Profil pelajar Pancasila adalah Standar Kompetensi Lulusan yang dirumuskan secara terpadu dalam bentuk deskripsi, terdiri dari enam kompetensi menjadi ciri-ciri profil pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila merupakan visi dan misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024.
Mencermati dinamika perkembangan kemajuan teknologi yang secara otomatis bersentuhan dengan dunia pendidikan, maka muncullah istilah baru yaitu Profil Pelajar Pancasila. Seberapa urgen maka Profil Pelajar Pancasila menjadi isu strategis maka disajikan dalam elemen Kurikulum Merdeka Belajar?. Mari kita simak pada bagian berikutnya.
- Urgensi Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila (PPP) merupakan elaborasi tujuan pendidikan nasional sekaligus komitmen Bersama seluruh penyelenggara Pendidikan dalam membangun sumber daya manusia Indonesia. Ada tujuh urgensi maka PPP dibutuhkan dalam sistem Pendidikan di Inodnesia, yaitu:
- PPP sebagai bintang penuntun pembelajaran
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Indonesia Pasal 3 disebutkan bahwa “Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dengan demikian, maka arah tujuan pendidikan nasional adalah “menjadikan manusia Indonesia sebagai manusia yang merdeka” (Ki Hadjar Dewantara). PPP diharapkan menjadi bintang penuntun pembelajaran menuju tujuan Pendidikan nasional.
- PPP sebagai upaya mencapai cita-cita bangsa
Sebagai upaya untuk mencapai cita-cita bangsa, terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “Untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.Untuk meraih cita-cita bangsa, maka dibutuhkan misi yang realistis dan konkret. Untuk itulah, maka dalam proses pembelajaran, para pendidik diharapkan dapat membantu meraih cita-cita tersebut dengan mengembangkan PPP.
Upaya tersebut perlu dilakukan secara kolektif, tidak lagi individual. Sehingga peran gotong royong antar seluruh penyelenggara Pendidikan menjadi penting.
- PPP untuk menyiapkan warga negara sekaligus warga dunia
Perkembangan yang sangat pesat di era global, membuat situasi tidak menentu. Maka pengembangan PPP mampu hadir untuk memberi peran, untuk menyiapkan pelajar Indonesia agar siap berpartisipasi dalam persaingan global. Pelajar Indonesia harus percaya diri, siap berkontribusi dalam memecahkan masalah-masalah global.
Pengembangan PPP mengedepankan identitas sebagai warga Indonesia yang memiliki karakter dan nilai-nilai budaya yang kuat. Hal ini sesuai dengan apa yang disebut oleh Ki Hajar Dewantara sebagai Trikon, yaitu:
1). Kontinu, artinya berterusan dengan alam kebudayaan dan akar masa lalu.
2). Konvergen, artinya terintegrasi dengan perkembangan dunia
3). Konsentris, artinya menyatu dalam budaya universal secara berkepribadian
- PPP untuk kesejahteraan jiwa dan raga
Tantangan dan perubahan zaman ternyata menimbulkan dampak positif maupun negatif. Saat ini, dampak positif yang dapat kita rasakan adalah mudahnya akses informasi dan teknologi untuk kebutuhan sehari-hari. Adapun dampak negatifnya adalah kecanduan gadget, berubahnya pola tidur, serta maraknya fenomena cyber bullying.
Kondisi ini menuntut perlunya pendidikan yang menanamkan keseimbangan diri pada siswa kita. Sehingga, siswa dapat beradaptasi dengan perubahan yang ada, serta memiliki jati diri yang kuat dalam menghadapi keadaan yang tidak menentu.
Keseimbangan tersebut dapat diperoleh dengan belajar olah pikir, olah rasa, olah karsa, dan olahraga. Olah pikir misalnya kecerdasan intelektual, bernalar kritis, kemampuan menyelesaikan masalah, cara berkomunikasi, berkreasi, serta bertumpu pada kemampuan kognitif. Olah rasa menekankan pada kepekaan atau sensitivitas, estetik, serta emosi. Olah karsa menumbuhkan rasa untuk mengaktualisasi dirimengembangkan potensi untuk berpartisipasi dalam emmajukan masyarakat. Olah raga adalah modal dasar untuk mendukung olah pikir, olah rasa, dan olah karsa.
- PPP sebagai rumusan karakter dan kompetensi abad 21
Tantangan dan tuntutan zaman semakin berkembang. Maka upaya untuk mempersiapkan pelajar Indonesia untuk memiliki kompetensi abad 21 merupakan tuntutan yang tidak bisa ditunda. Kompetensi esensial yang harus dikembangkan adalah kemampuan menyelesaikan masalah, problem solving, berpikir kritis, komunikasi, kreativitas, dan berkolaborasi.
