Semut Hitam

Awak pernah menulis tentang sosok Ustazd Abdul Somad dengan tajuk Semakin di kejar Semakin Tenar. Tulisan itu merupakan posting ke – 2 setelah artikel : 6 Jam Belajar Mengaji Dengan Udtadz Abdul Somad. Terakhir tulisan ke 3 ditayangkan terkait peristiwa   Persekusi di Propinsi Bali.

Inilah untuk pertama kali awak menulis tentang seseorang warga sebanyak 3 kali dalam waktu kurang sebulan. Kini  menurunkan lagi opini tentang Ustadz Abdul Somad sehubungan  berita viral nasional ketika Beliau di Deportasi pihak Imigrasi Hongkong.

Reaksi keras muncul dari berbagai kalangan  masyarakat dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Penolakan ini dianggap  tidak memiliki alasan yang bisa diterima akal sehat terhadap seorang Warga Negara Republik Indonesia  (WNI) dalam kapasitasnya sebagai seorang Dosen status Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang kebetulan seorang Dai.

Memasuki satu negara lain dapat dipastikan seorang WNI memiliki pasport dan visa. Ustazd Abdul Somad ketika turun di Bandara Internasional Hongkong langsung di tahan dalam artian  dihentikan sejenak oleh pihak imigrasi. Agak aneh juga kejadian ini mengingat begitu banyak orang tiba di Hongkong kenapa hanya Ustadz Abdul Somad dan 2 rekan di periksa.

Bisa jadi dan patut diduga pihak Imigrasi Hongkong telah memiliki atau mendapat informasi terkait sosok Ustazd  Abdul Somad.  Awak tidak berani menduga ada pihak tertentu mengirimkan pesan rahasia sehingga akhirnya pada hari itu juga Dai kesayangan Umat islam tanah air  di dipulangkan (deportasi) ke Indonesia.

Biasanya Negara tertentu hanya melakukan tindakan pemilahan terhadap para pendatang secara acak ( sampel). Terkadang mereka meneliti track record pasport dikuatirkan ada hal hal mencurigakan. Proses pencegahan dilakukan hanya sekedar prosedur setelah itu si terperiksa di perkenankan melancong ke Negara tujuan.

Tentu saja dalam prespektif  positif peristiwa ini bagi Ustazd Abdul Somad membuat semakin terkenal. Apabila peristiwa Bali mencuatkan nama di tingkat nasional maka Deportasi Hongkong melambungkan sosok Dai asal Pekanbaru ini tenar ke tingkat Internasional. Siapa yang bisa menahan ketika ALLAH SWT berkehendak memuliakan seorang hamba NYA.

Awak tak hendak membahas sebab musabab penolakan tersebut justru yang perlu disimak bagaimana pembelaan Pemerintah Berkuasa terkait nasib seorang rakyat. Memang sudah ada pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri namun pernyataan tersebut sangat standard formal  tidak ada nuansa pembelaan disana.

Justru yang awak harapan dan juga mungkin warga lainnya adalah reaksi keras dari Pemerintah setingkat Istana atau paling tidak Kementerian Agama. Kenapa harus demikian ? Menurut hemat awak peristiwa ini berskala dunia dan ujungnya mereka akan menilai seberapa hebat dan keras Pemerintah mengajukan Protes ke Pemerintah Hongkong.  Disinilah letak wibawa dan marwah NKRI di mata dunia Internasional.

Sehubungan dengan uraian opini diatas maka izinkan awak membandingkan Ustazd Abdul Somad dengan makhluk kecil bernama Semut. Tentu kita pernah membaca tentang :  Keberadaan semut hitam di batu hitam dimalam kelam di ketahui Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.

Point yang ingin awak sampaikan disini adalah bahwa Pemerintah tidak usahlah meniru kekuasaan Tuhan  Yang Maha Mengetahui.   Apalagi sampai memiliki kemampuan (mendapat informasi)  dimana setiap daun yang jatuh ke bumi nusantara terdeteksi di Istana.

Peristiwa yang menmpa Ustazd Abdul Somad  lebih besar dari semut kecil bahkan sangat luar biasa besar termonitor netizen seluruh dunia. Jadi sebenarnya masalah ini menjadi sangat sederhana ketika Pejabat Pemerintah menyampaikan penyataan resmi sehingga tidak ada kesimpang siuran berita disamping tentunya sebagai bukti bahwa Tuan Tuan masih hadir di Negeri ini.

Salamsalaman

TD

Tinggalkan Balasan