ETIKA MENAWARKAN BUKU
Menawarkan buku memang gampang-gampang susah. Namun ketika buku kita tidak terlalu laku bukan berarti kita mesti memaksa teman yang kita anggap punya uang untuk membelinya. Pastikan jika teman kita memang benar-benar ingin membeli buku kita agar dia tidak kecewa setelah membelinya. Terlebih jika pada saat menawarkan buku, sebagai penjual atau penulis yang menjual sendiri harus memberikan foto cover, daftar isi dan harga serta ongkos kirimnya. Biarkan pembeli mempertimbangkan terlebih dahulu akan membeli atau tidak.
Ketika pembeli sudah cocok dengan pilihannya barulah kita mengirimkan sesuai dengan alamat tujuan pembeli, dan memfoto bukti pengirimannya. Ada kalanya pembeli mentransfer uang terlebih dahulu kepada penjual (penulis) namun adakalanya dia mentransfer setelah buku diterima. Hukum jual beli mesti jelas dan tidak mengecewakan satu sama lain.
Seseorang membeli buku memiliki beberapa motif diantaranya ingin menghargai penulis sebagai sahabatnya atau memang dia benar-benar tertarik dengan buku tersebut setelah melihat cover dan membaca daftar isi buku tersebut. Jika motif membeli karena menghargai, maka pembeli ingin memberikan support terhadap karya penulis yang kebetulan sahabatnya sendiri. Walau buku itu nantinya hanya sebagai bahan koleksi atau sebagai hadiah untuk orang lain.
Persahabatan itu akan tumbuh ketika Sang penulis tidak membandrol harga bukunya terlalu mahal dan memaksakan kehendak agar sahabatnya membeli lebih dari satu buku. Kondisi keuangan yang tahu adalah pembeli bukan penulis/ penjual. Mengapa saya menuliskan etika menawarkan buku? Hal ini dialami oleh salah satu teman saya yang memiliki karakter tidak enakan ketika orang yang dikenalnya menawarkan buku kepadanya.
Sebenarnya dia tahu kalau dia tidak begitu tertarik untuk membeli buku tersebut karena dia sendiri juga penulis buku. Namun karena pertemanan singkat di sosial media dan pernah bertemu sekali pada acara penutupan sebuah training mereka saling bertukar ide dan akhirnya memutuskan untuk memberikan semangat dengan membeli bukunya. Namun yang membuatnya kaget dan kecewa sahabat itu langsung mengirimkan ke lamatnya sebanyak tiga buku, padahal dalam chat di whatsApp dia memutuskan untuk membeli satu buku, karena satu buku cerita hampir dua ratus ribuan.
Sedangkan dia sendiri jika menjual bukunya dengan harga dibawah seratus ribu rupiah. Perasaan kecewa tumbuh dan akhirnya dia memutuskan tidak ingin menghubungi teman barunya itu. Bahkan saking kecewanya dia block chat temannya itu. Dia berencana jika buku itu sampai akan dia kirim kembali ke alamat pengirimnya. Dia akan mentransfer hany untuk satu buku seperti yang dia pesan.
Nah para sahabat penulis, jika buku kita bermanfaat dan berkah bagi orang lain dan diri kita berusahalah menawarkan dengan cukup jelas dan jangan merugikan pembeli kita dengan alasan tidak membaca chat secara kesluruhan dan terlanjur buku sudah dikirim. Rasanya tidak masuk akal jika alasannya karena tidak membaca chat lagi dan langsung diaksi padahal beda beberapa menit saja. Jangan seperti kejadian yang saya ceritakan ya bapak ibu, karena tujuan kita menulis bukan semata-mata mencari keuntungan finansial namun lebih kepada berkah yang akan kita dapatkan di esok hari.
NANI KUSMIYATI
Jakarta, 23 oktober 2022
Sepakat bu..tapi memang suka dukanya banyak sekali bu, kadang serba salah, buku sdh terkirim dan diterima, pembayaran harus ditagih tanpa ada pengertian
Amin.,
Sampai sekarang tidak mengalami seperti yg dikisahkan ibu Nani.
Semoga tidak akan pernah.
Salam literasi, bu Nani.