Adil Sejak dalam Pikiran

Semua pasti sudah tahu apa maknanya Zalim, yakni lawan katanya Adil, jadi sangat mudah di tudingkan kepada siapa saja. Tapi pada dasarnya kita pun sering berlaku Zalim, karena kita hanya manusia yang tidak sempurna, yang adil itu hanyalah Allah SWT.

Selama 10 bulan kita sama-sama berjuang untuk memerangi Covid-19, sesuai dengan kapasitas masing-masing, berusaha menegakkan aturan, dengan berusaha untuk patch terhadap aturan. Itulah hakikat kita sebagai bangsa yang taat pada aturan.

Pada realitasnya kita sulit untuk bersikap adil, karena aturan itu tidak bisa diterapkan kepada semua orang, atau kelompok.

Bahkan ada kelompok yang terang-terangan membangkang terhadap aturan tersebut, dan para penegak keadilan tidak kuasa mencegahnya, hanya karena kedekatan secara emosional.

Padahal kelompok ini selalu berteriak tentang keadilan, dan menuntut keadilan, namun tidak menyadari kalau apa yang dilakukan sudah merusak keadilan itu sendiri dengan berlaku Zalim, merasa istimewa, dan minta di istimewakan, sehingga aturan hukum diabaikan seenak jidatnya.

Akibatnya memunculkan klaster baru penyebaran Covid, dan menyumbang peningkatan jumlah korban yang terpapar di wilayah DKI.

Adilkah sikap dan perbuatan yang dilakukan? Inilah yang saya maksudkan tuduhan Zalim itu hanya sebatas sudut pandang, hanya untuk orang lain, tidak untuk diri sendiri.

Benar kata Pramoedya Ananta Toer, “Adillah sejak dalam pikiran.”

Bagaimana mungkin kita hanya bisa menuduh orang lain berbuat Zalim, sementara kita sendiri tidak bisa bersikap adil, dan mau diadili, apakah ini termasuk Akhlak terpuji? Jelas tidak, inilah yang dikatakan munafik, semua hanya berlaku pada orang lain, tapi tidak berlaku untuk dirinya.

Kata zalim ini sangat mudah ditundingkan kepada siapa saja yang dianggap tidak bisa bersikap adil. Padahal, pada dasarnya manusia cenderung bersikap tidal adil, baik pada dirinya sendiri juga pada orang lain.

Kadang kebencian kita pada suatu kaum cenderung membuat kita bersikap tidak adil, itulah makanya Allah Firmankan dalam QS Almaidah ayat 8:

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Tanpa kita sadari kita sendiri sudah berlaku zalim, terhadap orang yang kita tuding sudah berlaku zalim. Hanya Allah Subhannahu Wa Ta’ala Yang Maha Adil, manusia hanyalah tempatnya salah.

Bagaimana kita bisa adil sejak dalam pikiran, jika hati dikuasai oleh nafsu. Hilang sikap bijaksana karena terbakan nafsu, dan kebencian yang menyelimuti hati.

Tinggalkan Balasan

1 komentar