SEBUTIR PASIR YANG BERMAKNA

Humaniora0 Dilihat

 

“Teruslah memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki.”

Sebutir pasir yang sangat bermakna dan saya simpan di lubuk hati yang paling dalam. Baru kali ini mencoba membuka paragraf, dengan dimulai kalimat penutup yang sangat berarti.
Teringat semasa dulu saya ini hanyalah sebutir pasir yang tak bermakna. Dengan mengenal blog melalui kelas belajar menulis, akhirnya butiran pasir ini telah melahirkan sebuah karya. Buku antologi dan buku solo yang laris manis diburu peserta. Sungguh berkah yang luar biasa.

Setiap peserta pasti memiliki passion menulis yang berbeda. Itu terlihat dari resume yang dikirimkan ke grup belajar menulis. Saat saya main ke rumah mereka, aura semangat peserta sangat membara. Bagi saya, materi malam ini telah membuka cakrawala dunia, bahwa dengan menulis, dunia akan terasa lebih berwarna.

Ditta Widya Utami, S.Pd. seorang narasumber muda, cantik, dan berprestasi, kelahiran Subang 23 Mei 1990 ini telah mengukir segudang prestasi. Malam ini Si Cantik Jelita sudah dinanti-nanti ratusan peserta. Bahkan Bunda Tini memanggilnya dengan sebutan “neng” artinya gadis muda dalam bahasa sunda karena usianya sebaya dengan putrinya.

Neng Dita adalah salah satu peserta kelas belajar menulis alumni gelombang ke 7 yang bukunya tembus ke penerbit mayor yang berjudul “Menyongsong Era Baru Pendidikan.”

Ada dua hal materi yang paling saya ingat dalam pertemuan malam ini yaitu bagaimana memulai tulisan sampai bisa menerbitkan buku. Tentu bagi penulis pemula, hal ini masih terasa sulit karena belum mengetahui alurnya. Namun Neng Dita menjelaskan dengan rinci, setiap alur yang harus dilalui peserta.

Untuk memulai sebuah tulisan, kita bisa lalui 5 tahapan berikut.

1. Ikut kelas menulis misal kelas belajar menulis Omjay

2. Ikut komunitas menulis misal komunitas MGMP, MKKS, KKG, Komunitas Aksara Bermakna(KAB), dll

3. Ikut lomba menulis.

Wah ini pengalaman pertama saya ikutan lomba blog. Tapi belum pernah menang. Bagi saya yang terpenting ikut memeriahkan. Kalau menang, anggap jadi bonus tambahan.

4. Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita.

Hal ini bisa kita mulai dengan menulis apa yang kita lihat, kita dengar dan kita alami. Saat saya mengikuti kelas Munif Chatif, beliau berkata “ ingatlah moment spesial dalam hidup Anda, lalu tuliskanlah kembali. Ternyata, begitu banyak moment spesial yang tidak kita tuliskan dan terlewat begitu saja. Maka, mulailah menulis dari sekarang.”

5. Menulis apa saja yang kita suka.

Mulailah menulis dari hal kecil dan yang kita sukai. Maka itu akan terasa lebih mudah. Menulis itu tidak sulit. Yang sulit adalah memulai tulisan. Jika kita menulis apa yang kita sukai maka smua akan terasa menjadi mudah. Tulislah puisi, cerpen, pantun, novel, drama, memoar, artikel atau apa pun yang kalian sukai.

Tulislah sesuatu yang bisa memberikan manfaat pada orang lain. Tulislah dan postinglah ke dalam blog. Jikan Anda suka memasak atau berkebun dengan menanam tanaman, akan lebih bermanfaat jika ditulis dan di bagikan ilmuna pada khalayak ramai. Jika kita menulis setiap hari, makaakan mengasah keterampilan anda dalam menulis.

Terkait menerbitkan buku, Anda bisa melakukannya secara antologi (keroyokan) maupun secara individu(Solo). Jika kita menerbitkan buku solo, tema bisa sekehendak kita. Tidak ditentukan tenggat waktu. Semua hal dilakukan secara mandiri. Dimulai dari menyusun cover, membuat kata pengantar, daftar isi, halam buku, profil penulis tidak lupa sinopsis buku yang akan dibuat. Berbeda halnya Jika kita menerbitkan buku antologi, kita harus mengikuti aturan dari kurator terkait jumlah halaman, dan aturan lainnya. Terkait biaya penerbitan, tentu lebih murah buku antologi karena ditanggung bersama/ patungan. Sedangkan kalau menerbitkan buku sendiri, biaya produksi buku ditanggung sendiri.

Menurut saya, sebagai penulis pemula perlu sekali membuat buku antologi. Mengapa? Karena buat saya, kesuksesan saya sebagai seorang penulis akan mengantarkan kita menjadi seorang penulis besar. Menulis antologi akan menjadi lecutan semangat kita untuk terus berkarya sampai menerbitkan buku solo. Buktinya, 3 buku antologi telah saya ikuti dan mengantarkan saya menjadi penulis hebat yang naskahnya sudah terjual 72 eksemplar, dan satu buku solo yang berjudul parenting 4.0. sudah lolos seleksi penerbit mayor.

Ibarat pepatah mengatakan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Maka dimulai dari nothing to be something. Dari kecil jadi besar. Dari penulis pemula sampai menjadi penulis best seller. Bismilah, semoga Allah memudahkan langkah kita untuk menjadi penulis ternama seperti penulis buku Blogger Ternama, Bapak Wijaya Kusumah, M.Pd. Lahap membaca akan menjadikan Anda semakin gemuk menulis. Semangat terus. Salam literasi.

Salam blogger Inspiratif

Aam Nurhasanah, S.Pd.

#Nulis-nulisJadiBuku

 

Tinggalkan Balasan