Tahun Hijriyah: Antara Historis dan Perubahan

Islam96 Dilihat

Sumber gambar :Indonesiainside.id

 

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem penanggalan Islam. Sebenarnya nama-nama bulan Islam seperti Muharram, Safar, Rabi’ul Awwal, dan seterusnya sudah digunakan jauh sebelum fase kenabian Nabi Muhammad S.A.W.

Ketika Nabi Muhammad S.A.W masih hidup, belum dikenal sistem penanggalan Islam secara lengkap dengan bilangan tahunnya. Hal ini menjadi kendala dalam hal surat-menyurat manakala Dakwah Islam sudah mulai menyebar keluar dari Jazirah Arabia.

Barulah pasca fase kenabian, memasuki fase Khulafaur Rasyidin-tepatnya di masa kekhalifahan Umar bin Khattab r.a- mulailah disepakati sistem penanggalan Islam yang lengkap dengan bilangan tahunnya. Pada awalnya, ada beberapa usulan mengenai tahun awal kalender Islam.

Ada yang mengusulkan agar tahun awal kalender Islam dimulai pada tahun kelahiran Nabi Muhammad S.AW, ada yang mengusulkan agar tahun awal kalender Islam dimulai pada tahun Nabi Muhammad S.A.W menerima Wahyu pertama di gua Hira, dan ada juga yang mengusulkan agar awal kalender Islam dimulai pada tahun Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat dari Makkah ke Yasrib (Madinah).

Usulan yang terakhir inilah yang kemudian disepakati oleh para peserta musyawarah untuk dijadikan sebagai awal tahun penanggalan Islam.  Penentuan Peristiwa Hijrahnya Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat dari Makkah ke Madinah sebagai awal penanggalan Islam memiliki makna yang luar biasa.

Hijrah bermakna “pindah”. Baik pindah secara fisik (dari Makkah ke Madinah), lebih-lebih pindah secara pemikiran. Dari pola pikir jahiliyah kepada pola pikir Islamiyyah, dari jalan maksiat kepada jalan Taat.

Pasca peristiwa hijrah tersebut, generasi awal ummat Islam yang pada mulanya tidak diperhitungkan dalam percaturan global, muncul menjadi kekuatan baru bahkan mampu menggeser posisi dan mengalahkan kekuatan dua negara super power kala itu, yaitu Romawi dan Persia.

Dengan latar belakang historis tersebut, adakalanya tahun baru Islam dikenal juga dengan sebutan Tahun Baru Hijriyah. Dalam hubungannya dengan konteks kekinian, setiap menjelang tahun baru Islam, dan beberapa hari kedepannya sering diwarnai dengan pembahasan-pembahasan maupun kajian-kajian yang bertemakan hijrah dan perubahan . Namun setelah itu, semuanya akan kembali lupa dengan apa yang telah dibahas dan menjadi semacam Azzam (tekad) yang akan diraih selama setahun kedepan.

Untuk menjadikan Tahun Baru Islam atau Tahun Baru Hijriyah sebagai tonggak awal perubahan dan tidak sebatas siklus tahunan, dibutuhkan kesadaran setiap ummat Islam akan makna dan nilai-nilai hijrah itu sendiri serta tujuan hidupnya di muka bumi. Berbicara tujuan hidup seorang muslim di dunia, tidak lepas dari makna ibadah. Ibadah dalam arti yang seluas-luasnya yaitu menjalankan berbagai aktivitas kebaikan yang didasari oleh nilai-nilai ketauhidan dan keimanan kepada Allah S.W.T.

Di setiap awal tahun baru Hijriyah banyak di antara kita yang berdo’a agar Allah memberikan kita penjagaan yang kuat dari gangguan setan dan bala tentaranya, memohon pertolongan atas nafsu amarah yang jelek, serta mohon disibukkan dengan amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah S.W.T.

Tahun Hijriyah merupakan identitas peradaban dari kaum muslimin yang dicanangkan pertama kali oleh Umar Bin Khattab Al Faruq R.A. Namun, keberadaannya kini hanya sebagai pelengkap di tengah penggunaan Sistem Kalender Masehi sebagai perhitungan kalender yang banyak digunakan hampir di semua negara. Bukan tidak mungkin, kedepannya Sistem Kalender Hijriyah dijadikan sistem penanggalan utama kembali, manakala Islam kembali memimpin peradaban dunia seperti di masa yang silam***

Tinggalkan Balasan