TITIK TERENDAH
Oleh Oki Siwi
Sedih hati ini. Pada titik terendah kini aku berada. Dipaksa menerima takdir yang sulit untuk dijalani. Tidak terima namun tak berdaya. Kesedihan sepertinya telah mengambil sebagian dari diriku. Tak suka aku pada diriku yang ini. Berlarut tak ingin aku. Kesadaran harus mulai aku bangun. Berbulan sudah tenggelam didasar samudra tanpa asa. Saatnya bangkit. Membangun lagi semua dari awal. Memulai lagi perjalanan baru. Wahai diri kembalilah lagi seperti dulu! Tidak lelahkah kau bersedih?Untuk siapa kamu ratapi semuanya? Yang pergi memang harus pergi. Yang bukan milikmu tak bisa disimpan sendiri.
Cukup sudah menangisi yang meninggalkanmu. Yang tinggal hanya kenangan. Masing-masing telah mencari jalannya sendiri. Memulai perjalanan yang entah bagaimana akhirnya nanti. Khawatirmu hanya akan menggerus jiwa. Menghabiskan pemikiran yang belum tentu akan terjadi. Godaan akan prasangka menutup baiknya. Membandingkan tentu tak bisa. Yang pernah kau jalani tentu tidak bisa diulang lagi. Berharap sama seperti dulu lebih tak wajar diminta. Seperti bungguk yang merindukan bulan. Mustahil!
Berkahmu yang lalu sudah tunai jangan diungkit lagi. Nikmati saja sebagai bagian dari perjalanan kehidupan. Bahagia yang lalu sudah terasakan jangan disesali. Kamu yang sekarang adalah serpihan kenangan dari masa lalu. Wahai diri berbaiklah!Tak bersama lagi bukan berarti kamu sendiri. Lihatlah ke sekelilingmu, ada harapan disana. Mereka adalah masa depanmu. Kain polos yang siap untuk kau torehkan warna. Bersama mereka akan ada hal baru yang bisa kamu jadikan kenangan. Wahai diri!Terimalah mereka, jadikan dirimu kembali mekar dan bersemi. Tak ada salah dan dosa mereka. Mengalahlah untuk menang. Berkeras hati hanya akan membuat luka. Luka yang bukan hanya pada dirimu tapi juga pada mereka yang tak tahu apa-apa. Berhentilah menjadi masalah!Mulailah jadi solusi!
Wahai diri, ayo pulang!Kembalilah menjadi diri yang dulu sebelum terluka. Walaupun sulit tetaplah bersemangat untuk kembali menemukan diri. Terimalah luka, tahan sakitnya! Carilah obatnya! Sembuhlah! Peganglah tangan dia yang disampingmu. Bersamanya ada banyak cerita yang akan dibuat. Tentu saja tak semua akan berakhir bahagia tapi setidaknya kamu tidak sendiri. Ada mereka yang akan selalu menemanimu sekarang. Cepatlah sehat, kembali bersiap bergerak dan berlari. Agar tidak sia-sia hidup yang dijalani.
Doa aku saat ini. Terima kasih untuk masa lalu. Membentuk aku yang seperti sekarang ini. Aku sedang dalam masa penyembuhan, tunggulah aku pasti baik-baik saja. Aku akan kembali menjadi lebih kuat lagi. Maafkan aku akan mulai beralih padanya. Mengabdikan diriku pada dia yang sekarang bersamaku. Semoga aku segera menemukan kembali diri terbaikku. Dimanapun aku berada semoga masih bisa menjadi manfaat bagi orang lain. Aamiin.
Jakarta, 28 Januari 2022
Hari ke 10
30HariMenulis