“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat.”
Pepatah tersebut mungkin sudah sering kita dengar. Pepatah yang menganjurkan agar kita menjadi pembelajar seumur hidup.
Faktanya, seiring dengan bertambahnya usia, berkurangnya kemampuan fisik, membuat seseorang melambat dalam proses belajarnya. Namun, hal tersebut bukan berarti kita harus menyerah dan berhenti belajar.
Bukankah ada nenek-nenek yang malah semangat belajar dengan ikut kuliah? Ada para pengusaha yang terus menerus belajar membangun bisnisnya? Ada para gamers yang terus belajar untuk naik level?
Di bidang apa pun yang kita geluti, kita bisa belajar menjadi lebih baik.
Menurut Sudjana (2014)[1] : Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang disadari. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu-individu yang belajar.
Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan bahwa “Setiap orang menjadi guru. Setiap rumah menjadi sekolah.” Dari pernyataan tersebut, hal yang ditekankan oleh Bapak Pendidikan Indonesia adalah memperkaya wawasan.
Kita bisa belajar dari siapa saja dan dimana saja. Hal ini bahkan masih relevan hingga sekarang. Dengan kemajuan teknologi, kita bahkan jauh lebih mudah mencari informasi. Tak hanya luring, kita pun bisa belajar daring. Menembus ruang dan waktu.
Kita bisa ikut seminar internasional tanpa harus pergi ke luar negeri. Kita bisa belajar kapan pun sesuai waktu luang kita. Mau belajar mandiri atau bersama teman pun bisa menjadi pilihan. Intinya tetap belajar.
Saya sendiri selalu menargetkan dalam satu tahun minimal ada satu dua diklat/pelatihan yang saya ikuti. Pokoknya nggak boleh nganggur.
Kualitas belajar saya mungkin belum sebaik teman-teman pembaca. Namun, satu hal yang pasti, saya akan tetap belajar. Bagaimana dengan Anda?
Mari … menjadi pembelajar seumur hidup.
1 Sudjana, Nana. (2014). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.