3 Syarat untuk Menjadi Penulis

Gaya Hidup, Hobi240 Dilihat

Seorang budayawan, sastrawan, dan sejarawan dari Indonesia, Prof.Dr.Kuntowijoyo mengatakan, “Syarat untuk menjadi penulis itu ada tiga, yaitu : Menulis, menulis dan menulis.

Gak ada syarat lain dari tiga hal diatas. Pastinya memang seseorang yang ingin jadi penulis ya harus menulis dan terus menulis. Itu menurut Kuntowijoyo. Mungkin seperti itulah penekanannya.

Gak bisa dianggap sepele juga filosofi beliau dalam menulis, dari riwayat kepenulisannya yang saya dapat dari Wikipedia, sangat luar biasa. Beliau termasuk sastrawan dan budayawan yang cukup dihargai.

Kalau kebanyakan pengarang lain mulai dengan menulis sajak, kemudian menjadi mantap dalam menulis prosa, maka sebaliknya dengan Kuntowijoyo. Ia sejak masih duduk di SMA menulis cerita pendek, kemudian drama, esai, roman.

Baru ketika ia bermukim di Amerika Serikat untuk mencapai gelar MA dan Ph.D., ia menulis sajak, sekaligus dua buah Antologi Isyarat (1976) dan Suluk Awang Uwung (1976).

Cerpennya dimuat dalam majalah ”Horison”, harian ”Kompas”, dan terpilih menjadi cerpen terbaik harian Kompas, yakni Laki-laki yang Kawin dengan Peri (1994), Sampan Asmara dan Pistol Perdamaian (1995). Tulisannya berupa esai juga banyak dimuat di surat kabar.

Sama seperti Kuntowijoyo, Jeff Goin juga mengatakan, bahwa seorang penulis yang baik dia akan terus menulis, berbeda dengan penulis yang buruk, dia akan dengan mudah untuk berhenti menulis.

Lois Duncan juga lebih ekstrim lagi filosofinya,

“Sit down every day and DO IT. Writing is a self-taught craft; the more you work at it, the more skilled you become. And when you’re not writing, READ.” – Lois Duncan

Duncan menganggap aktivitas menulis harus dilakukan setiap hari, dan dia menganggap menulis itu adalah ketrampilan otodidak, semakin terus dilakukan maka akan semakin terampil, ketika tidak menulis maka membacalah.

Kita semua tahu kalau aktivitas menulis dan membaca itu adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Jadi kalau mau jadi penulis ya harus terus menulis dan menulis, ketika tidak menulis ya membaca, karena dengan membaca akan merangsang otak kita untuk menulis.

“Temukan alasan mengapa Anda harus menulis; Lihatlah apakah dia telah mengakar dalam hatimu; Katakan pada dirimu bahwa Anda lebih baik mati daripada dilarang menuliskannya.” – Rainer Maria Rilke.

 

Tinggalkan Balasan

1 komentar