TEPUK PERUT TANYA SELERA
Ungkapan ini kalau dalam KBBI bermakna, Bila hendak melakukan hal yang baru, sebaiknya bertanya dahulu kepada orang yang sudah berpengalaman, namun saya memaknainya kalau menginginkan sesuatu, ukur dulu kemampuan.
Saya cenderung menerapkannya dalam kehidupan terkait dengan cara mengelola kebutuhan hidup, dan menyesuaikan dengan kemampuan. Jangan sampai demi memenuhi selera tapi kemampuan tidak mendukung.
Dalam kondisi kemampuan finansial yang “cekak” saya lebih cenderung menahan selera, dan lebih memprioritaskan kebutuhan yang primer ketimbnag kebutuhan sekunder. Dengan cara ini ternyata kebutuhan hidup bisa ditanggulangi.
Sambil terus meningkatkan kemampuan, saya berusaha untuk meningkatkan pendapatan, dengan cara bekerja lebih produktif, meningkatkan loyalitas terhadap pekerjaan. Pada titik ini kalau belum juga ada perubahan maka saya mencari peluang di perusahaan lain yang bisa memberi salary lebih besar.
Itu saya lakukan untuk menghindari agar saya tidak mengencingi periuk nasi saya sendiri, terus bekerja tapi terus mengeluhkan gaji dan mencela perusahaan tempat saya bekerja yang tidak mampu menaikkan gaji.
Ketika tuntutan kebutuhan hidup semakin besar, dan penghasilan yang didapat pun tidak semakin besar, maka saya berusaha untuk usaha sendiri dengan hanya mengandalkan kemampuan dan kepercayaan orang lain terhadap kemampuan yang saya miliki.
Ternyata cara itu cukup berhasil dan bisa mengubah penghasilan, sehingga mampu mencukupi kebutuhan hidup. Persoalannya, ketika kemampuan finansial meningkat maka kebutuhan gaya hidup pun meningkat. Inilah yang menjadi perusak segala jerih payah yang sudah dirintis.
Lupa pada prinsif Tepuk perut Tanya Selera, sehingga selera melebihi kebutuhan perut, sehingga kehilangan kendali diri, hidup pun terjebak dalam kebutuhan gaya hidup yang menyesatkan.
Kemapanan hidup harusnya sudah bisa dicapai setelah 5 tahun menikah, namun upaya itu hancur begitu saja hanya karena mengikuti kebutuhan gaya hidup. Dan baru bisa bangkit lagi dengan established setelah 10 tahun berikutnya. Itu sebuah proses yang cukup lama untuk sebuah pencapaian.
Aji Najiullah Thaib