Puisi Korupsi karya Afrianti

Fiksiana, Puisi97 Dilihat

Korupsi
Karya: Afrianti

Korupsi
Sebuah kata yang paling ditakuti
Bahkan sangat tabu sekali
Untuk sebuah profesi
Seperti bayangan yang selalu menghantui
Dan terus berusaha untuk menjauhi
Setiap diri pasti tak ingin mendengar kata itu
Mungkinkah seorang guru korupsi?
Benar
Terlambat masuk kelas dan cepat pulang disebut korupsi
Bukan dana tapi korupsi waktu
Lalu dana apa yang bisa dikorupsi?
Jika dana pribadi dijadikan untuk menutupi

Tak pernah aku bermimpi
Untuk sampai ke sini
Tapi hari ini aku berada di sini
Di ruang korupsi asli
Bukan dalam mimpi
Tapi
Nyata aku Alami
Semenjak aku dituduh manipulasi
Aku sering bolak-balik ke sini
Bersama beberapa yang setia menemani

Hari ini aku duduk di kursi
Tertunduk sendiri
Bukan karena malu atau gengsi
Tapi karena aku ingin menulis yang terasa di hati
Jemari mulai menari
Menekan semua abjad dengan teliti
Menjadi kalimat yang aku anggap sangat berarti
Sekedar penghibur diri
Pelipur lara di hati
Agar tak pernah ada tangis yang disesali
Atau rasa sakit yang mendalam sekali

Berfikir tentang takdir diri
Ujian dari Illahi Robbi
Alloh tidak akan memberikan ujian yang tinggi
Kepada orang yang tak mampu menghadapi
Artinya ujian yang diberikan sesuai dengan kemampuan diri

Berada di ruang korupsi
Dari awal sampai kini
Bolak-balik ke ruang ini
Bagiku sudah tak asing lagi
Bahkan aku tak merasa risi
Karena keyakinan dalam diri
Kebenaran akan terbukti
Cepat atau lambat, itu pasti

Semoga ini untuk terakhir kali
Memenuhi panggilan
Dalam kegiatan konfirmasi
Audit Inspektorat yang belum berhenti
Meski kini kondisi diri
Kurang baik sama sekali
Batuk mendera disertai demam
Bersyukur demam sudah tidak tinggi

Tapi
Aku tetap menepati janji
Bahwa setiap tanya akan ada jawabnya
Setiap bukti akan dipertanggung jawabkan
Semua kebenaran akan diungkapkan
Berujung demi keadilan

Aku masih menunggu di kursi
Sedikit terasa sepi
Karena datang terlalu pagi
Saat ruang belum penuh terisi
Meski rasanya lelah sekali
Pulang pun selalu malam hari
Sudah tak ada lagi matahari
Lentera bergayut sepanjang jalan
Pertanda malam semakin larut

Tapi
Aku baru saja dapat informasi
Dalang propokasi
Datang ke sekolah untuk mencari Afrianti
Mengaku tidak ikutan dan bermaksud membersihkan diri
Cuci tangan itu istilah kini
Sudah tak zaman lagi
Ibarat menjilat air ludah sendiri
Bak menepuk air di dulang terpercik muka sendiri

Berangsur satu persatu ingin membuktikan diri
Mengaku tidak ikut menyakiti
Berpura-pura peduli
Dengan keadaan yang Kepala Sekolah hadapi
Percuma
Semua bukti ada pada kami
Tak akan bisa diingkari
Walau bagaimana pun kini
Ingin cari muka?
Apa tak malu pada diri?

Berani berbuat harus berani bertanggung jawab
Sudah terlambat
Keterlibatan dirimu kami punya bukti
Perbuatan yang keterlaluan tidak akan diampuni
Kesalahan karena melakukan akan dimaafkan
Setiap tindakan yang bertujuan untuk menzolimi
Setiap pernyataan yang bermaksud menyakiti
Tentu akan mendapatkan konsekwensi

Aku Afrianti
Saatnya kini
Menunjukkan jati diri
Bahwa kepemimpinan yang aku terapkan
Semua berdasar kebenaran
Ada PP dan undang-undangnya
Selama ini aku diam ketika dimaki
Setelah ini
Tidak ada lagi yang berbuat sesuka hati
Penilaian kinerja akan diperoleh melalui prosedur asli
Sesuai dengan kompetensi

Tinggalkan Balasan