Pertemuan kami selalu secara tidak sengaja, seperti pagi ini, aku melepas resahku dengan berjalan santai menyambut hari ahad sejenak menghilangkan kepenatan dari mengajar selama sepekan.
Langkahku terhalang oleh kakak beradik yang sedang menghadangku
“Bu Ana sendiri.” Suara manja Dinda siswaku menyapa
Aku hanya menganggukkan kepala, malas untuk sekedar menjawab pertanyaannya hatiku lagi tidak baik – baik saja.
Sejak semalam setelah mendapatakan pesan dari aplikasi wa yang sekarang menjamur untuk saling menghubungkan seseorang dari jarak jauh.
“Bu Ana, Bu Ana” suara manja Dinda memecah lamunanku, senyum kecut ku hadiahkan buar mereka, Dinda dan Fakhri.
“Mau sarapan bersama?” pelawa Fakhri kepadaku
“Ya Bu kita sarapan bersama saja, daripada Ibu sendiri.” Lagi – lagi suara manja Dinda mengintrupsi pembicaraan kami.
“Maaf Ibu sudah berjanji untuk sarapa bersama keluarga di rumah. Ini Ibu mau membelikan sarapan untuk orangtua Ibu setelah selesai mengambil keringat.” Tatapan harapan dari Dinda sebenarnya membuatku iba tapi aku tidak mau memancing salah penafsiran orang saja aku terpaksa menolak permintaan Dinda dan Fakhri untuk sarapan bersama.
Secepatnya aku mengayun langkah meninggal Dinda dan Fakhri sebelum mereka mendesakku lagi.
***
Nertaku memanas sejak tersadar tadi seperti ada yang mengiris hatiku.
Berulang kali aku membaca chat dari Bang Faizal meminta maaf setelah aku meneruskan satu chat masuk yang menunjukkan kemesraan Bang Faizal bersama seorang wanita yang tidak aku kenal.
Aroma yang menusuk hidung masih menguasai indra penciumanku, untung saja aku berada di sekolah jika di rumah tentu heboh jadinya.
Ruang UKS sepi, memacu netraku untuk mengeluarkan air yang terus mendesak untuk keluar.
Anganku melayang bagaimana dengan nasib pertunangan kami, LDR bukan kehendakku tapi rezeki Bang Faizal ternyata di Negera Tetangga Malaysia.
Dan akhirnya yang aku takutkan terjadi, Bang Faizal tidak bisa menjaga hatinya.
Walaupun aku bukan yang menjadi perusak hubungan mereka aku tidak mau menjadi menerima hati yang mendua.
Pikiranku bercelaru bagaimana menyampaikan berita ini kepada kedua orangtuaku, aku tidak lagi mau berada dalam ikatan pertunganan dengan Bang Faizal.
***
“Bu ada titipan buat Ibu.” Suara manja Dinda menganggu ketenanganku.
Semuanya berakhir antara aku dan Bang Faizal walaupun kedua belah pihak menyayangkan putusnya pertunangan kami.
Kata maaf Bang Faizal serta bujukan sanak keluarga tidak membuatku iba walaupun dibilang keras kepala Aku lebih memilih terluka sekarang daripada berlarut dalam kecurigaan berpanjangan apalagi Bang Faizal masih bekerja di sana. Tidak menutup kemungkinan jauh membuat Bang Faizal mendua kembali.
Aku memandang bingkisan yang katanya teruntuk diriku, membukanya seharusnya aku tersenyum melihat apa yang terbentang di depan netraku saat ini.
Netraku memanas ada rasa yang mencubit hati, seandainya aku memilih dirinya tentu tidak akan sesakit ini rasanya.
“Teruntuk cintaku yang tak pernah luntur, izinkan aku menyembuhkan luka yang ada. izinkan masa indah kita yang pernah ada mengisi hari depan kita. Walaupun pernah ada hati lain yang mengisi hati Ana biarkan dia menjadi pengalaman cinta Ana.
Sekarang saatnya kita mengukir masa indah kita yang dulu sempat tertunda.” Hatiku menangis membaca tulisan yang disecarik kertas didepan bola kistal yang didalamnya ada miniature kabah.
Selalu seperti itu, sejak dulu Bang Fakhri selalu memberikan hadiah – hadiah dari miniature kabah, mengingatkan diriku untuk selalu dekat kepada – Nya.
“Sholatlah meminta pentunjuk sebelum menjadi apa yang Abang minta.” Penutup kata dari secarik kertas yang aku baca.
***
Jika ada yang bertanya tentang cinta, jangan tanya mengapa cinta bisa membuat kita menangis dalam bahagia.
Seperti saat ini aku menangis bukan karena sedih tapi dadaku penuh dengan kebahagian,
Baru saja namaku diijapnya dengan lantang olehnya tak ada keraguan dalam hentakan napasnya ketika melafaskan akat atasku.
Senyumnya membuat jantung berdegup kencang ketika bibirnya menyentuh pucuk kepalaku setelah membaca doa untukku.
Tanganku bergetar ketika menyambut tangannya memberikan ciuman tanda berbakti sebagai istrinya.***