Labuan Bajo, YPTD – Labuan Bajo, destinasi wisata unggulan yang terkenal dengan keindahan alam bawah laut dan Taman Nasional Komodo, tengah menghadapi tantangan serius terkait kelestarian lingkungan dan budaya. Menjawab tantangan ini, sejumlah perguruan tinggi dari Indonesia, termasuk Yayasan Pondok Pesantren Modern Islam Shohwatul Is’ad, Universitas Hasanuddin, Universitas Muslim Indonesia, Universitas Negeri Gorontalo dan Center for Digital and Global Studies (CERDIGS) dan individu bertalenta dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan menggelar program pengabdian masyarakat yang mengusung tema “Pelestarian Warisan Budaya dan Alam di Labuan Bajo: Sinergi Komunitas Lokal dan Wisatawan dalam Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan.”
Dalam program ini, tim pengabdian masyarakat yang dikomandoi oleh Dr. H. Masrur Makmur La Tanro, M.Pd.I., melibatkan komunitas lokal, pelaku industri pariwisata, dan wisatawan untuk menciptakan kolaborasi dalam menjaga kelestarian lingkungan dan budaya. “Pelestarian lingkungan dan budaya lokal harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan pariwisata,” ungkap Dr. H. Masrur saat memberikan keterangan pada Jum’at (20/9).
Selain ancaman pencemaran lingkungan akibat peningkatan jumlah wisatawan, warisan budaya lokal juga terancam oleh arus modernisasi. “Penurunan nilai-nilai tradisional dan hilangnya identitas budaya lokal adalah risiko nyata yang harus kita hadapi. Oleh karena itu, program ini menekankan pentingnya edukasi dan interaksi langsung antara wisatawan dan komunitas lokal melalui berbagai aktivitas, seperti eksplorasi kampung adat dan workshop budaya”, jelas Dr. Sitti Rabiah, kolaborator pengabdian dari Universitas Muslim Indonesia.
Andika Wahyudi yang merupakan Koordinator Pelaksana Lapangan Pengabdian Masyarakat ini menyatakan bahwa Labuan Bajo, sebagai salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia, kini dihadapkan pada tantangan serius berupa overtourism.
“Jumlah wisatawan yang terus meningkat setiap tahunnya berdampak pada lingkungan, budaya lokal, serta kualitas pengalaman wisatawan itu sendiri. Masalah seperti kepadatan di lokasi-lokasi ikonik, degradasi lingkungan laut, dan tekanan terhadap infrastruktur lokal semakin terlihat nyata. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan keberlangsungan ekosistem yang menjadi daya tarik utama Labuan Bajo, terutama Taman Nasional Komodo”, jelasnya.
Andika menambahkan, “Untuk menjaga keberlanjutan pariwisata di Labuan Bajo, diperlukan strategi yang berfokus pada pengelolaan kunjungan wisatawan, pelestarian alam, serta pemberdayaan masyarakat setempat. Tanpa adanya upaya pengendalian yang tepat, Labuan Bajo berisiko kehilangan keindahan alamnya yang selama ini menjadi magnet bagi para wisatawan”, tuturnya.
Achmad Zulfikar, Direktur Center for Digital and Global Studies (CERDIGS) yang juga pengajar Metodologi Penelitian pada Politeknik Pariwisata Makassar mengapresiasi kolaborasi ini dan berharap dampak dari pengabdian masyarakat ini yakni menggerakkan hati dan juga kepedulian berbagai pihak.
“Semoga pengabdian masyarakat ini menjadi pemantik dan juga memacu berbagai pihak untuk turun tangan memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang mengemuka di masyarakat. Utamanya, pariwisata berkelanjutan yang sangat terkait dengan mata pencaharian masyarakat di destinasi wisata”, jelas Achmad Zulfikar yang akrab disapa Azkar.
Rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat kolaborasi dimulai dengan pendidikan lingkungan di sekolah pada 17 September 2024, diikuti oleh diskusi tentang pelestarian budaya lokal di Balai Desa pada 18 September 2024. Program ini akan diakhiri dengan kunjungan dan eksplorasi kampung adat di Pulau Komodo pada 19-20 September 2024, di mana peserta akan berdiskusi langsung dengan masyarakat setempat mengenai pengalaman pelestarian alam dan budaya.
Tim Pengabdian Masyarakat ini melibatkan Dr. H. Masrur Makmur La Tanro, M.Pd.I., Ketua Yayasan Pondok Pesantren Modern Islam Shohwatul Is’ad sebagai Penanunggjawab sekaligus Ketua Pengarah dan Dr. Sitti Rabiah, M.Hum., Universitas Muslim Indonesia sebagai Sekretaris Pengarah dengan anggota: Dr. Ery Iswary, M.Hum., Universitas Hasanuddin, Dr. Dra. Hanisa Hanafi, M.Pd., Universitas Negeri Gorontalo dan Dr. Ikhwan M. Said, M.Hum., Universitas Hasanuddin.
Selanjutnya, Organizing Committee diisi oleh Andika Wahyudi, Labuan Bajo, NTT dan Sekretaris oleh Achmad Zulfikar, S.IP., M.Si., M.H., Center for Digital and Global Studies (CERDIGS), Indonesia dengan anggota-anggota Prof. Dr. Gusnawaty, M.Hum., Universitas Hasanuddin, Drs. Mansur, Universitas Hasanuddin, Dra. Sitti Rahmawaty, M.Si., Pare-Pare, Sulsel, Dra. Indrawati Haris, Unhas Hotel & Convention, Dra. Andi Liliana, M.Si., Wajo, Sulsel, Drs. Tavif, Jakarta, Indonesia, Dra. Damita Datu, Tour Guide, Toraja, Sulsel, Dra. Sri Herryati Minarni, Universitas Hasanuddin, Dra. Mufliha, Makassar, Sulsel dan Dra. Andi Herlina Rahim, Pinrang, Sulsel.