MINDSET POLITIK
Kadang memilih jalan sunyi itu lebih memberikan kenyamanan, dengan membaca dan menulis cukup menambah wawasan. Berkumpul dalam keramaian kadang hanya menambah kegelisahan, melihat perilaku, tindakan dan juga pandangan hidup dalam keramaian itu membuat saya bertambah tidak yakin kalau peradaban politik itu akan semakin membaik.
Saya tidak mengerti apa yang diserap generasi muda tentang percaturan dan pendidikan politik, kalau gaya dan pola hidup hedonisme sudah menjangkiti mereka sejak dini.
Itulah yang dikuatirkan, jika yang tua tidak memberikan wawasan tentang paradigma politik yang baik, maka generasi mudanya hanya menjadi copy cat generasi tua yang tidak memberikan teladan politik yang baik. Perilaku politik yang tidak baik ini mengerucut ke daerah, hasilnya malah tambah parah. Substansi berpolitik itu tidak lagi ditafsirkan dengan baik, mindset politik itu tetap saja hanya sebatas kekuasaan dan merebut kekuasaan.
“Politik adalah seni lembut untuk mendapatkan suara dari orang miskin dan dana kampanye dari orang kaya, dengan berjanji untuk melindungi satu sama lain.” – Oscar Ameringer
Apa yang dikatakan Oscar diatas adalah Pomeo dari politik, kalau pun sebuah quote, pastinya sangat satire. Sama seperti yang dikatakan Charles de Gaulle dibawah ini, pandangannya terhadap seorang politisi itu begitu memprihatinkan,
“Politisi tidak pernah percaya atas ucapannya sendiri. Mereka justru terkejut bila rakyat mempercayainya.” – Charles de Gaulle
Orientasi politik itu tidak melulu tentang kekuasaan. Partai politik harus membangun peradaban politik yang sehat, memberikan pendidikan politik pada para kader, dengan paradigma membangun persaingan yang sehat, bukan menghancurkan lawan.
Pada kenyataannya tidak semua partai melahirkan pemimpin yang mumpuni, berintegritas dan memiliki moral atitude. Dari sekian banyak kasus korupsi pelakunya adalah kader partai politik. Ini dampak dari disorientasi politik. Partai hanya menjadi kendaraan menuju kekuasaan.
Ajinatha