dunia yang masuk surga lebih unggul dibandingkan wanita surga, disebabkan amal yang mereka kerjakan sewaktu di dunia.”
Sabda Rasulullah: “Perempuan berjenis manusia asal dunia lebih utama daripada para bidadari surga 70.000 kali lipat.”
4. Wanita diberi pengecualian dalam beribadah
Sebagai wanita, tentu akan mengalami haid dan nifas, hal ini lah yang menjadi pengecualian dari Allah SWT untuk tidak melaksanakan sholat atau puasa. Rasulullah SAW telah bersabda:
“Siapa saja wanita yg mengalami haid maka sakitnya haid yang mereka alami akan menjadi Kafaroh (tebusan) bagi dosa –dosanya yang terdahulu.”
5. Wanita yang hamil dan melahirkan setara dengan jihad
Pengorbanan luar biasa hidup dan mati seorang wanita ketika hamil dan melahirkan disejajarkan dengan jihad. Sebuah hadist menyebutkan:
“Mati syahid ada 7 selain yang terbunuh di jalan Allah, Orang yang mati karena thaun, syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang yang mati karena ada luka parah di dalam perutnya, syahid. Orang yang mati sakit perut, syahid. Orang yang mati terbakar, syahid. Orang yang mati karena tertimpa benda keras, syahid. Dan wanita yang mati, sementara ada janin dalam kandungannya.” (HR. Abu Daud 3111 dan dishahihkan al-Albani).
6. Dapat masuk surga dari pintu manapun
Suatu bukti kasih sayang yang tidak terhingga dari Allah SWT kepada kaum wanita yang dapat masuk surga dari pintu mana pun. Tetapi, Rasulullah SAW juga telah menjelaskan bahwa wanita tersebut harus melaksanakan empat hal, yakni menunaikan salat 5 waktu, berpuasa di bulan Ramadan, jauhi zina, dan berbakti kepada suami.
Sebuah hadist menyebutkan:
“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau.” (HR. Ahmad)
7. Surga di bawah telapak kaki ibu
Dalam Islam diterangkan kalau surga berada di bawah telapak kaki ibu. Hal ini juga menjelaskan bahwa pentingnya berbakti dan menghormati seorang ibu. Dari Musa bin Muhammad bin ‘Atha’, Abu Al-Malih, Maimunah, dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata Rasulullah SAW bersabda:
“Surga itu di bawah telapak kaki-kaki para ibu, siapa yang mereka kehendaki, maka mereka akan memasukkannya, dan siapa yang mereka kehendaki, maka mereka akan mengeluarkannya.”
Dari paparan tersebut diatas, seyogyanya kaum wanita menjaga kemuliaan tersebut. Dan kemuliaan yang dikaruniakan Allah akan hilang bila melakukan hal hal yang dilarang oleh Allah, seperti berzinah, menghardik orang tua terutama ibu dan tidak menghormati suami.
Seorang wanita yang bila sudah menikah, tidak disunahkan apalagi diwajibkan bekerja diluar rumah, karena seluruh tanggung jawab wanita yang telah menikah adalah menjadi tanggung jawab suaminya. Dan bila karena suatu dan lain hal, wanita bersuami tetap atau harus bekerja, maka atas izin dan ridho suami. Bila memperoleh kedudukan atau penghasilan lebih tinggi dari suaminya, maka menjadi laknat baginya apabila ia tidak menghormati suami. Selain itu dalam hukum Islam, suami wajib menafkahi istri lahir dan batin, dan adalah kemuliaan bagi sang istri untuk membahagiakan suami.
Wanita dianugrahi kekuatan yang melebihi laki-laki yaitu wanita mengandung bayi selama lebih dari Sembilan bulan, Ia masih bisa melakukan aktifitas rutin meski dalam keadaan hamil. Oleh sebab itu wanita yang telah memiliki keturunan disebut sebagai IBU dan kata IBU memiliki makna yang sangat dalam. IBU melindungi, mendidik, membimbing dengan penuh kasih sayang sepanjang hayat. IBU tidak pernah mengharap balasan dari apa yang telah diberikannya kepada anak-anaknya. IBU sebagaimana dalam lirik lagu Kasih Ibu tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia. Maka dengan demikian wajib hukumnya bagi kita menghormati ibu, karena ibu adalah seorang wanita yang memiliki kemuliaan serta keagungan sebagai rahmat dan karunia Illahi.
Disamping itu, kata surga dibawah telapak kaki ibu, bukan dalam arti yang sebenarnya dalam kebendaan. Ini merupakan kata kias. Arti yang sebenarnya adalah kita harus berbakti pada ibu karena ibu. Hal ini dijelasakan dalam satu hadis dari Abu Hurairah ra berkata:
“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu. (HR. Bukhari)
Islam bahkan menganggap ibu sebagai sosok yang mulia di hadapan Allah SWT. Hal ini mengingat anugrah yang dimiliki seorang ibu, mulai dari mengandung, melahirkan, hingga menjaga sang anak tumbuh dewasa. Allah SWT amat melarang seorang anak berbuat durhaka kepada ibunya. Dalam HR Bukhari disebutkan, “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan kalian berbuat durhaka kepada ibu-ibu kalian”. Perbuatan durhaka tidak layak diberikan kepada seorang ibu, mengingat pengorbanan yang telah dilakukan sepanjang hidup. Segala cucuran kasih sayang dan cinta telah diberikan dengan penuh keikhlasan, dengan harapan sang anak tumbuh menjadi seorang manusia yang baik.
Cara lain Islam melindungi ibu adalah dengan membuatnya selalu bahagia. Dalam HR Abu Dawud disebutkan, Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis”. Rasulullah SAW bersabda,” Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis”.
Dari hadist tersebut diketahui bagaimana membuat seorang ibu bahagia dan tertawa adalah lebih baik dari apapun. Ini pula yang mendasari untuk selalu meminta restu dari orang tua sebelum melakukan segala hal, agar apa yang dijalani membawa berkah dan terhindar dari azab durhaka.
Ridha seorang ibu sama dengan Ridha Allah SWT. Rasulullah SAW pernah berkata, “Ridha Tuhan terletak pada ridha kedua orang tua”. Artinya, jika hendak melihat Allah SWT tersenyum, maka buatlah kedua orang tua tersenyum, dan sebaliknya.
Cara lain Islam dalam memberikan pahala pada seorang ibu bisa didapat dalam beragam cara. Setiap yang ia lakukan, jika dijalankan dengan ikhlas dan berharap mendapat ridha Allah, maka itu adalah ladang surga baginya.
Seorang wanita hamil dan bersalin oleh Rasulullah SAW disebut akan mendapat pahala 70 tahun shalat dan puasa. Selain itu, setiap rasa sakit dalam setiap uratnya, akan digantikan oleh Allah SWT dengan mengaruniakan satu pahala haji.