GAMBAR: PINTEREST
Menumbuhkan motivasi tidak semudah kita mengatakannya atau menasehati orang lain ketika orang lain tersebut mengalami kondisi terburuk. Saya pribadi kadang tidak tahu harus mulai dari mana untuk memulai memotivasi diri sendiri untuk segera menyelesaikan disertasi yang terasa berat. Ternyata perasaan ini dialami teman-teman saya.
Di suatu momen tertentu, ketika mereka sedang bersemangat mereka bilang kepada saya, “Ayo bu! Kita ketemuan untuk sharing tentang disertasi kita. Kita ketemu pada hari Sabtu ya.” Kata bapak G.
“Baik pak, sepakat. Ajak ibu A dan bapak P ya!” Jawabku.
Hingga tiba saatnya kami akan bertemu, tepatnya di hari Jumat sebelum pertemuan, bapak G mengirim pesan ke saya, “Bu, mohon maaf Sabtu ini saya ada dinas ke luar Jawa. Terpaksa agenda kita jadwal ulang ya. Hari Selasa saya bisa.” Begitu pesannya. Kemudian saya menjawab, “Tidak mengapa bapak, nanti kita jadwal ulang ya untuk diskusi tentang disertasi kita. Tapi mohon maaf, saya hari Selasa tidak bisa bertemu karena ada kegiatan kantor yang tidak dapat diselesaikan.”
Akhirnya kami berdua tidak jadi bertemu dan sesekali mengirim pesan tentang kegiatan masing-masing dan bertukar info tentang teman-teman kami yang kami ajak untuk bertemu namun tidak ada jawaban dari mereka.
Hingga berselang lama mulai terdengar berita teman-teman yang jarang muncul di whatsApp group akan melaksanakan ujian seminar hasil, dan yang lainnya melaksanakan ujian tertutup dan bahkan ada yang akan melaksanakan ujian terbuka.
Kami yang sedang tidak termotivasi semakin lesu mendengar mereka, satu persatu mennggalkan kami. Bukan kami tidak senang mereka berhasil namun kami malu dan bertanya kepada diri sendiri kapan kami seperti mereka. Saya menganalisa teman-teman yang belum selesai seperti saya bukan karena mereka tidak pintar namun mereka adalah orang-orang yang jago di kelas. Ketika diskusi dan menulis mereka selalu tampil lebih dahulu dengan nilai A. Jadi, apa sebenarnya yang menjadi permasalahan motivasi turun?
Beberapa teman saya diantaranya bapak H mengatakan bahwa dia sudah memiliki jurnal internasional scopus Q1 dan sudah banyak yang citasi jurnalnya, juga banyak jurnalnya yang terbit di Sinta namun dia tidak berani ujian karena dia belum selesai mengetik bab empat dan bab lima.
Sedangkan bapak T bilang bahwa ujian itu gampang, nulis disertasinya itu yang terkadang sulit. Bapak H membenarkan pendapat bapak T. Sedangkan bapak G mengatakan bahwa membangkitkan motivasi nulis lebih sulit. Saat ini bapak G sedang mengumpulkan kekuatan untuk menulis.
Didalam percakapan yang hanya beberapa menit, bapak H juga mengutarakan,” Ibarate wong males, awak dewe iki lagi males-malesse bang G.” (Ibaratnya orang malas, saat ini adalah saat termalas kita ini, bang G).
Namun bapak T menimpali, “Kalau aku bukan males sih, emang waktuku yang bener lagi habis buat kerja, dan setelah kerja berat, itu otak gak mau mikir, fisik masih ok, tapi biar buka laptop gak bisa fokus ke disertasi. Berkali-kali Sabtu dan Minggu aku cadangkan buat ngerjain disertasi, tapi nggak jalan.”
Nah kata-kata bapak T itu sama dengan kondisi saya saat ini. Laptop dibuka, draf disertasi juga di buka namun tidak ada satu kalimat yang ditambahkan kecuali memandangi laptop dan akhirnya berselancar ke tempat lain ketika notifikasi whatsApp group lain berbunyi sahut menyahut. Saya berpendapat bahwa ternyata distraksi atau gangguan dari dalam diri adalah yang terberat apalagi jika distraksi dari luar memperkuatnya.
Gangguan dari dalam diri dapat berarti mental kita sedang turun, badan sedang tidak fit. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: pekerjaan kantor atau di luar kantor yang banyak menyita waktu dan ketika weekend tiba inginnya istirahat, rebahan, menonton TV atau film atau membaca berita. Belum lagi keluarga kita ingin diajak jalan-jalan atau berkunjung ke saudara. Hal itu semua tidak dapat dihindari. Bagi para ibu tentunya waktu weekend dapat dimanfaatkan untuk memasak dan bersih-bersih rumah walau kadang bisa meminta bantuan orang lain untuk mengerjakannya.
Saya berpikir jika saya terus mengingat harus membayar kuliah persemester tanpa melakukan kegiatan apa-apa seperti membuat jurnal atau apapun yang berhubungan dengan disertasi saya, sungguh sangat merugi. Menjadi donatur tetap untuk universitas, kampus tercinta bukanlah hal yang bagus karena hal ini berarti tugas akhir saya tidak selesai. Peraturan kampus semakin lama semakin banyak yang baru. Bagi mahasiswa lama akan sedikit terseok-seok.
Berangkat dari fakta diatas, saat ini yang dapat saya lakukan untuk memotivasi diri sendiri yaitu dengan berdoa kepada Tuhan YME agar fokus dan timbul semangat untuk mewujudkannya. Yakin bahwa doa saya akan terkabul. Jika saya belum juga ada semangat mengerjakan, saya harus dapat melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat dan lebih fun bagi saya. Namun saya tidak boleh lupa dan harus tetap mendorong diri saya sendiri untuk segera menyelesaikan disertasi saya.
Harapan saat ini, semoga motivasi saya segera tumbuh dan ada jalan menuju kesuksesan. Bagi sahabat-sahabat literasi yang memiliki pengalaman yang sama dapat sharing ya, siapa tahu kita dapat saling memotivasi.
Jonggol, 31 Juli 2022
NANI KUSMIYATI
KMAB, hari ke 25
Semangat Mbk… Semoga desertasinya segera selesai. Aamiin