Kompetensi tersebut perlu didukung dengan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan sikap mandiri. Tuntutan, kompetensi, dan karakter abad 21 inilah yang menjadi salah satu dasar dalam perumusan dalam PPP. Tujuan pendidikan nasional tidak pernah berubah. Maka, pengembangan PPP adalah upaya konkret untuk mewujudkan tujuan Pendidikan nasional.
- PPP sebagai profil lulusan
Bagaimana cara mencapai lulusan dengan PPP?, untuk itu dibutuhkan pembelajaran dengan paradigma baru. Yaitu pembelajaran yang berorientasi pada penguatan kompetensi dan karakter yang sesuai dengan PPP. Profil lulusan ini diharapkan menyatu dengan siswa meskipun mereka telah menyelesaikan jenjang pendidikan formal. Siswa dengan PPP akan menjadi pelajar sepanjang hayat
- PPP sebagai rujukan penyusunan kebijakan
PPP berperan sebagai penunjuk arah kebijakan pendidikan di Indonesia, juga menjadi rujukan untuk perancangan standar kompetensi lulusan dan pengembangan standar-standar lainnya. Sehingga, kebijakan pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan satuan pendidikan menjadi selaras dan menjadi tujuan pendidikan nasional.
PPP merupakan rumusan yang mendukung tercapainya visi, cita-cita, dan tujuan utama pendidikan, sekaligus komitmen penyelenggara pendidikan dalam membangun sumber daya manusia Indonesia.
- Dimensi Profil Pelajar Pancasila
Dimensi PPP adalah karakter dan kompetensi dasar yang perlu dikembangkan oleh satuan Pendidikan untuk peserta didik. Dimensi PPP terdiri dari:
(1). Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, yaitu: akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara.
(2). Berkebhinekaan global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebhinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi intercultural dalam berinteraksi dengan sesame, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebhinekaan.
(3). Bergotong-royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan sukarela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
(4). Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
(5). Bernalar kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan.
(6). Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan Tindakan yang orisinal.
- Bagaimana DImensi Profil Pelajar Pancasila dikembangkan
Ada tiga landasan yang dipakai dalam mengembangkan PPP, yaitu:
- Cita-cita bangsa yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945
- Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem Pendidikan nasional
- Cita-cita yang termuat dalam kumpulan tulisan Ki Hadjar Dewantara
Salah satu cita-cita dalam tulisan Ki Hadjar Dewantara adalah “Buahnya pendidikan yaitu matangnya jiwa, yang akan dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci, dan manfaat bagi orang lain”.
Selanjutnya adalah mengidentifikasi kata dan frasa kunci dari ketiga dokumen tersebut untuk pengembangan selanjutnya. Kemudian mengelompokkan kata dan frasa kunci tersebut berdasarkan kedekatan maknanya. Setelah proses tersebut, maka dilakukan analisis terhadap beberapa dokumen lain, yaitu:
- Permendikbud yang berkaitan dengan profil lulusan
- Penguatan Pendidikan Karakter dalam Peraturan Presiden RI no 87 Tahun 2017 dan Permendikbud no 20 Tahun 2108
- Dokumen yang memuat rumusan dan interpretasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
- Dokumen yang merumuskan kompetensi abad 21
- Dokumen kurikulum beberapa negara maju
Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis secara kualitatif, dengan mengacu pada pertanyaan kunci. Pertanyaan kunci adalah “Karakter dan atau kompetensi apa yang perlu dibangun dalam diri setip pelajar Indonesia?”. Setelah melalui proses analisis, maka dirumuskanlah enam dimensi PPP.
Setiap dimensi diturunkan ke dalam sebuah alur yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan murid dari fase PAUD sampai fase F. Alur perkembangan ini disusun agar setiap satuan pendidikan dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan fasenya, untuk menumbuhkan dimensi PPP. Alur perkembangan ini juga disusun dengan mempertimbangkan karakteristik perkembangan anak dari berbagai aspek. Aspek tersebut adalah aspek psikomotorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan aspek moral.
Aspek-aspek ini juga mengacu pada tahapan perkembangan popular, seperti teori perkembangan kognitif (Piaget), tahap pengambilan perspektif (Selman), dan teori perkembangan psikososial (Erik Erikson). Pengembangan keenam dimensi ini sangat bergantung pada pembiasaan yang konsisten pada setiap fase. Perkembangan potensi dan kemampuan siswa dalam mencapai dimensi PPP sangat dipengaruhi oleh stimulus yang diberikan di sekolah dan lingkungan terdekat siswa.
Jika tahapan perkembangan murid dalam mencapai PPP sudah dapat dipahami, maka sekaligus juga dapat membantu menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kemampuan siswa. Sebagai penutup, strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan PPP di satuan pendidikan, dapat melalui budaya sekolah, intrakurikuler, dan ekstrakurikuler. Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat babontuk elok.